TXC | 14

45.8K 5.2K 370
                                    

Sudah dua hari sejak orang tua Mauretta pergi untuk perjalanan bisnis, selama itu pula Mauretta berubah murung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua hari sejak orang tua Mauretta pergi untuk perjalanan bisnis, selama itu pula Mauretta berubah murung. Gadis itu lebih sering diam. Tidak nafsu makan, malas bicara, dan sering melamun.

Seperti pagi ini, Kevin baru saja tiba di rumah Mauretta untuk mengantar gadis itu ke sekolah, dan ia lagi-lagi tak mendapati senyum hangat yang biasa menyambutnya. Rupanya, efek dari makanan Italia yang dibelinya beberapa hari yang lalu hanya sebentar.

"Retta," sapa Kevin. Mauretta hanya menoleh sekilas, lalu kembali melanjutkan sarapannya. Wajah gadis itu masih sedikit bengkak, menandakan bahwa Mauretta baru saja bangun tidur. Rambutnya berantakan seperti singa, matanya setengah terpejam.

"Masih sedih?"

Mauretta mengangguk.

"Udah, dong. Kan, ada Kakak," rayu Kevin.

"Tapi Kakak bukan Papa atau Mama."

Kevin menghela napas. Ia mengecup puncak kepala Mauretta sekilas, lalu duduk di sebelah gadis itu. Ditatapnya Mauretta cukup lama, sembari mengusap-usap pipi kekasihnya dengan sisi telunjuk.

"Kamu lagi pengin apa? Kakak turutin semua keinginan kamu."

"Mau Papa sama Mama pulang sebelum aku tujuh belas," balas Mauretta.

"Nggak bisa, Retta. Sama Kakak aja, ya?"

Mauretta menggeleng. "Ini tujuh belas tahun, lho, Kak. Temen-temen aku yang lain dirayain bareng keluarganya. Banyak yang ngadain pesta sweet seventeen. Aku nggak mau pesta, aku mau Papa sama Mama ada waktu aku ulang tahun. Susahnya apa?!"

Ya, kurang dari dua minggu lagi, Mauretta akan berulang tahun yang ketujuh belas. Tentu gadis itu mengharapkan kedua orang tuanya hadir. Tidak, Mauretta tidak menginginkan pesta yang megah. Mauretta juga tidak ingin orang tuanya mengeluarkan uang milyaran hanya untuk pesta sesaat itu. Yang Mauretta inginkan hanyalah kehadiran mereka saat umur Mauretta bertambah satu tahun.

Namun ternyata, pekerjaan mereka lebih penting daripada anaknya sendiri.

Kevin mengusap wajahnya kasar. Ini sudah pertengahan bulan, sebentar lagi tamu bulanan Mauretta akan datang. Ia harus pintar-pintar memilah kata agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Menangis histeris, contohnya.

"Kakak nggak bisa jawab, kan? Emang, emang nggak ada yang ngertiin aku! Capek!" keluh Mauretta. Gadis itu hendak bangkit, namun Kevin buru-buru menarik lengan Mauretta agar kembali duduk.

"Bicara dulu sampai selesai, jangan langsung pergi," tuturnya penuh peringatan. Kedua mata Mauretta sudah berkaca-kaca. Gadis itu sedang sangat sensitif sekarang.

"Nanti, Kakak coba bilang sama Mama Papa kamu. Sekarang kamu selesaiin sarapan, terus siap-siap sekolah."

"Nggak mau sekolah."

TOXIC ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang