BAB 30

2.5K 177 3
                                    

Typo tandain!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Typo tandain!!

Tiga hari sudah berlalu, semenjak kejadian persyaratan kemarin Vania kini sudah menjadi anggota Argon's secara resmi. Tiga hari pun sudah berlalu namun Vania masih belum menemukan petunjuk apapun.

Dan kini gadis itu tengah bersiap siap untuk pergi ke sekolah Brilliant. Vania sedang menunggu Azha yang sedang otw kesini, kemarin Vania meminta tolong pada Azha untuk mengambilkan beberapa baju rumahnya.

Ya selama tiga hari Vania juga tak pulang kerumah atau mengabari bundanya. Ia masih sangat kecewa dengan ayahnya.

Dan selama itupun Dinda terus saja meneror Vania agar pulang, sementara Galang seperti ayah yang melepas anaknya, dia tak peduli dengan apapun yang Vania lakukan lagi.

Bukan maksudnya seperti itu, hanya saja Galang masih merenungi kesalahannya.

Vania menghela nafas kasar lantas duduk di kasurnya, "gue harap gue bisa selesaikan masalah ini secepatnya, tuhan kenapa banyak banget masalah, apa gue banyak dosa? Tapi dosa yang mana lagi?" Vania bermonolog dengan raut wajah berfikir.

"Oh iya gue kan banyak banget salah sama pak Samsul" seketika wajahnya berubah lesu.

"Ya tapi kan canda doang."

Tak lama setelah itu Azha datang membawa sebuah paper bag besar berwarna coklat.

"Gue bawa hampir semua, tuh." Kata Azha memberikan paper bag pada Vania.

"Thanks"

Azha mengangguk lalu gadis itu menyandarkan tubuhnya di rias depan Vania, sebenarnya sih bukan meja rias, karena di sana sama sekali tak ada bedak atau apapun. Hanya berisikan deodorant dan parfum cowok milik Vania.

"Tante dinda nangis waktu meluk gue tadi, Lo nggak kasian? Jenguk kek. matanya udah kaya panda Van, tubuhnya kurus." Azha mengadu tentang kondisi bunda Vania.

Sebenarnya Vania juga ingin pulang dan memeluk wanita itu, tapi ia masih sangat kecewa dengan ayahnya.

"Om Galang nggak pernah pulang kerumah, beliau menyibukan diri di kantor." Jawab Azha seolah tau pemikiran Vania.

Vania memandang Azha kaget, bagaimana bisa ayahnya malah sibuk di kantor sementara bundanya menangis di rumah. Walaupun itu salah Vania tapi seenggaknya Galang, ayahnya menghibur bundanya.

"Lo tau, baru kali ini gue kecewa sama ayah. Ayah sembunyiin fakta yang luar biasa dari gue. Ternyata bunda dari dulu menderita karena ulah ayah gue sendiri" kata Vania menjeda ucapanya, matanya memandang Azha dan Azha pun begitu.

"Lo tau karena apa, karena mereka juga di jodohkan. Dan ternyata ayah selalu main fisik sama bunda kalau bunda buat kesalahan sedikit aja, apalagi jika ayah emosi, bunda yang jadi sasaran." Vania mengambil nafas kasar, matanya memandang jendela kamarnya kosong.

RAVANIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang