Assalamualaikum!
Kemarin saya sempet publish Bab 27 versi lawas😂 dan kalian juga udah baca gimana part itu.
Bak kata saya "IHH ANCUR PISAN, EUY!" "INI MAH BUKAN AING BANGET!" "Keuheul aing!"Dan akhirnya saya pundung😂
Jadi, ini versi baru bab 27. Yang minta uwu-uwu oye-oye, kayaknya tidak bisa.
SAYA UWU PHOBIA GARIS KERAS!
Sekian.
Happy reading!
****
"Kalo semisalnya aku pergi, kamu gimana?"
"Pergi ke mana?" Dzaka mengernyit, lalu menatap Fatiya terang-terangan dengan heran. "Kalo kamu bilang pergi jauh dari aku karena Allah, aku ikhlas."
Fatiya menelan salivanya, jantungnya berdegup kencang tak karuan. Rasa takut menyerangnya berkali lipat dari biasanya. Fatiya menggigit bibirnya gelisah.
Dzaka yang menyadari itu menarik Fatiya ke pelukannya, mengelus surai cokelat itu lembut. Ia tersenyum dalam diam.
"Entah kenapa aku takut, kamu jangan ninggalin aku, ya?" Manik cokelat itu berkaca-kaca.
Fatiya sudah jatuh terlalu dalam pada Dzaka, ia tak bisa memungkiri itu. Walaupun hatinya selalu memperingatinya akan semua hal, kali ini ia benar-benar takut. Perempuan itu mengeratkan pelukannya.
"In Syaa Allah, aku bakal selalu ada buat kamu, Tiya."
"Aku juga."
"Tapi, sewaktu-waktu aku do'a sama Allah biar kamu aja yang pergi duluan."
Fatiya tersentak, maniknya menatap Dzaka sedih. Bulir kristal itu jatuh membasahi pipinya, Dzaka mengusap air mata itu dan mengecup pelan.
"Alasanku sederhana, aku nggak mau kamu sedih karena aku pergi duluan, aku nggak mau kamu nangis jejeritan."
Fatiya merenggut, mencubit gemas perut Dzaka. Ia kesal dibilang akan menjerit kalau ditinggal Dzaka, ia tidak sehisteris itu.
"Lebay, deh! Ntar kalo aku yang pergi duluan kamu malah nyari istri baru, 'kan?! Ngaku!"
Dzaka tertawa, ia bahkan terbahak mendengar kalimat ajaib itu. Fatiya cemberut, ia menggembungkan pipinya kesal.
"Tenang aja, nanti kalo beneran pergi bakal aku sholatin, mandiin, dikafanin, kok," ucap Dzaka kembali tertawa.
"Ihhh, kamu mah!"
Astaghfirullah, Fatiya sabar. Ia tak menyangka humor Dzaka akan seaneh ini, bukannya romantis tapi malah terkesan horor baginya.
"Utututu, jangan ngambek dong, cantik." Dzaka mencubit pipi Fatiya gemas.
"Jangan cubit-cubit! Aku ngambek!"
Sebenarnya perkataan tadi Dzaka hanya iseng saja, bercandaan barunya termasuk horor dan membuat hati gelisah. Fatiya jadi cemberut.
"Udah, jangan ngambek. Bilang sama aku, kamu mau ke mana?"
Fatiya mendengus malas, sekarang dirinya disogok agar tidak ngambek lagi? Fatiya membuang mukanya kesal. Dzaka tersenyum, ia tiduran di pangkuan Fatiya.
Sekesal apapun Fatiya dengan Dzaka, perempuan itu tetap tak bisa marah lama-lama. Jari-jemarinya menyisir rambut Dzaka lembut, rautnya berubah lunak.

KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Ghibran
General Fiction{Sudah Terbit} Fatiya tak mengenal siapa yang menjaganya secara posesif, yang ia tahu adalah laki-laki itu tulus menjaganya. Ke mana pun ia pergi akan selalu diikuti, bukan risih tapi terasa nyaman. Tatapan teduh milik Ghibran terasa menenangkan hat...