Zhan POV
Jangan tanya mengapa aku berfikir begitu. Karna pada kenyataannya, semua yang kukatakan memang apa adanya. Namaku Xiao Zhan,nama kecilku Sean Xiao. Banyak orang memanggilku Zhanzhan, ataupun Zhan,aku tidak peduli. Toh semua itu namaku juga. Aku anak tunggal keluarga Xiao,bersekolah di universitas Teknologi dan bisnis Chongqing,cina.
Sejak aku duduk di Smp,aku sudah sendirian. Kami berpindah-pindah tempat tinggal dan akhirnya memilih menetap di Tiongkok. Awalnya aku tinggal di Rusia,namun karna kepadatan penduduk keluarga ku memutuskan untuk pindah negara. Usiaku masih seperti daun hijau muda saat itu. Dan sudah enam tahun aku selalu jarang mendapatkan perhatian khusus. Selalu sendiri.
Kami pernah menyewa pembantu,namun dia berhenti beberapa tahun lalu akibat keluarganya yang tidak memiliki siapa-siapa selain dirinya (pembantu). Maka aku memutuskan mengundurkan diri. Sejak saat itupula aku menjadi tidak benci kebisingan, keramaian dan berbagai halnya yang berhubungan dengan suara memekakkan telinga. Aku lebih suka bergelung dalam kamarnya yang sepi,hampa dan gelap. Itu menurutku.
Bagi mereka terutama orangtuaku, mengira aku seorang introvert. Padahal jika dipikir-pikir siapa coba yang membuatnya jadi sampai seperti sekarang. Tapi aku menganggap itu angin lalu,tidak peduli. Toh,mustahil jika mereka akan tetap tinggal untuk terus membujukku makan atau sekedar pamit. Setiap aku melakukannya,alasan mereka selalu sama.
Sibuk.
Itu membuatku muak!
Secara berkala,aku menjadi kekurangan harapan. Bahkan mungkin harapan itu sudah tidak lagi tersisa untuk sebuah janji palsu. Lebih baik aku diam sambil menunggu kapan waktu di mana aku bisa segera keluar dari rasa kesendirian ku.
Saat asik melamun,suara bel pintu berbunyi dengan kerasnya. Dan itu membuatku geram karna sedari tadi orang ini nampak memaksa untuk masuk. Tidakkah orang idiot itu menyadari jika ini sudah malam? Jam 10!
Aku berjalan membuka pintu dua pintu itu dengan lambat,seakan menikmati setiap detik kekejaman yang akan aku hujamkan pada tamu 'tak diundang' ini.
Suaranya terdengar kesal,"kenapa sangat lama,hah! Kakiku kedinginan di luar sini tau."
"Siapa yang menyuruhmu datang jam segini. Bukankah kau yang mencari alasan saja?" Ujarku malas, kulihat dia memutar matanya malas. Masuk tanpa permisi duduk tanpa ijin. Bukankah dia sangatlah mengerti arti kesopanan yang sesungguhnya?
Aku berjalan ke dapur,kembali makan. Hah,mie cup ayamku harus dingin karna tadi aku melamun. Dan sekarang datangnya mahkluk lain di rumahnya. Pria itu menghampirinya,duduk santai di meja kaca panjang minimalis. Jaraknya agak berjauhan karna aku duduk di kuris tunggal ujung. Posisinya berhadapan, aku makan dengan santai,dia terus saja memperhatikan ku.
Aku peduli?
Tidak.
Normal POV
Pria berdagu sedikit lancip itu menatap tajam pada Zhan yang masih menyeruput mie-nya. Sesekali matanya beralih ke arah ponselnya sambil makan. Apa dia hanya dianggap benda mati di rumahnya ini? Matanya saja tak pernah meliriknya,bahkan menatapnya saja tidak. Benar-benar kurang aja,sampai tidak menyadari jika dirinya lebih kurang ajar. Pria itu berdecak sinis, bersedekap dada.
"Jangan mengabaikan ku Zhan."
Zhan meliriknya,menyedot mie-nya hingga mendongak sangking panjangnya mie itu. Pipinya jadi seperti dua bola pingpong,minta di cubit sampai kempes. Lalu menelannya dengan gaya slow motion,ah..suapan terakhir entah mengapa terasa paling nikmat untuk mulut,bukan begitu?
Pria itu kembali berdecak,"Aku berbicara padamu, Zhan. Berhenti menyibukkan diri dengan mei itu yang sudah habis dari tadi. Apa yang kau isap?!"
Zhan minum air dalam gelasnya,"Lalu kau ingin aku bicara apa?apakah aku ada sesuatu yang menarik perhatianmu? tidak kan."
"Untuk apa kau datang malam-malam begini? Kau tidak hanya untuk sekedar mengomeliku karna aku tidak datang kerumah paman kan?"lanjutnya.
Pria itu akhirnya merileks, wajahnya berubah biasa seakan otot wajahnya terbuat dari plastisin,"hanya berkunjung. Ayah juga tidak mempermasalahkan soal itu."
"Oh."
"Jadi apa tujuanmu menampakkan diri?Kau kabur dari bibi lagi?"
"Tcih,aku kemari karna aku tahu kau sendirian malam ini. Jika bukan karna paksaan Ayah, melihat wajahmu saja ingin aku tonjok."
"Jadi kau khawatir padaku~? A-Cheng,kau manis sekali ah~~"
Pria yang bernama lengkap Wang Zhou Cheng mengerutkan hidungnya,mengapa dia memiliki saudara angkat seperti Xiao Zhan yang diam diam menghanyutkan,namun idiot.
Zhou Cheng mudah imajiner,"Menjijikkan. Siapa yang khawatir, aku justru kasihan padamu. Lihat betapa menyedihkan seorang lajang jomblo sepertimu."
"Lajang-lajang begini aku masih mudah. Tidak seperti kau yang menatap orang saja kayak ngajak kelahi,kau mau mencari musuh?"
Zhou Cheng menggeram,"Kau--"
"Hmp,sudahlah. Aku akan menginap semalam, memastikan agar kau tidak larut dalam kesendirian tak bermutu. Memangnya kau sedang berkabung,heh. Aku akan naik."tambahnya
"Ya ya ya,sana pergilah. Lakukan apapun sesukamu. Jangan menggangguku,syuh.."
"Dasar gila."
Zhan hanya mengeluarkan lidahnya mengejek Zhoucheng dan kembali fokus pada ponselnya dengan khidmat.
TBC
A/N : masih nggak ada yang baca ya..
Hiatus aja kalau begitu lah.
See you next time
Bye bye 🙌 ಥ‿ಥ
YOU ARE READING
Dawnstars| |On Going|
Teen Fiction(Selow update) Kesunyian membawa dirinya kedalam kegelapan. Wang Yibo selalu berusaha melakukan apa yang dia mampu,ketika semua orang membelakanginya. Terkucilkan di masalalu,dan dibenci di masa depan hingga penolakan terhadap sang ibu. Wang Yibo te...
Part 2 : Library
Start from the beginning
