[BXB] [GAY] [18+] [HYBRID] [MATURE]
"Taeyong, jangan mencakar sofa!"
"Nyaww~ jaehyunie.."
"Taeyongie.. gunakan pakaian mu dengan benar!"
"Nyaww~ jaehyunie.."
"T-taeyongie? kenapa wajahmu terlihat marah?"
"Grrrr diam! ada ular besar di dalam celana j...
Dia berlari, terus berlari sejauh yang ia bisa. Ia tak ingin ada disini lagi untuk alasan apapun. Jiwa nya merasa muak. Ternyata memaksakan diri untuk bertahan ditempat yang menyiksa karena cinta bukanlah pilihan yang bagus.
Ten tak ingin lagi dikelilingi manusia manusia serakah itu. Dia bukan manusia, dan ini bukan tempat nya untuk hidup. Setelah ia kabur dari apartemen tadi, ia pergi tanpa arah untuk menjauhi Johnny. Hampir 3 jam lebih Ten berjalan tanpa rasa lelah akhirnya ia berhenti di sebuah tepi danau yang tenang. Suasanya sepi tanpa manusia satupun. Tapi jika dilihat, bagi ukuran manusia danau ini adalah tempat seram, namun untuknya ini adalah tempat yang menenangkan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ten duduk di bebatuan tepi danau sembari termenung. Ia teringat pada kejadian gila tadi kemudian mengangkat telapak tangannya yang berlumuran noda merah mengering. Air mata nya lolos begitu saja, ia merutuki apa yang sebelumnya ia lakukan.
"Apa Johnny mati?"
"Hiks.."
Pria yang menangis dan memeluk lututnya sendiri, menundukkan kepalanya. Dan tangisan nya semakin dalam dan pilu.
"Seharusnya aku membuatnya mati.."
"..Agar aku tak mencintai manusia lagi"
Ia merutuki dirinya sendiri atas apa yang terjadi selama ini. Ia mencintai manusia dan karena itu sahabatnya menghilang. Ia bahkan tidak tahu ada dimana Taeyong berada. Ia bahkan tak mampu melawan Johnny, karena pengaruh dari percobaan percobaan yang ia lakukan, membuat kemampuan alami iblisnya sedikit demi sedikit memudar.
Dia bukan lagi iblis murni.
Manusia itu telah merusaknya.
Beberapa saat kemudian ia merasa seperti diperhatikan di tempat ini. Meskipun ini terasa tenang, tapi sepertinya roh dan penunggu danau tidak suka jika Ten disini. Mereka mengira bahwa iblis sepertinya akan mengambil alih dan menguasai tempat ini. Roh seperti mereka sangat mudah untuk disingkirkan oleh iblis, tapi Ten tak akan melalukan itu karena ia tak tertarik. Aokigahara lebih menyenangkan. Tak akan ada aksi bunuh diri yang menghibur disini.
Ten kemudian menarik nafas dalam kemudian menghapus air matanya. Ia mengambil air dari danau itu untuk membasuh bekas darah di tangan. Wajahnya masih memerah bekas tangisan tadi.
Ia harus segera pergi kan?
Kemudian Ten membuka topi yang selalu ia gunakan untuk menutupi kedua telinga kucing nya.
"Ah benda ini menyakiti telingaku"
Ten membuang topi itu sembarang kemudian ia duduk diantara tanah berlumut dan bersandar pada bebatuan. Ia mendongakkan kepala sembari terpejam, ia masih lelah untuk pergi lebih jauh lagi. Ia benar benar penat, bukan karena terlalu lama berlari namun karena terlalu banyak berfikir untuk yang hal hal yang bukan seharusnya.
Perlahan ia merasakan kalau kepalanya berdenyut, dan seluruh tubuhnya tiba tiba terasa panas seperti terbakar padahal di sekitar danau ini banyak sekali pepohonan yang hingga menutupi sinar matahari sore. Namun entah kenapa ini rasanya panas sekali.