1.8 - Gelisah

101K 3.1K 66
                                    

Be a smart ya guys! 🙏☺

Just for fun! ⚠️

***

~ Glacia mikirnya serius banget, pasti ada yang ganggu pikiran Cia. Ya kan?

***

     Siluet cahaya pagi, serta hawa yang terasa dingin membuat tidur Glacia terganggu. Dalam sekejap kelopak mata indahnya terbuka, lantas Glacia mengusap kedua kelopak matanya yang terasa perih. Ia pun menatap sekeliling, sampai akhirnya netra cokelat itu menatap seseorang yang kini berada di sebelahnya. Dan seketika Glacia tersadar, kedua bola matanya terbelalak, mereka tak memakai sehelai benang pun.

Sedangkan Sakha, ia tidur dalam keadaan telanjang dada. Pemuda itu pun memeluk perutnya dengan posesif. Namun tanpa mampu di cegah, ingatan Glacia kembali pada tadi malam. Dimana Sakha menyetubuhi nya dengan kuat dan dominan, bahkan Sakha sama sekali tidak mendengarkan rintihan serta permohonan Glacia.

Dengan perasaan sedih dan kecewa yang masih terasa, Glacia mencoba untuk menyingkirkan tangan Sakha yang berada di perutnya.

"Ish, berat banget sih." gerutu Glacia sambil mencebikkan bibirnya.

Lantas Glacia menoleh pada Sakha yang setengah terlelap, "Kak, bangun. Tangan kakak berat." ujar Glacia pelan.

Sakha berdecak, "Nanti, gue masih mau kayak gini."

Balasan Sakha membuat Glacia menghela napas pelan, sekali lagi ia hanya bisa pasrah dengan semua yang Sakha lakukan. Dan Sakha yang mendengar Glacia menghela napas pun lantas bangkit dengan matanya yang masih terasa berat.

"Lo siap-siap, gue antar ke kampus." ujar Sakha dingin.

Glacia mengangguk pelan, kemudian ia bangkit dari ranjang. Menatap Sakha sekilas sebelum akhirnya berlalu untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Sementara Sakha, ia menatap punggung mungil Glacia dengan tatapan yang sulit di artikan. Sampai akhirnya Sakha pun ikut bersiap untuk berangkat ke kampus.

Hingga menit demi menit berlalu, akhirnya Glacia sudah selesai dengan ritual paginya. Ia lantas mencari keberadaan Sakha di ruang makan. Dan benar saja, pemuda itu dengan santai tengah menyantap roti panggang yang di buatnya seorang diri.

"Duduk, makan ini." titahnya.

Glacia menurut, ia kemudian duduk di depan Sakha. Mengambil roti panggang dan selai rasa strawberry, lalu mengoleskannya. Glacia memakan dalam diam, ia terlihat begitu lahap memakannya. Terlihat seperti seseorang yang kehabisan energi.

"Katanya camping di percepat," kata Sakha memecah keheningan.

Alis Glacia mengerut, "Kok tiba-tiba?"

Sakha mengedikkan bahunya, "Gak tahu, tanya Alpha."

Glacia mengangguk mengerti, kemudian ia menggigit lagi rotinya. Kembali, mereka makan dalam hening. Suasana mencekam begitu terasa bagi Glacia, sedangkan Sakha merasa aneh dengan sikap Glacia yang lebih pendiam semenjak kejadian tadi malam.

"Yuk, udah selesai kan?"

Glacia menatap Sakha, lalu mengangguk. Kini keduanya berjalan menuju lift, memencet tombol yang mengarahkan mereka berdua pada basement. Sesampainya di basement, Glacia langsung menaiki mobil Sakha. Sedangkan Sakha sibuk mengemudi, sesekali tatapan matanya melirik tipis pada gadis cantik itu.

Dua puluh menit berlalu, sekarang mereka sudah sampai di kampus. Banyak pasang mata yang melihat mereka, keduanya tampak begitu serasi. Sakha yang tinggi menjulang dengan tubuh Glacia yang mungil, membuat beberapa orang meng-ship mereka untuk menjadi pasangan.

Glacia yang mendengar orang-orang berdecak kagum padanya serta Sakha hanya mampu menunduk, Sakha yang melihat itu lantas merangkul bahu gadis itu.

"Gak usah di dengar kalau lo malu," ucap Sakha sambil berbisik dan lagi-lagi Glacia hanya mengangguk.

Sampai akhirnya suara nyaring dari seseorang mengganggu fokus Sakha pada Glacia, "Sakha!"

Itu Anna, gadis yang ingin menciumnya semalam. Kini ia datang dengan pakaiannya yang ketat, sama seperti hari-hari sebelumnya. Gadis itu datang dan langsung bergelayut manja pada Sakha, mengabaikan Glacia yang kini merasa tak nyaman.

"Lo apaan sih?" sentak Sakha.

Anna mencebikkan bibirnya, "Ih lo jahat banget. Biasanya kalau gue nempel sama lo, lo gak marah."

"Berisik, pergi sana." balas Sakha berdecak.

Anna mengabaikannya, ia lantas melirik sinis Glacia. "Halo junior pemuasnya Sakha, semalam lo ya, yang ganggu gue mau cium Sakha?"

Glacia tersentak atas kalimat yang di katakan Anna. Jadi Kak Anna yang mau cium Kak Sakha? Pikirnya. Dan belum lagi kalimat 'pemuas' yang di tunjukkan Anna padanya, membuat hati Glacia kembali berdenyut sakit.

"Ma-maaf kak. Yaudah, k-kak Sakha aku duluan. Permisi." ujar Glacia tergagap, tak lupa gadis itu pun menundukkan kepalanya dalam.

Di sisi lain Sakha berdecak marah atas kalimat Anna, lantas ia menghentak kasar pergelangan tangan Anna yang menempel padanya. "Mulut lo di jaga!"

"Lo kok marah sih? Gue benar kan? Glacia cuma pemuas lo, gak lebih dari itu." balas Anna tak mau kalah.

Sakha menatap nyalang Anna, "Berisik lo, bangsat!"

Anna yang mendengar umpatan dari Sakha pun lantas menatap marah, "Lo sensitif banget, biasanya lo gak gini ke gue."

Lantas Sakha berjalan mendekat ke arah Anna, "Itu karena lo udah keterlaluan," bisiknya dengan menggeram.

Setelah itu Sakha berlalu dari Anna yang menatapnya tak percaya. Anna, gadis itu tak menyangka Sakha akan bersikap se-kasar itu padanya. Biasanya jika Sakha merasa risih, pemuda itu hanya berdecak lalu memilih untuk menyesap nikotin. Tapi kali ini berbeda.

"Lihat aja Sakha, lo bakal jadi milik gue." gumam Anna kesal.

***

Sudah terbit di e-book yaaa 🤩🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah terbit di e-book yaaa 🤩🦋

DEMENTED SAKHA! [21+] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang