Ugly 3 - Kebohongan!

Start from the beginning
                                    

Rintihan yang keluar dari bibir Riyu tidak serta merta membuat Restu merasa iba. Ia justru semakin ingin mengeluarkan api kemarahannya yang sejak tadi meronta minta disemburkan.

"Papa udah, jangan sakitin Riyu. Stop, Pa!"

Seorang wanita paruh baya berambut pendek berjongkok dengan wajah khawatir seraya memegangi tubuh putranya.

"Minggir kamu Laras! Jangan campuri urusan ayah dan anak!"

"Tapi apa Mas lupa bahwa Riyu anakku juga? Ibu mana yang rela anaknya diperlakukan begini?"

"Saya hanya memberi pelajaran pada anak bandel ini. Dia sudah melanggar kesepakatan yang kita buat di malam itu. Dasar anak tidak berguna. Tidak tahu diri!"

Kuping Riyu memerah mendengar makian Restu. Sudut hatinya terasa pilu penuh lebam yang tidak kunjung sembuh. Diangkatnya kepala, melihat rupa sang ayah yang semakin sangar dalam posisi berdiri di bawah sorotan lampu.

"Puas Papa lakuin ini ke anak sendiri?" mata Riyu membalas pelototan tajam Restu.

"Hei, jangan membantah kamu saat saya lagi bicara!"

"Tapi apa begini cara seorang ayah mendidik anaknya?!"

Tangan Restu bergerak menyapu rahang Riyu. Sebuah tamparan membekas, membuat sisi kiri pipi lelaki itu panas. Detik setelahnya rasa sakit bermunculan menghantam tulang gerahamnya. Ia mengiris kesakitan bersamaan matanya yang memerah.

"Jangan, Mas!" teriakan Laras—sang ibu tidak mempengaruhi aksi Restu dalam memberi pelajaran pada sang putra.

"Apa ini?" Riyu tersenyum miris, menoleh dengan luka yang bermain petak umpet dalam sorotan pupil walnutnya. "Papa mau menunjukkan bahwa Papa kekar karena pintar bermain tangan?!"

"TUTUP MULUT KAMU!" Tubuh Restu bergetar memandangi Riyu dengan tatapan seolah ingin menelannya hidup-hidup.

"KAMU SUDAH BERANI BERBOHONG DEMI MELINDUNGI PEREMPUAN ITU. KAMU SADAR TIDAK BAHWA APA YANG KAMU LAKUKAN ITU SALAH BESAR?!"

Rahang Riyu mengeras, mempertontonkan deretan giginya yang memutih. Napasnya terdengar bergemuruh. Kerongkongannya terasa kering hingga sulit baginya menelan liur.

"Jangan bawa Aluna. Sudah kubilang jangan menyeret Aluna di sini. Dia tidak salah!"

"DIAM!" Restu menutup telinganya. Muka lelaki paruh baya itu sekarang terlihat merah seperti tomat matang. Agaknya perkataan sang putra benar-benar mengganggu pikirannya.

Tidak ada yang menyukai nama Aluna di rumah ini. Itu faktanya.

"Jangan bikin keluarga ini malu, Riyu! Sudah cukup perbuatan kamu yang kelewat batas itu!"

"Papa bilang aku kelewat batas?" Riyu menunjuk dadanya sendiri. "Bukannya Papa yang selalu mencampuri urusan aku hingga aku tidak berhak menyampaikan apa pun di rumah ini?!"

"Nak, sudah. Jangan melawan lagi. Masuk kamar, cepat!" Laras membisikkannya di telinga Riyu, akan tetapi lelaki itu masih saja bersikeras berdiri untuk menentang papanya.

"Jangan sampai Papa berbuat nekad untuk menjauhkan kamu dari gadis sialan itu!" Restu menarik napas sedalam mungkin. "Atau kamu mau Papa memecat Sarwono agar keluarga mereka semakin menderita?!"

"Mas, cukup!"

"Jangan coba-coba lakukan itu! Argh!" Riyu menjerit frustasi seraya mengacak rambut.

"Jika tidak, tolong jauhi Aluna ... dan bersikap baiklah pada Scarletta!" Restu menaikkan sebelah alis dengan telunjuk yang mengarah ke muka anaknya. "Sempat sekali saja kamu ketahuan berbohong, Papa akan kirim kamu untuk bersekolah ke luar Provinsi, bahkan luar Jawa sekaligus agar kamu tidak bisa lagi melihat muka Aluna. Paham?!"

After Me UglyWhere stories live. Discover now