ATLANTA : PROLOG

874K 49.6K 5.1K
                                    

Tidak ada perubahan alur, hanya ada sedikit perubahan nama.

°°°°°

Aletheia mengeratkan jaket hitam yang ia pakai, cuaca yang dingin serta tempat yang sepi membuat tubuhnya meremang. Gelisah, takut, semua bercampur menjadi satu. Berulang kali ia mengedarkan pandangan, berharap ada orang agar ia bisa meminta tolong, tapi nihil tidak ada satupun orang ditempat ini.

Hanya ada pohon-pohon besar yang menjulang tinggi serta bangunan besar yang terbengkalai. Itu terlihat menakutkan.

"Aletheia, lo sial banget hari ini. Dimarahin, kabur berujung nyasar, ponsel rusak. Dasar goblok!"

Untuk kesekian kalinya, Aletheia merutuki dirinya sendiri. Ponselnya rusak karena tadi ia sempat terjatuh ketika berlari.

"Ayah jahat banget sih!"

Matanya memanas. Jika saja Ayahnya tidak memaksa Aletheia bersekolah di SMA Sarendra pasti Aletheia tidak akan kabur. Aletheia hanya ingin bersekolah di Cakrawala, sekolah incarannya semasa di Bandung. Namun sang Ayah malah menyuruhnya sekolah di SMA Sarendra, sekolah yang terkenal akan peraturan yang begitu ketat dan sangat disiplin.

"Kalau bukan Ayah sendiri udah gue kutuk jadi batu!"

Tak terhitung lagi seberapa banyak dosa yang telah Aletheia perbuat karena kata-katanya yang kesal pada sang Ayah.

"Ampun, Lan. Gue minta maaf... please lepasin gue..."

Aletheia mengerjap pelan, ia tersenyum lebar. "Ada suara berarti ada orang—" Senyumnya perlahan pudar ketika menyadari ada suatu hal yang aneh. "Tapi kok suaranya kayak kesiksa gitu sih?" Perlahan suara Aletheia mulai melirih.

Berusaha memberanikan diri, Aletheia mencari tahu dari mana suara itu berasal. Bagaimana pun Aletheia harus segera pulang karena hari semakin larut.

Suara rintihan itu semakin jelas didominasi dengan suara tawa puas yang menyatu. Aletheia mencengkram erat jaketnya karena ketakutan.

Damn it! Aletheia ingin lenyap dari dunia karena sekarang ia melihat aksi yang membuatnya meringis. Di depannya sekarang terdapat puluhan orang dengan memakai jaket bertuliskan RAVOZER.

Aletheia tidak bodoh. Ia juga tidak kudet. Aletheia jelas tahu siapa mereka semua. Mereka anak motor dengan wajah yang menyeramkan namun sialnya tampan. Sial! Aletheia benar-benar gila karena disituasi seperti ini masih menyempatkan diri untuk memuji para iblis tampan itu.

"Lan, gue mohon lepasin gue. Sakit... aggh."

"Habisin aja, Lan! Penghianat kek dia pantas mati!" Seruan itu disambut gelak tawa mereka semua. Seolah kejadian ini adalah hiburan yang akan rugi bila dilewatkan.

"Alkohol?" Aletheia menutup hidungnya dengan kedua tangan ketika bau alkohol menyeruak masuk kedalam indra penciumannya. Ternyata beberapa dari mereka meminum minuman terlarang itu.

"AGGH!"

Aletheia menutup kedua matanya. Ketika si pelaku menumpahkan alkohol pada luka korban yang tampak begitu menyedihkan. Ini keterlaluan, mereka bisa kena sanksi akibat perbuatan mereka.

Mata gadis itu membola ketika si pelaku hendak menikam korban dengan pisau. "WHAT ARE YOU DOING?!"

Aletheia membekap mulutnya ketika selesai berteriak. Itu percuma karena sekarang semua orang berjaket RAVOZER menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda. Bahkan ada dari mereka yang menatapnya dengan tatapan penuh minat, dan itu membuat Aletheia merasa tidak nyaman.

"Who are you?"

Suara dengan nada rendah itu membuat Aletheia meremang. Ia memfokuskan diri pada si pelaku–Atlanta–yang sekarang tengah menatapnya tajam.

"G-gak penting gue siapa—" Aletheia mendongak menatap Atlanta berani. "Yang lo lakuin ini salah, salah besar." Nyatanya tidak hanya mereka yang gila, tetapi juga Aletheia karena berani menantang sang ketua RAVOZER.

"Shut up!" Desis Atlanta penuh amarah. Ia membanting pisau di tangannya lalu berjalan mendekati Aletheia. "Lo nyari mati?" Ia mencekik leher Aletheia.

"Le-pas."

Sesak. Aletheia merasakan itu sekarang. Apalagi setelah Atlanta mengeratkan cekikan pada lehernya. Jika dibiarkan semakin lama, maka Aletheia bisa kehilangan nyawa detik itu juga.

"Lan, sadar dia cewek. Urusan kita sama penghianat itu, bukan sama ini cewek!" Sahabat Atlanta– Caesar melepas paksa tangan Atlanta sehingga Aletheia langsung menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Minggir!" sentak Atlanta membuat Caesar menghela nafas lalu memilih mundur menjauh. "Masih berani?"

Mata Aletheia memanas. Entah mengapa rasanya sangat malu sekaligus sesak, semua rasa bercampur menjadi satu. Melihat tatapan mengejek dari mereka yang memakai jaket yang sama dengan Atlanta membuatnya ingin menangis.

"Nyali patungan gak usah banyak gaya!" ujar Atlanta seraya menunjuk wajah Aletheia.

"Neng cantik, mending pergi aja ya." Jendra, cowok manis itu menghampiri Aletheia.

"Tap–"

"Apalagi?!" Geram Atlanta, meraup wajah kasar. Ia tidak sesabar itu, jika tidak dicegah oleh Caesar mungkin perempuan itu sudah habis di tangannya.

Aletheia memejamkan matanya, menatap Jendra dengan tatapan memelas. "Gue nyasar, bantuin ya?"

Malu banget, serius.

°°°°°

ATLANTA|RAVOZER : impossible is nothing!

Banyak adegan kekerasan, kata-kata kasar, toxic, tindak tidak saling menghormati dan menghargai. So, jadilah pembaca yang bijak. Maaf jika ada kesamaan nama, tempat, tokoh, karakter dengan cerita lain.

Attention! Jangan bawa nama-nama tokoh lain kedalam cerita ini. Ada sedikit perubahan nama, tapi kalau cast kayaknya enggak.

JANGAN SPOILER APAPUN YANG ADALAM CERITA INI. Hargai aku sebagai author dan pembaca lain yang baru baca.

Start : Kamis, 05 Agustus 2021
Finish : 25 September 2022

A T L A N T A
Story : ʙʏ ɴᴢʏɴᴅᴀᴀ

- Ⓗ Ⓐ Ⓟ Ⓟ Ⓨ Ⓡ Ⓔ Ⓐ Ⓓ Ⓘ Ⓝ Ⓖ -

ATLANTA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang