Pintu utama ruang tahanan tersebut dibuka paksa dengan menghancurkan kuncinya. Setelah mereka masuk, kamera CCTV yang berada di dalam kubus tersebut juga dihancurkan.

"Bagaimana bisa kau berada di sini? Dan ini siapa?" tanya Seokjin, masih terkaget-kaget dengan sederet peristiwa yang terjadi saat ini.

"Panjang ceritanya. Tapi aku punya rencana untuk pergi dan dia menyetujuinya." Jungwon menunjuk rekannya.

Sang rekan langsung menunjuk Jimin dan berkata, "Aku yang membuatmu terluka. Maafkan aku," sambil membungkuk dalam-dalam.

Sulit rasanya menutup mulut yang menganga akibat syok. Berkali-kali berkedip sebagai penyadar bahwa semuanya nyata pun tidak begitu ampuh. Ini terlihat seperti khayalan.

"Kalian hanyalah zombi yang tidak tahu apapun beberapa jam lalu dan sekarang kalian punya rencana untuk kabur?" Yoongi mencoba ingin memastikan. Itu karena melarikan diri dari fasilitas seperti ini sama sekali tidak mudah.

"Tidak masuk akal, kan? Tapi tolong percaya padaku. Aku tahu kita bisa pergi dari sini. Aku dan Jaeyoon sudah membicarakan ini dan aku bisa jamin kita akan berhasil."

"Kau menjamin?" Yoongi menunjuk Jungwon. "Oh, ayolah. Aku tahu kalian seperti harapan terakhir kami, tapi apakah itu mungkin?"

"Mungkin."

Hoseok dan Jimin berkata serempak, mengambil perhatian seluruh yang hadir di sana.

"Apa?" Yoongi bertanya tak percaya.

"Kita masih bisa melanjutkan rencana kita yang semula. Aku tahu dimana kita akan meraih pesawat dan jika beruntung, kita juga tidak akan kehilangan bekal yang pernah kita kemas sebelumnya," jawab Hoseok penuh antusias. Rasa sakit dan haus yang barusan ia rasakan ditepis oleh harapan yang Jungwon bawa.

"Aku ... tidak tahu, Hoseok." Taehyung angkat suara. "Sesuatu ditanam di dalam bahu kita dan jika kita ketahuan, kita bisa mati tergoreng listrik."

"Itu sebabnya aku bawa ini." Jungwon tiba-tiba mengacungkan sebuah pisau kecil. "Aku dan Jaeyoon sudah mengambil benda itu keluar dari bahu kami. Cukup menyayat sebagian kecil daging dan benda itu bisa keluar."

"Cukup?" Jungkook mengulang. "Hei, jika kita ingin kabur cepat, aku betul-betul tidak merekomendasikan membuat luka. Ditambah lagi, darah kita tidak boleh menetes untuk menghilangkan jejak."

"Kita punya P3K." Seokjin menunjuk kotak obat yang diberikan kepada mereka untuk mengobati Jimin. "Aku pikir tidak ada salahnya untuk mencoba. Aku bisa membantu agar kau tidak merasa sakit."

Seokjin sudah mengambil pisau dari tangan Jungwon dan Jungkook langsung mundur sambil memegangi bahunya. "Aku ingin Yoongi. Aku ingin Yoongi yang mengeluarkannya untukku. Aku tidak percaya padamu."

Sebuah helaan napas jengkel keluar dari mulut Seokjin. Lalu ia beralih pada Jungwon. "Tidak punya pisau lain?"

"Ini." Rekan Jungwon yang dipanggil Jaeyoon itu mengacung dua buah pisau di tangannya. Seokjin jadi bertanya-tanya apakah mereka mencurinya dari meja laboratorium milik ayahnya.

"Oke. Yoongi dan aku dan... mungkin Jungwon yang akan membantu. Kita bergerak cepat."

Masing-masing yang disebut namanya pun menurut tanpa kata. Yoongi mengambil pisau dari tangan Seokjin dan menarik Jungkook yang ketakutan untuk duduk di hadapannya. Seokjin menangani Jimin yang bahunya sudah sobek sejak awal. Sedangkan Jungwon mengambil alih Taehyung.

Mereka lakukan bergiliran. Untuk meredam suara, mereka menggigit kain baju masing-masing kala bilah pisau menyayat bahu mereka. Ada banyak darah yang tumpah. Jaeyoon mendapat tugas untuk menahan tubuh-tubuh mereka yang menggeliat kesakitan. Namun, mereka punya satu tujuan yang sama sehingga semuanya bersikeras untuk tidak menggagalkan operasi melarikan diri tersebut.

[taejin] ZOMBIE.ZIPحيث تعيش القصص. اكتشف الآن