Jejeran buku yang begitu rapi tak membuat Fatiya mengalihan pandangannya dari Dzaka. Bukan, ia tak terpesona sama laki-laki itu, ia hanya kesal dengan diri sendiri.
Bagaimana bisa Fatiya dengan gampangnya mengikuti Dzaka? Padahal tadi di rumah ia sudah mengunci pintu dan tak mendengarkan Frisqi yang memanggilnya. Tapi, ketika Dzaka mendobrak pintunya, Fatiya tak bisa melawan.
Takut tepatnya.
"Mau beli buku apa? Kayaknya yang ini bagus," ucap Dzaka menyodorkan salah satu novel.
"Mencar aja, aku mau milih sendiri," gumam Fatiya.
Bohong kalau Fatiya tak menyukai Dzaka, tak masalah bukan hanya dengan sebuah kebohongan yang diciptakan Dzaka? Sebuah kebohongan tak sebanding dengan semua perlakuan lembut pada Fatiya.
Fatiya bersembunyi di balik rak novel fiksi remaja, diam-diam mengarahkan handphonenya pada Dzaka dan memotretnya. Senyum terbit di bibir merah mudanya itu.
"Aaa manis banget," gumamnya gemas.
"Tapi, kok pipinya di plester, ya?" tanya Fatiya mengamati wajah Dzaka teliti.
Merasa diperhatikan, Dzaka menoleh ke arah Fatiya yang langsung mengalihkan pandangan. Tanpa curiga laki-laki itu kembali memilah buku. Fatiya menghela napas lega.
Selesai memilah beberapa buku, Fatiya berjalan menuju sofa dan duduk dengan tenang. Ia mengambil earphone lalu menyumpalnya di kedua telinga, manik cokelatnya menatap handphone serius.
Dzaka melirik Fatiya lalu tersenyum tipis, ia duduk di depan Fatiya. Terang-terangan mengarahkan handphone pada Fatiya dan memotretnya.
"Hih! Hapus, nggak!" bisik Fatiya sambil melotot.
"Nggak mau, wle!" ucap Dzaka memeletkan lidahnya.
"Dzaka, hapusss!"
"Cantik, kok. Nggak perlu dihapus."
"Dzaka, mah! Pasti fotonya malu-maluin, 'kan?! Jujur cepet!"
Dzaka tersenyum remeh.
"Impas, kamu juga foto aku tadi," balas Dzaka cuek.
Fatiya berdecak kesal, terpaksa membuka galeri dan menunjukkan hasil foto Dzaka yang menurutnya keren. Demi foto yang diambil Dzaka, Fatiya rela menghapus foto yang baru saja ambil. Walaupun dalam hati ia menentang karena foto itu terlalu sayang dihapus.
"Udahkan? Sini cepet kasih foto aku!"
"Ntaran aja, mau post di instagram," balas Dzaka.
"Dzakaaa!"
"Iya, sayangku?"
Fatiya cemberut, wajahnya merona seketika karena hal sesepele itu. Perempuan berhodie hitam itu mengusap wajahnya gemas, ia sudah kalah sebelum melawan balik, alias balas dendam.
Ia takkan bisa balas dendam pada laki-laki yang menjadi pasangannya ini. Benar, Fatiya sudah hampir tahu semua kebenaran yang disembunyikan Dzaka.
"Dza, hapus, pliiss," ucap Fatiya mengerucutkan bibirnya.
Dzaka tertawa gemas, menunjuk pipinya dengan jahil.
"Cium dulu."
Fatiya ngambek, tak peduli lagi dengan fotonya yang akan diapakan oleh Dzaka. Fatiya lebih memilih membaca buku di depannya dengan raut datar. Mengabaikan Dzaka sepenuhnya yang lagi-lagi mengambil foto dirinya.
"Dza, lo ngapain?" celetuk Farhan yang tiba-tiba saja bergabung.
Dzaka berdecis. Dasar merusak suasana. Padahal ia senang sekali karena tidak ada yang mengganggu dirinya dengan Fatiya, kenapa Farhan harus berkunjung?

KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Ghibran
General Fiction{Sudah Terbit} Fatiya tak mengenal siapa yang menjaganya secara posesif, yang ia tahu adalah laki-laki itu tulus menjaganya. Ke mana pun ia pergi akan selalu diikuti, bukan risih tapi terasa nyaman. Tatapan teduh milik Ghibran terasa menenangkan hat...