{Sudah Terbit}
Fatiya tak mengenal siapa yang menjaganya secara posesif, yang ia tahu adalah laki-laki itu tulus menjaganya. Ke mana pun ia pergi akan selalu diikuti, bukan risih tapi terasa nyaman.
Tatapan teduh milik Ghibran terasa menenangkan hat...
Fatiya membereskan semua peralatan yang ia perlu, pertandingan akan diselenggarakan besok dan ia harus siap lebih dari siap. Setelah memasukan beberapa helai sapu tangan, barulah perempuan manis itu berbaring di atas kasur.
Manik cokelat miliknya menatap lampu kamar yang remang, ia membuka handphone. Dzaka baru saja memposting sesuatu, Fatiya tidak ge'er, hanya saja postingan kali ini Dzaka memposting foto dirinya.
Dzka.alkarim
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ican_ganteng Pantes sih Fatiya sama dia, kan sama-sama alim
Kening Fatiya menyerngit dalam, merasa heran dengan kelakuan anggota Xevora. Terlebih Farhan secara terang-terangan menyebut anggota inti Xevora di kolom komen milik Dzaka.
"Bukannya kamu nyembunyiin identitas, ya, di SMANSA?" tanya Fatiya heran.
"Emang, nggak bakal ada yang tau juga."
"Kok gitu?"
Dzaka menatap langit-langit kamar, ia ikut berbaring di sebelah Fatiya sambil menghela napas. Tadi, setelah pulang dari makan es krim keduanya langsung pulang karena disuruh Umi. Umi dan Abi ada perlu di luar kota, jadi Fatiya dijaga oleh Dzaka sampai keduanya pulang.
"Ya enggak bakal ada yang tau, dan lagi nama asliku terkenal di pesantren. Berabe kalau ada Dzaka di SMANSA," balas Dzaka.
Fatiya mengangguk mengerti, berusaha tak begitu khawatir dengan keadaan Dzaka. Perempuan manis itu memiringkan tubuhnya menghadap Dzaka, menatap wajah Dzaka dengan senyum tipis.