Sudah menyerah sebelum berjuang.
Dzaka menyerngit kala Farhan menghamburkan tubuhnya ke sisi kasur. Farhan tampak gelisah dan tertekan, sebenarnya Dzaka tidak begitu peduli. Tapi, sebagai teman yang baik ia harus memberi arahan yang jelas.
"Segitunya lo suka sama Resya?"
"Gue harus gimana, Dza?"
"Udah jeles, tinggalin!"
"Tapi--"
"Lo mau nentang Tuhan?"
"Enggak ...."
Farhan cemberut, ia kesal jiwa dan raga. Tapi, pada siapa harus menyalahkan perasaannya? Farhan tak bisa menyalahkan siapapun, seharusnya saat ia merasa suka pada seseorang harus ia cari tahu terlebih dahulu.
"Lo milih Tuhan atau dia?" tanya Dzaka sinis.
"Lo tau kalo itu bukan pilihan!"
"Makanya mikir! Otak lo tu cuma buat pajangan? Cari cewek lain yang bisa lo ajak ta'arufan! Banyak di luar sana yang seiman dan seamin sama lo."
Farhan ingin menangis saja, semua yang dikatakan Dzaka benar. Dirinya yang terlalu terlena sama perasaan sampai melupakan siapa pemilik tahta sebenarnya. Farhan merasa berdosa.
"Lo bener, gue bakal lupain dia."
"Bagus! Anak gue emang pinter."
"Gue bukan anak lo!"
Dzaka tersenyum tipis, menepuk bahu Farhan dengan tenang. Laki-laki itu beralih pada handphonenya sedetik, kemudian menatap Farhan dengan sorot serius.
"2 minggu lagi Fatiya bakal tanding, mau ikut?" tawar Dzaka.
"Iya, siapa tau gue bisa cari cewek, 'kan?" Farhan tersenyum miris.
Mama Farhan kembali mendesak soal pernikahan. Farhan tak bisa melakukannya dalam waktu dekat, calon saja belum ada, bagaimana cara melakukannya? Farhan bersedih hati.
"Istri lo nggak ada temen selain Resya, ya?" tanya Farhan.
"Ntar gue tanya setelah tanding. Gue mau selesein semua urusan gue dulu."
****
"Ukhty cantik, pacaran hayuk sama Abwang," rayu seorang preman.
Fatiya tersenyum kosong, terus melangkah sambil bersenandung dengan unsur menyindir. Fatiya menjetik jari-jemarinya untuk nada senandungnya, lalu memasang tampang jutek.
Tapi Umi bilang
Nggak boleh pacaran
Umur belasan, harus fokus ujian!🎶
Dari pada pacaran
Nanti kebablasan!"Nggak apa-apa, kok, cantik! Abwang nggak bakal apa-apain ukhty," rayunya terus menerus.
Tapi kudu harus ingat
Al-isra tujuh belas
Yang ada artinya
Jangan dekati zina
Aduh jangan ngebantah!
Janganlah ngebantah!🎶"Jual mahal banget lo! Modal kerudung doang sama bawa kitab, sok suci banget jadi orang!" maki preman itu kasar.
"Mending sok suci, daripada situ? Keluyuran nggak jelas, mending ke Masjid deh, Bang! Biar berpahala buat akhirat," nasihat Fatiya.
Preman itu naik pitam, merasa ada bahaya dari orang itu, Fatiya langsung mengangkat gamisnya dan berlari secepat mungkin. Ia melihat rumah Dzaka dari kejauhan dan masuk setelah mengucapkan salam.

KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Ghibran
General Fiction{Sudah Terbit} Fatiya tak mengenal siapa yang menjaganya secara posesif, yang ia tahu adalah laki-laki itu tulus menjaganya. Ke mana pun ia pergi akan selalu diikuti, bukan risih tapi terasa nyaman. Tatapan teduh milik Ghibran terasa menenangkan hat...