Rumah adalah Azkaban, begitulah yang di rasakan oleh gadis yang terlahir dan hidup di pinggiran kota London. Menjalani beban ayahnya yang memutuskan bersembunyi untuk memulihkan nama keluarganya dari kegelapan sang penguasa kematian.
Keluarganya memutuskan meredam kekuatan sihir yang mengalir pada tiap tetes darah mereka, hidup dalam kawasan manusia biasa membuat hubungan ayah dan ibunya merenggang.
Terbiasa mendengarkan makian yang di lontarkan keduanya sudah seperti alunan musik yang biasa di putar di tengah ruang keluarga.
Gadis itu, Zara Avery sudah terbiasa menelan hal pait yang memaksanya bangkit dari sakit.
Ia memutuskan untuk hidup dan menyendiri, tak ingin sakitnya tertular kepada siapapun.
_________________________________
"Good evening, children.." penutur awal pembukaan tahun ajaran baru di mulai di Hogwarts, dengan kedatangan seorang Professor baru yang mengisi kelas yang tak pernah terisi oleh seorang guru selama lebih dari setahun. Wanita itu mengatakan banyak hal, mengenai siapa dirinya dan keinginannya berada di Hogwarts untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
"Apa maksud wanita bodoh itu sih?"
"Mungkin yang bodoh justru kau Malfoy" pekiknya merendahkan.
"Diam Avery, jika kau tau maksud wanita itu jelaskan saja!"
"Maksudnya, Kementerian ingin mengatur yang di ajarkan di Hogwarts."
Acara tersebut berakhir, seluruhnya kembali pada asramanya masing masing. Begitu juga dengan Zara yang memutuskan untuk kembali di baris kerumun paling belakang. "Excuse me.. Miss.. miss" seseorang panggilnya dari belakang.
"Yes professor" ia berbalik, melihat wanita berambut coklat muda berantakan dengan kacamata bulatnya. "Kau anak Slytherin kan?"
"Yes" ia menjawab singkat.
"Tolong berikan surat ini kepada Severus Snape, ya.." wanita itu memberikan sebuah surat di balik kertas terlipat. Dengan malasnya ia menerima apa yang wanita itu inginkan. "Baiklah Professor Trelawney"
"Terima kasih, anak baik kirimkan langsung padanya. Jangan berani beraninya kau baca surat itu, okay!" Trelawney tak ingin surat itu dibajak lebih dulu. "Aku juga tak berniat membacanya sedikit pun, Professor. Aku pergi dulu"
Gadis itu pergi, ia langsung mengetuk pintu penanggung jawab asramanya. "Professor Snape, permisi"
Ia mengetuknya berkali kali, tapi tak ada balasan. Severus Snape memang begitu bukan, ia tak ingin di usik.
Dengan itu Zara memutuskan untuk menyodorkan surat tersebut dari bawah pintu ruangannya. "Surat apa itu?!!" Bentak suara dari arah dalam ruangan tersebut.
"Ya surat lah."
"Surat dari siapa itu idiot!"
"Kau akan mengetahuinya dari siapa jika kau sudah membacanya" Zara langsung pergi dari depan ruang itu menuju asramanya yang tak jauh dari ruangan itu.
"Hei! Siapa kau! Ayo cepat masuk dulu!" Severus segera membuka pintunya, namun justru ia tidak menemukan siapapun di depan rumahnya. Ia mengambil surat itu, mencium surat itu berbau aroma menyengat. Sudah pasti Trelawney.
"Kau dari mana saja, Zara?" Tanya Draco dengan melemparinya dengan sebuah koran yang sudah ia baca habis. Ia menangkapnya. "Bukan urusanmu, Malfoy"
Common room Slytherin dipenuhi siswa siswi yang saling merindukan kawannya satu sama lain dan membahas berita terbaru ulasan Daily Prophet.
Draco menarik tangan gadis itu, membuatnya terduduk di salah satu sofa di sana. "Ayolah Avery, kita sudah 5 tahun bersama di sini.. banyaklah bicara padaku"
VOCÊ ESTÁ LENDO
• HIDDEN MEMORIES •
FanficMenjadi seorang penyendiri sudah menjadi pilihannya, bukan tanpa sebab. Ia tak ingin terlalu menyakiti orang lain di sekitarnya. Tak pernah terlihat karena keinginannya sendiri justru mengantarkannya pada hal indah yang tak pernah ia sangka. Ada se...
