Sambil duduk santai di atas motornya yang sangat berjasa, Theo menyambut beberapa lembar uang berwarna merah dari rekannya.
"Thanks," ucapnya sambil membalas keluhan iri teman-teman yang mengelilinginya dengan senyum kemenangan.
"Menang lagi, menang lagi. Hoki banget, sih, lo."
"Nih motor lo kasih minum bensin atau Extra Joss, sih? Kenceng banget. Padahal penampilannya kelihatan rongsok banget."
"Ini bukan masalah motornya rongsok atau nggak. Yang terpenting dalam sebuah pertandingan balap adalah kesiapan si pengemudi dalam memacu adrenalinnya."
"Lo ke bengkel mana, sih? Gue juga mau permak motor gue."
"Sori, rahasia perusahaan, Bro!" Theo tertawa ringan.
Perlahan kerumunan di sekeliling Theo mulai membubarkan diri. Theo masih saja tersenyum mendengar perbincangan rekan-rekannya yang baru saja tertangkap oleh radar telinganya.
"Lanjut putaran kedua gak, nih? Tapi jangan ngajak Theo deh. Pasti kalah lagi kita!"
"Setuju! Ayo kumpulin uangnya."
Theo mengeluarkan dompet dari saku celananya, kemudian menggabungkan uang yang didapatnya hari ini dengan lembaran-lembaran berwarna sama di sana. Ia urung untuk memasukkan kembali dompet ke sakunya, Dibuka lagi benda itu, kemudian mengeluarkan seluruh lembaran yang sudah cukup lama ia kumpulkan itu.
"Satu, dua, tiga ... dua belas, tiga belas ...." Theo menghela napas panjang. Ia merasa sudah bekerja sangat keras, tapi masih saja belum bisa mengumpulkan lebih banyak uang.
Tepukan pelan di bahunya membuat Theo buru-buru menyimpan kembali uang ke dalam dompet, lalu memasukkannya ke dalam saku. Ia menoleh dan melihat rekannya yang bernama Choky kini berdiri di hadapannya.
"Bro, apa rahasia kau bisa menang terus?" tanya Choky berlogat khas daerah kelahirannya. "Dopingkah?" bisiknya.
Theo hanya melirik, tak berniat menanggapi serius tebakan itu.
"Bilang saja. Ini rahasia kita berdua."
"Ngapain ngabisin duit buat beli barang begituan? Kebutuhan gue jauh lebih penting dari itu!"
Mata Choky membulat. Ia mengerti maksud perkataan Theo. "Kau lagi butuh uang? Pas betul!"
Theo mengerutkan keningnya, menunggu kata-kata lanjutan dari cowok di hadapannya.
"Komunitas dari blok 5 nantangin kita buat tanding. Cuma kau satu-satunya harapan kami. Mereka itu kurang ajar betul. Cara nantanginnya pun gak sopan. Mereka cuma lempar remasan kertas ke basecamp kita. Ayo kita ladeni tantangan mereka!"
Theo tampak menimbang sesuatu, kemudian bertanya tepat ke intinya. "Berapa hadiahnya?"
"Segini." Choky menunjukkan 5 jari tangannya.
Theo membuang pandangannya sambil menghela napas. "Kalo cuma segitu ngapain gue capek-capek harus tanding sampai ke luar komunitas? Di sini juga dapet segitu kalo menang!"
"Bukan lima ratus, tapi lima juta!"
Theo kembali menatap cepat Choky. Itu bukan nominal sedikit baginya. Dengan memenangkan pertandingan itu, tabungannya akan lebih dari cukup untuk ia gunakan.
Choky menangkap ekspresi ketertarikan yang ditunjukkan Theo. Ia tersenyum. "Jadi, kita sanggupin tantangan mereka? Pertandingannya bulan depan, di trek mereka."
"Bubar! Bubar! Bubar!"
Seruan nyaring salah satu teman mereka membuat semua yang berada di sana berhamburan dan lari menuju motor masing-masing, kemudian melarikan diri. Suara bising yang mereka timbulkan beradu dengan suara sirine polisi yang terdengar semakin nyaring. Theo juga bertindak cepat. Ia segera menyalakan mesin motornya, lalu pergi melarikan diri. Ia sadar betul konsekuensi yang harus ia hadapi ketika bergelut dalam kegiatan ilegal seperti ini. Kejar-kejaran dengan polisi adalah kebiasaannya hampir setiap kali melakukan balap liar. Nasibnya selalu beruntung karena tidak pernah tertangkap seperti kebanyakan teman-teman komunitasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Undercover
Teen FictionMendapatkan titah untuk menjadi asisten guru BK membuat Chesa terlibat dengan geng brandal pembuat onar. Namun, setelah mengenal Aksa dan teman-temannya lebih jauh, Chesa sadar mereka tidak seburuk yang dipikirkan. Meski masa lalu yang belum tuntas...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi