Suasana riuh di lapangan memekakkan telinga terdengar sampai ke lorong gedung D lantai 3 dimana seorang perempuan sedang mengistirahatkan dirinya bersama beberapa teman jurusannya yang baru. Padahal jarak antara lapangan dengan gedung D atau biasa disebut gedung fakultas FISIP lumayan jauh. Hal itu seakan menunjukkan seramai apa keadaan di sana.
Beberapa orang yang sedang berada di salah satu ruang kelas itu tampak asyik membicarakan berbagai hal. Terdapat gerombolan anak laki-laki di ujung kelas yang sedang membicarakan sesuatu seputar games, dan sisanya hanya kutu buku yang memilih menelungkupkan kepalanya di meja. Beberapa anak perempuan juga sedang membentuk sebuah lingkaran dengan berbagai macam camilan di tengah-tengah mereka. Salah satu diantara mereka adalah Violet.
Kalandra Violet namanya, seorang perempuan asli Bandung yang merantau ke Jogja. Perawakannya kecil dengan rambut hitam sepinggang, wajahnya rupawan membuat beberapa pasang mata sering melihatnya ketika berpapasan. Violet sedang mendengarkan cerita salah satu temannya dengan seksama dengan mata bulatnya yang lucu. Tangan dengan jemari lentik miliknya menopang dagu dan sesekali menanggapi ucapan temannya. Siapapun pasti akan iri melihat Violet dengan fisik se-sempurna itu.
"Kalian kenal kak Axel ga?" Kata seorang perempuan manis dengan rambut cepolnya yang Violet ketahui bernama Lisa.
Beberapa temannya mengangguk seolah menjawab pertanyaan Lisa barusan. Tetapi tidak dengan Violet, perempuan itu kebingungan atas ketidaktahuannya mengenai laki-laki yang tengah dibicarakan teman-temannya. Lisa seolah menangkap kebingungan Violet dan memukul main-main tangan perempuan itu yang menyebabkan Violet merengut sebal.
"Sumpah Vi lo gak kenal kak Axel?"
"Aduh Viii, lain kali gue ajakin ke gedung hukum deh. Datar banget hidup lo gakenal spesies cogan kayak kak Axel."
Violet mendengus, lagian memangnya harus ya dia mengenal Axel. Dan juga, dia belum mau ambil pusing mengenai laki-lai. Fokusnya saat ini adalah belajar dan mempunya relasi banyak. Toh, dia juga masih maba. Jalannya masih panjang.
"Gue gak kenal dan gak mau kenal sama si Axel itu."
"Busett yang cantik mah beda ya, levelnya bukan di kak Axel lagi." Sahut Lisa yang ditertawai oleh beberapa temannya juga.
"Eh daripada kak Axel, Violet lebih cocoknya sama kak Hanan."
Violet lantas tersenyum canggung saat perkataan temannya yang lain menimpali, sebut saja dia Mutia, perempuan asal Semarang yang kebetulan satu kelompok dengannya di ospek kemarin.
"Eh iya anjir Vi, jangan bilang lo juga gak kenal kak Hanan."
"Lagian kalau kak Axel wajar sih Violet gak kenal, kan beda fakultas. Kalau kak Hanan sampai gak kenal juga kayaknya kebangetan deh Vi."
Teman-teman lainnya menimpali. Jujur saja Violet memang tidak mengenal siapa itu Hanan, Axel atau laki-laki lainnya yang dicarakan teman-temannya barusan. Dia hanya mengenal beberapa laki-laki, itupan hanya ketua hima, teman sekelasnya, fasilitator, dan teman satu kelompoknya saja.
"Vi nanti bareng sama gue aja ke lapangan, gue pastiin lo bakalan ketemu cogan-cogan hits disini."
Violet hanya mengangguk setuju dengan ucapan Mutia, Violet anaknya selalu merasa tidak enak dengan teman-temannya maka dari itu dia selalu mengiyakan ajakan semua temannya tidak terkecuali.
---
"VIOOOO anjir gila banget gak sih kak Hanan."
Euforia Mutia masih saja melekat di perempuan itu selama beberapa menit yang lalu mereka menginjakkan kaki di lapangan. Hal itu disebabkan karena mereka berdua baru saja bertemu dengan Hanan dan Axel sekaligus. Violet baru ingat jika Hanan sering menjadi moderator saat acara ospek universitas kemarin. Dan Axel, dia ternyata kakak tingkat yang ditemuinya sering marah-marah dengan mahasiswa baru.
"Tadi itu kak Axel lagi sama kak Hanan, kak Bian sama kak Jefan. Mereka berempat itu terkenal karena mereka punya kayak band gitu setau gue."
"Lo tau darimana deh Mut info-info kayak gitu."
Mutia menuntunnya untuk duduk di bangku yang menghadap langsung dengan lapangan yang sedang ramai dengan mahasiswa baru dimana mereka sedang menyerbu berbagai macam makanan di stand-stand yang didirikan masing-masing kelompok.
"Lo gak lihat poster acara penutupan ospek univ ya?"
"Emang ada apaan?"
"Ya disana ada namanya salah satu bintang tamu itu The Jackers, terus gue kepo kan itu band apa. Nah gue nanya tu sama kenalan gue, kating disini tapi dia anak adbis. Terus katanya The Jackers itu band-nya kak Hanan, dia leader-nya."
Violet mengangguk mendengarkan penjelasan Mutia mengenai Hanan dan teman-temannya. Jika dilihat-lihat, Hanan memang memiliki fisik yang sempurna, terkenal, anggota BEM, pandai, sangat sempurna untuk ukuran laki-laki seusianya. Dan sepertinya, Violet tidak akan tertarik dengannya, well tipe-tipe seperti Hanan itu terllau susah dijangkau.
YOU ARE READING
Violet [series 1-Ephemeral]
Teen FictionSeri pertama dari Trilogi "Ephemeral"-sesuatu yang berlangsung singkat atau tidak kekal. Sebuah kisah singkat perjalanan seorang perempuan bernama Kalandra Violet di kota pelajar. Beberapa cerita menarik seperti persahabatan, percintaan, dan perpisa...
![Violet [series 1-Ephemeral]](https://img.wattpad.com/cover/277095732-64-k251784.jpg)