Kerajaan Persia memiliki delapan orang pangeran. Dan kini mereka harus bersaing untuk memperebutkan posisi sebagai Putra Mahkota.
Awal tak semua menginginkannya. Tapi ketika sudah dibutakan nafsu dan cinta, bahkan yang semula tak peduli pun akan mengincar tahta.
Bahkan jika harus menggunakan segala cara.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siwon duduk di atas singgasananya sambil memandangi para penasehatnya.
"Ada lagi yang perlu dibicarakan?" tanyanya.
Beberapa saling memandang, lalu walau awal ragu salah satu mulai membuka suara.
"Ini mengenai Putra Mahkota, Yang Mulia."
Bukan pertama kalinya dewan penasehat mengungkit topik ini. Siwon sebenarnya sudah jengah. Tapi dibiarkannya mereka berbicara. Ia mengangguk memberi ijin.
"Sudah saatnya Yang Mulia mengangkat salah satu sebagai Putra Mahkota." Setelah mendapat ijin pria tua itu berbicara.
Salah seorang yang lain menyela "Apa yang perlu diragukan lagi, tentu saja Pangeran Bae, putra dari Ratu yang harus menjadi Putra Mahkota."
"Pangeran Bae masih kecil dan belum membuktikan apapun. Tentu saja posisi ini harus diserahkan pada Pangeran Kim. Dia yang tertua."
"Tua tidak membuktikan apapun. Seorang Raja harus bijaksana. Dan siapa yang lebih bijaksana dari pada pangeran Hwang."
"Hah. Kamu hendak menyerahkan gelar Putra Mahkota pada seorang yang tak menyandang darah Yang Mulia? Hwang Minhyun hanya putra angkat Permaisuri Son."
"Kalau aku, serahkan kepada salah satu putra permaisuri Kang. Mereka kuat. Bukan tanpa sebab Dongho dijuluki harimau dari Persia. Sedang Daniel juga tak kalah hebatnya."
"Siapa yang bisa menyaingi keberanian pangeran Park di medan peran?" tanya seorang yang lain.
Siwon diam melihat semuanya. Ia tahu semua orang hanya mendukung Pangeran dari keluarga mereka masing-masing, tanpa melihat semuanya secara bijak.
Siwon sadar para penasehat yang terdiri dari para bangsawan ini tak lebih dari sekelompok bajingan egois yang hanya ingin memperkuat posisi dan kekayaan mereka.
