Aku dan joi terdiam tidak ada yang kami bicarakan lagi. Kami hanya menatap pesta dengan bosan.
Bagi kami yang kurang menyukai keramaian maka pesta adalah pilihan terburuk untuk di datangi. Tapi apa boleh buat bagi seorang bangsawan sebuah pesta wajib untuk di ikuti apa lagi pesta yang di gelar istana maka mau tak mau, suka tidak suka harus datang atau kau di anggap seorang yang menghina raja.
Aku hanya bisa menghela napas lelah. Coba saja aku jadi peran piguran saja siapa tahu hidupku lebih baik tanpa harus memikirkan rencana bertahan hidup dan menikmati kehidupan damai, tenteram dan sejahtera.
Menjadi seorang protagonis itu merepotkan. Apalagi protagonis yang memiliki sifat polos,lugu,dan naif itu benar-benar sifat protagonis sejati tapi aku tak yakin bisa hidup seperti itu terlebih saat aku mengetahui akan mati karena sifat sialan itu.
Biasanya orang baik akan berakhir bahagia, tapi ini malah berakhir lebih buruk dari yang terburuk membuatku harus memeras otak lebih keras agar bertahan hidup. Sepertinya menjadi antagonis tidaklah buruk mengingat penulis luknut ini lebih memihak pada valen yang seorang antagonis.
Bicara tentang valen aku sedari tadi terus melihat setiap gerak-geriknya yang berada tak jaih dariku. Dapat aku lihat dia mencoba mendekati pangeran al tapi tidak di gubris bahkan lebih terlihat diabaikan.
Tentu saja dia diabaikan karena saat ini dia belum memiliki bunga hitam yang berbahaya itu jadi keberadaanya masih tidak di perdulikan. Tapi aku tidak memperdulikan hal itu yang penting sekarang ialah memikirkan sebuah tragedi yang akan terjadi nanti.
Di novel, alur ini sangat menarik karena ini adalah masalah pertama saat pertama kali membaca cerita itu. Atau lebih spesifiknya mulainya cerita dari tragedi ini. Dan sekarang adalah awal cerita di mainkan.
Aku melihat duke oliver yang masih duduk manis di tempat semula aku meninggalkannya, sembari meminum cairan berwarna ungu itu sesekali.
Sepertinya dia sudah siap, lalu aku menoleh kearah joi yang masih menatap pesta sambil terus menatap sekitar dengan kewaspadaan penuh."sebentar lagi kita akan beraksi." ucapku pada joi dan dia hanya mengangguk pelan lalu berjalan menjauh dariku dan pergi ke arah perkumpulan para bangsawan pria muda.
Aku juga memberi kode pada duke oliver dengan menjentikan jariku sekeras yang aku bisa. Aku rasa dia sudah menyadarinya.
Lalu pandanganku tertuju pada pangeran al yang terus menatapku dengan pandangan memuja. Bahkan ia sudah berjalan mendekatiku. Tapi ia kalah cepat karena duke oliver langsung menghampiriku dan menarikku ke lantai dansa.
Aku sedikit mengintip dan mendapati wajah pangeran al yang kesal karena duke oliver yang langsung menarikku.
Musik dimainkan dan banyak pasangan yang berdansa bersama kami di lantai dansa. Aku melihat joi yang berdansa dengan seorang bangsawan muda kalau tidak salah dia bergelar marquiss.
Sebenarnya bagi lady yang masih lajang boleh berdansa dengan siapapun termasuk ayah mereka ataupun kakak/adik mereka yang bersedia.
Tapi berhubung ayah joi datang bersama ibunya jadi joi tidak bisa meminta ayahnya sebagai pasangan. Dan juga dia anak tunggal terpaksa ia harus mencari orang lain sebagai pasangan dansanya.
Awalnya semuanya baik-baik saja hingga sebuah jeritan menghentikan segala kegiataan, aku dan duke oliver berhenti menari dan menatap kearah sumber suara.
"Lindungi keluarga kerajaan!" teriak salah satu kesatria sembari mengangkat pedangnya.
Bangsawan yang tadinya menari langsung berlari kocar-kacir tak tentu arah berusaha menyelamatkan nyawa kecil mereka dari mara bahaya.
Aku,duke oliver dan joi masih tetap di tempat masing-masing sembari menyiapkan alat yang telah kami siapkan sebelumnya.
Teriakan demi teriakan hingga jeritan kesakitan terdengar di mana-mana. Darah bermuncratan ke sembarang tempat membuat bau amis darah tercium meski dari jauh.
Untungnya aku dulu terbiasa dengan hal yang seperti ini jadi tidak ada rasa jijik di diriku dan sepertinya jiwa psikopatku sudah meronta-ronta ingin segera menebas kepala para penyusup itu hingga terlepas. Ah indahnya.
Segera saja aku mengeluarkan belati perak milikku dan melepas sepatu hak tinggi agar tidak menggangu. Untungnya gaunku ini sudah di desain sedemikian rupa sehingga bisa terlepas dan menyisakan dress ungu pendek sebatas lutut dan terbuat dari kain sutra lembut yang nyaman.
Mataku tertuju pada duke oliver yang secara gila-gilaan membantai penyusup itu seolah sedang memotong tahu. Sadis tapi keren.
Kini aku beralih menatap joi yang sama gesitnya menusuk hingga mengoyak musuhnya dengan wajah datar. Memang sahabatku yang terbaik.
Oke, kini giliranku. Aku melihat sepuluh orang berpakaian hitam berlari ke arahku sembari menodongkan pedang tajam mereka, dengan cepat aku melompat ke arah mereka menggorok salah satu dari mereka hingga terputus lehernya.
Penyusup yang lain melihat salah satu dari mereka mati segera mengeroyokku.
"cih beraninya keroyokan. Pengecut!" hinaku membuat penyusup itu naik pitam dan berusaha menebas kepalaku. Sayang sekali aku ini adalah anggota gengster di kehidupan sebelumnya. Serangan yang mereka layang kan sama saja seperti serangan anak sd yang tidak bisa bela diri dan tidak beraturan.
Aku memukuli mereka satu persatu dengan bringas dan menendang pusaka mereka biar lengkap penderitaan hahahahaha.
Ke sembolan orang itu terkapar sembari memegangi bagian tubuh mereka yang sakit karena pukulan dan tendanganku. Huh meremehkan seorang perempuan adalah kesalahan besar.
Sembari menenteng belati perakku aku mendekati mereka. Satu persatu dari penyusup itu kubunuh dengan tidak manusiawi.
Ada yang terpenggal, termutilasi hingga organ berceceran membuat kesenangan tersendiri bagiku. Tak mengeherankan karena aku sudah terlalu sering membunuh di saat kehidupan pertamaku.
Aku menatap sekitar nampak beberapa bangsawan, kesatria hingga anggota kerajaan yang melihat aksiku bergidik ngeri bahkan ada yang muntah karena mual melihat adegan menjijikan terpampang nyata di hadapan mereka.
Sedangakn joi dan duke oliver mendekatiku dengan tubuh penuh percikan darah dari penyusup yang mereka bunuh.
"hentikan hera. Kau sudah terlalu kotor karena darah." ujar duke oliver memperingatiku yang masih bermain-main dengan mayat penyusup itu. Yah kalian tahulah.
"baik ayah." ucapku patuh.
Aku merasakan tatapan ketakutan yang berasal dari sekumpulan orang itu. Tapi aku tidak perduli akan lebih baik aku segera pulang dan mandi karena penampilanku lebih mirip seorang vampir yang baru saja membunuh mangsanya.
Dress yang aku pakai pun telah basah karena terkena darah tapi untungnya tidak terlalu terlihat karena warnanya yang gelap.
Ah hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan.
Lain kali sepertinya para penyusup itu harus lebih sering datang agar hasrat psikopatku lebih sering tersalurkan karena ini menyenangkan!
Bersambung.
Hai-hai bagaimana part ini bagi kalian terlalu sadiskah? Atau kurang gore?
Comment ya.
Dan terima kasih sudah mau menunggu😘
See you next chapter
Bye-bye

KAMU SEDANG MEMBACA
Make Me A Villain
Historical FictionAmari tidak pernah menyangka dirinya akan bertransmigrasi ke dalam sebuah novel yang ia baca. Namun, bukan menjadi seorang Antagonis seperti yang sering ia baca di novel-novel fiksi yang ia baca, amari malah bertransmigrasi menjadi Protagonis novel...