15. little girl with grown man

6K 257 6
                                    

Izora tidak bisa pergi ke kampus karena Meysi masih demam dan tidak ingin ditinggalkan barang sedetikpun. Izora pun tidak tega untuk meninggalkannya maka jadilah dia di rumah sekarang.

"Vel, ada Naka di depan. Boleh masuk gak dia?" Kepala Mama menyembul diantara pintunya yang tidak tertutup.

Izora yang sedang memberi asi segera melepaskannya. "Suruh tunggu di ruang tamu aja, Ma," balas Izora dan diangguki Mama. "Mey mau ketemu Ayah?" Meysi yang masih lemah itu tetap mengangguk. "Yaudah, di lap dulu ya badannya. Mey bau asem ihh," cibirnya sambil mencium-cium badan Meysi.

Selesai mengelap dan memakaikan Meysi baju, Izora segera turun dan mendapati Azra yang tengah duduk sendiri sambil memainkan ponselnya. Mama terlihat di dapur, mungkin sedang membuat minuman. Sampai sekarang Izora masih tidak mengerti, kenapa Mama yang pandai mencibir dan dulu sangat membenci Azra itu tiba-tiba menjadi baik dan dengan mudah memaafkan Azra. Sampai saat ini Izora tidak tahu alasannya apa.

"Mey masih demam, Ra?" tanya Azra begitu Izora duduk di sebrangnya. Laki-laki itu langsung menyimpan hp-nya begitu saja.

"Ya masih lah, kalo enggak ngapain dipakein pereda panas gini."

Azra berdiri dan tiba-tiba duduk di sebelah Izora, jaraknya sangat dekat bahkan bahu mereka bersentuhan. Dari jarak sedekat ini Izora bisa mencium wangi pria itu. Pantas saja Meysi betah, karena selain dada bidang pria itu yang sandaranable, wangi laki-laki ini juga bisa membuat siapapun akan betah untuk memeluknya. Termasuk Izora juga sih, kalau tidak begini kondisinya sudah pasti dia akan gelendotan pada laki-laki ini.

"Bisa jauhan gak duduknya? Mepet banget kayak di angkot aja!" ketus Izora seperti biasa dan untungnya Azra sudah sangat terbiasa dengan itu.

"Bentar, sekarang mau gendong Mey dulu, boleh?" tanya Azra meminta izin seperti biasa. Sebenarnya alasannya ini adalah agar tidak terjadi sesuatu seperti pertama kali dia melihat Mey dan langsung memeluknya begitu saja dan hal itu langsung kena amukan Izora.

"Gak masuk matkul pertama, kenapa gak telepon aku aja suruh jagain Mey?" tanya Azra sambil menyimpan Meysi di pangkuannya.

"Males."

"Lain kali telepon aja, Ra. Aku gak apa-apa kalau harus absen, kalo kamu 'kan masih maba, sayang banget kalo ketinggalan satu kelas."

"So senior banget lo!"

"Bukan gitu maksudnya, Izora ..." Azra menggelengkan kepalanya, berusaha bersabar menghadapi Izora yang selalu salah mengartikan ucapannya. "Mey, wangi banget. Abis mandi yaa?"

Izora berdecak. "Cuma gue lap! Bayi demam kalo dimandiin takutnya malah tambah demam, masa gitu aja gak tahu?!"

"Kenapa sih ketus banget Mama denger-denger, Vel." Mama datang dengan membawa teh manis dengan beberapa camilan.

"Udah aku bilang kalo ketemu dia tuh kesel, Mama sih pake izinin dia masuk terus!"

Mama menyerit. "Perasaan, Mama izin dulu sama kamu, Vel. Orang kamu sendiri yang mau Naka masuk."

"Enggak tuh, gak pernah aku bilang mau dia masuk." Izora melirik Azra yang tengah menatapnya dengan senyuman tertahan. "Apa?! Kenapa liat-liat?!"

"Mey, Bunda nya galak ya. Kata orang, cewek kalo marah-marah terus tuh artinya kangen," gumam Azra. "Padahal kalo kangen tinggal bilang aja ya, gak usah malah marah terus-terusan gitu."

"Najis! So tahu banget lo!"

Mama memukul pelan tangan Izora yang sedang nangkring di pahanya sendiri. "Bahasa kamu itu kasar banget. Ada Mey loh, Vel. Gimana kalo dia ikut-ikutan, kayak gak tau aja anaknya se-fomo apa."

GARIS BATAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang