07

22.8K 2.7K 192
                                    

▪︎▪︎▪︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪︎
▪︎
▪︎

Hari minggu Tara memilih mengelingi kota untuk mencari suasana baru dengan menaiki motor vespa kesayangan papinya. Dengan kecepatan sedang Tara menikmati angin yang menerpa wajah yang tak terhalang kaca helm.

Saat melewati gang ia melihat seseorang yang sedang rebahan atau pingsan berada didekat tong kosong, karena penasaran Tara  memberhentikan motor lalu melangkah mendekat ke arah orang itu.

Berjongkok kemudian di tepuknya pelan bahu orang tersebut, "Woy bangun, ngapain bobok disini." Tara menguncang pelan tubuh pemuda itu.

"Sshh. Sakit bego!!" Ngegas orang itu karena Tara menyentuh luka dibagian bahunya.

"Jangan nge-gas anying!" kesal Tara, padahal niat dia baik cuma bangunin doang eh malah diamuk.

"Ck." Pemuda tersebut berdecak lalu bangkit  mendudukan tubuhnya dengan bersandar di tong sambil memegang perutnya yang terasa nyeri. Bukan haid tapi kena tendang.

Tara terpaku beberapa detik menatap wajah pemuda dihadapannya. 'Ganteng, apalagi ditambah sama luka di wajahnya jadi kelihatan hot.' Tara menggeleng pelan mengeyahkan pikiran  barusan.

"Lo luka?" tanya Tara sambil menyentuh luka yang berada disudut bibir pemuda bermanik hitam itu.

Pemuda itu menepis tangan Tara lalu menatap sinis Tara. "Buta mata lo!!"

Tara menggeleng polos karena dia enggak buta'kan.

Tanpa menghiraukan Tara, orang tersebut mengedarkan kepalanya mencari sesuatu.

"Cari apa?" tanya Tara sembari mendudukan dirinya di dekat orang tersebut.

Dia melirik sekilas ke Tara "Motor gw."

"Tapi dari tadi gada motor disini." ujar Tara ikut menatap sekeliling yang terdapat banyak tong kosong.

Orang itu mengacak rambutnya frustasi, dibuka ponsel untuk menghubungi sahabatnya yang berada di markas untuk menjemput dirinya tapi naas ponsel mati gara-gara lupa ia cas.

Tara yang melihat gelagat aneh orang disebelah nya hanya diam menatap saja tanpa berkomentar.

"Pinjem ponsel lo." ujarnya mengadahkan tangan kehadapan Tara.

Tara mengernyit heran buat apaan ponselnya "Buat apaan?"

"Nelfon temen gw."

"Oh." diserahkan ponsel , pemuda itu sibuk mengotak-atik ponsel Tara.

Tak lama kemudian diserahkan nya kembali "Kenapa?" tanya Tara saat melihat wajah kusut orang disebelahnya.

"Gw ga inget no ponsel temen gw." ujarnya lesu.

Sudut bibir Tara berkedut ingin rasanya tertawa tapi kasihan juga melihat pemuda disebalahnya.

"Gw anter aja gimana?" Tawar Tara karena dirinya masih ingin berkeliling bukan diam disini.

Pemuda itu melirik ke arah Tara lalu mengangguk tanda setuju.

Tara bangkit dari duduknya diikuti juga dengan pemuda tersebut sambil memegang perutnya.

"Ikutin gw." ujar Tara berjalan di depan.

Sesampainya di motor Tara langsung naik dan memakai helm lalu melirik ke arah orang tersebut yang hanya menatap nya heran.

"Naik."

"Lu bisa naik motor?" tanyanya ragu, kan gak elit misalnya baru aja bonceng terus njungkal ke depan.

Tara berdecak selalu itu pertanyaan nya, ga ada yang lain apa?

"Menurut lo?" bukannya menjawab Tara malah balik bertanya.

Orang tersebut hanya mengedikan bahunya, lalu naik ke jok belakang Tara.

"Siap."

"Hm." pria itu melingkarkan tangan kekar nya di perut ramping Tara. Membuat sang empunya kaget.

"Lepas!"

"Gak, nanti jatuh gimana?"

"Bukan urusan gw! Lepas atau gak gw antar sama sekali!"

Terlihat dari spion orang yang duduk di jok belakang motornya itu mengerutu dengan bibir dicebikan ke depan.

'Gemes pengen gw cium. Eh?' Tara menggeleng kan kepalanya pelan, mengenyahkan pikiran barusan.

"Yaudah iya lepas." ujarnya kesal, tangannya bersedekap dada menatap ke arah kanan.

Motor melaju dengan kecepatan sedang, takutnya kalau entar kecepatanpenuh yang dibelakang malah njengkang kan Tara juga yang rugi harus bayar berobatnya dia.

Di perjalanan  hanya ada keheningan, Tara sibuk mengendarai motor sedangkan orang yang dibelakang hanya diam menyentuh luka-luka disudut bibir.

"Ini mau kemana?" pertanyaan Tara karena sedari tadi dia hanya mutar-mutar gajelas.

"Markas."

"Markas mana."

"Blackwolf."

Dahi Tara mengernyit, "itu dimana?bisa arahin jalannya."

Pemuda itu nampak kaget karena Tara tidak mengetahui markas Blackwolf padahal markas itu cukup terkenal.

"Lu ga tau?" Tara menggeleng karena dirinya memang tidak tahu.

"Yaudah, lurus terus nanti ada pengkolan lu belok habis itu lurus terus sampai mentok."

Tara mengangguk, beberapa menit kemudian motor Tara berhenti didepan gedung bekas yang sepertinya ini markas yang dimaksud.

Orang yang dibelakang Tara lantas turun, diulurkan tanganya ke arah Tara.

"Zico." ujarnya

Tara membalas menjabat tangan Zico sambil tersenyum tipis. "Tara."

Zico hanya mengangguk lalu dilepaskannya tangan yang berjabat tadi.

"Thanks ya."

"Sama-sama yaudah kalau gitu gw pulang dulu  dadahh."

Zico hanya memandang punggung kecil  Tara yang mulai menjauh dengan tatapan yang sulit diartikan lalu masuk kedalam markas.

Tanpa diketahui Zico, salah satu sahabat nya melihat dirinya sedari tadi bersama dengan Tara, dia senyum-senyum sendiri kemudian ikut menyusul masuk markas.

°°°

Bonus pict babang zico

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus pict babang zico

UTARA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang