Hyunsuk dan Haruto ingin pingsan saja di buatnya.

"Asahi! Lu gila ya?" desis Jihoon kala melihat Asahi terus  melangkah maju.

"gila? Haha, mungkin..."

"kan apa gue bilang! Kita di jebak! Ini semua rencana Asahi buat jadiin kita tumbal dan terbunuh di sini!" ujar Junkyu penuh emosi.

"bang, gue takut" cicit Haruto pelan. Merapatkan tubuhnya pada Jaehyuk yang kini mematung di sebelahnya.

"gue nggak nyangka Sa" gumam Jaehyuk menatap Asahi tak percaya.

Yoonbin hanya diam menatap Asahi yang terus melangkah maju seraya terkikik geli. Matanya memicing tajam menatap manik mata pemuda Hamada itu, "apa cuma gue yang ngerasa kalo ini bukan Asahi?"

Perlahan, yang lainnya mulai melangkah mundur kala Asahi semakin mendekat. Hingga Asahi memberhentikan langkahnya membuat mereka menautkan alis bingung.

"lari dong, nggak seru kalian" ujar Asahi dengan nada sedih di buat-buat. Lalu pemuda itu kembali terkikik geli lalu melempar pisau yang ada di tangannya ke arah seseorang.

"JUNGHWAN AWAS!!" Jihoon segera mendorong tubuh Junghwan dan berhasil membuat lemparan pisau itu meleset dan menancap pada dinding lorong ujung.

Wah, lemparan yang tidak main-main. Jika tidak tahu situasi mungkin Junkyu sudah bertepuk tangan seraya berkata 'wah'.

"yah meleset" gumam Asahi lalu meremat lengannya kesal.

"bang sadar! Kita semua temen lo!" desis Doyoung kesal, lalu membantu Junghwan kembali berdiri.

"teman? Tapi bukannya lu semua cuma... fake friends ya?"

"bang jangan ngadi-ngadi. Kita ini bespren tugeder, nggak ada yang namanya pakpren" ujar Haruto menggebu-gebu.

Tidak tahu saja kalau Hyunsuk sedang menahan malu saat mendengar pelafalan bahasa inggris Haruto, "dia yang bego, gue yang malu"

"hahahahaha" Asahi hanya meresponnya dengan tawa yang menggelegar. Memberi kesan creepy dan mencekam yang begitu ketara.

Perlahan, ia mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya. Lalu menatap yang lainnya dengan satu alis terangkat, "mau main kejar-kejaran?"

"LARI!!!"

Sembilan pemuda itu langsung berlari menjauhi Asahi yang kini juga mempercepat langkahnya. Dentuman sepatu dan deru nafas yang tidak beraturan serta umpatan menghiasi koridor tersebut.

"aduh" sial, Junkyu tersandung hingga dirinya terjatuh dan lututnya menghantam lantai dengan keras.

"Junkyu ayo cepet lari!" teriak Yoshi menarik lengan Junkyu. Namun sang empu menggeleng seraya meringis memegang lututnya yang nyeri.

"sini gue gendong" ujar Jihoon lalu berjongkok di depan Junkyu.

"gila lo! Mana mau gue" ucap Junkyu menolak.

"nggak ada waktu! Lu mau gue tinggal di sini terus jadi korban pertamanya Asahi? Kalo gitu yaudah"

"eh eh, iya dah"

Junkyu mulai berdiri di bantu Yoshi lalu naik ke punggung Jihoon. Dengan segera mereka kembali berlari menyusul yang lain.

"buset lu berat banget" celetuk Jihoon yang mengundang tatapan tajam dari pemuda yang tengah di gendongnya.

"bangsat! Lu kalo nggak ikhlas gendong gue bilang dong monyet!" sarkas Junkyu tak terima.

Jihoon terkekeh mendengarnya. Sedangkan Yoshi hanya geleng-geleng kepala. Dua orang ini memang selalu saja ribut tidak tahu situasi.

"Yoon! Kita kemana sekarang? Asahi masih tetep ngejar di belakang" teriak Yoshi.

"nggak ada jalan lain. Kira ke rooftop sekarang!" sahut Yoonbin lalu mulai menaiki tangga menuju rooftop.

Satu persatu dari mereka menyusul naik. Setelah semuanya sampai di rooftop dengan segera Yoonbin menutup lalu mengunci pintu rooftop. Membuat Asahi tidak bisa masuk dan berujung menggedor pintu.

"BUKA!!" teriaknya dari dalam sana.

Sembilan pemuda itu menghela nafas lega. Setidaknya mereka bebas dari Asahi.

Angin sore langsung menerpa mereka. Membuat rambut mereka bergerak sesuai tiupan angin. Mendadak udara menjadi dingin.

"kita nggak bakal di sini lama-lama kan?" tanya Doyoung.

"nggak tau" jawab Hyunsuk lalu mendudukkan dirinya. Pemuda itu kelelahan setelah berkali-kali berlari. Begitupun yang lainnya.

Hening. Mereka sibuk mengistirahatkan tubuh dan berfikir bagaimana caranya mengakhiri semua ini.

"wah, sudah sampai sini juga ya kalian. Hebat"

Suara itu, membuat mereka mengalihkan pandangan menuju seseorang dengan jubah hitam dan tudung yang menutupi sebagian wajahnya.

Masing-masing menautkan alis bingung. Siapa dia? Mereka tidak tahu. Tapi yang pasti mereka yakin, dia lah di balik semua ini.

Kekehan dengan suara berat terdengar di balik hembusan angin. Lalu laki-laki dengan jubah hitam itu membuka tudungnya secara perlahan. Lalu melambaikan tangan ke arah beberapa pemuda yang tengah menatapnya tak percaya.






































"hai anak-anak, apa kabar?"







































"PAK HANBIN?!!"

























































Gampang banget di tebaknya ya?
Hmmmm
Bau-bau ending

Ghost | Treasure✓Where stories live. Discover now