0.8 - Perfect time

287 190 245
                                    

Ada begitu banyak hal yang akan aku lewati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada begitu banyak hal yang akan aku lewati. Tapi hanya hal-hal bersamamu yang selalu ku nanti.

-Perfect Things-

Lintang menyeruput kopi sepahit kenyataan itu dengan khidmat. Kopi hitam mengingatkannya bahwa segala sesuatu yang nikmat, bisa saja berakhir pahit. Meski sebetulnya, Lintang lebih suka hot chocolate ketimbang kopi hitam, sih.

Namun entah mengapa, kini hot chocolate justru mengantarkannya pada luka yang akan mengingatkannya dengan sang mama. Meski itu bukan kenangan buruk, namun kerap kali membuatnya merasa terpuruk.

"Don't stay awake for to long
Don't go to bed
I'll make a cup a coffee for your head
I'll get you up and going out of bed~"

Sahara bersenandung pelan sembari mencuci piring, sementara Lintang terkesima mendengar suara Sahara yang halus nan lembut. Lagu I'll make a cup a coffee yang dipopulerkan oleh Beabadoobe pun mengisi kesunyian kafe yang sudah tutup beberapa menit lalu.

"And I promise that one day I feel fine
And I promise that one day I feel alright~"

Lintang mengulum senyum, merasa terhibur. Ia lantas bertopang dagu, memandang Sahara dari samping tanpa sepengetahuan gadis itu.

"And I'll make a cup a coffee
With the right amount of sugar
How you like it
And I'll make a cup a coffee
With the right amount of sugar
How you like it~"

Lintang masih asik memperhatikan gerak-gerik Sahara, hingga tiba-tiba gadis itu terlihat terganggu dengan tatanan rambutnya yang mulai berantakan.

Lintang yang melihat hal tersebut lantas dibuat mendekat. Ia berinisiatif membantu Sahara dengan menarik scrunchie berwarna biru muda yang dipakai Sahara hingga membuat rambutnya tergerai sempurna.

🌷

Niatnya, Sahara hendak merapikan ikatan rambutnya yang mulai berantakan, tapi karena tangannya sudah terlanjur memegang cucian, Sahara memilih menyibakkan rambutnya dengan punggung tangan walau akhirnya sia-sia.

Tarikan halus pada rambutnya membuat Sahara tersentak. Rambut yang semula terikat, kini tergerai bebas menyentuh punggung dan menutup serta sebagian wajahnya.

Sahara berdecak, lantas menoleh dan dibuat terperanjat oleh apa yang terlihat. Pemuda yang menjulang tinggi itu justru tersenyum geli.

"Dih, kok malah dibuka sih?! Ribet tau!"

"Cantikan begini." Komentar yang sederhana, namun mampu menggetarkan detak jantungnya secara tidak wajar.

Menutupi kegugupannya setelah dipuji, Sahara mengatupkan bibir rapat-rapat, ia sudah bersiap untuk membasuh lengannya dan membuat perhitungan dengan Lintang, tatkala perkataan Lintang berhasil menghentikan aksinya.

Perfect Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang