“Sudah berapa kali gue bilang, jauhin Nio, dia itu milik gue dan lo udah bikin kesabaran gue habis, lihat apa yang bakal gue perbuat ke lo!”
Lea merotasikan matanya jengah. “Lagi-lagi, lo,” gumam Lea pelan.
Anggi melotot mendengar gumaman Lea. “Berani banget ya lo!” Anggi mencengkram dagu Lea dengan kasar.
Delia tersenyum licik. “Rasain, makanya kalo udah diperingatin di dengerin terus dilakuin. Malah lo hirauin.”
“Dan gue juga nggak suka kalo lo deket-deket sama Leo!” Anggi menjambak rambut Lea keras.
Lea meringis. “Anjing!” batin Lea, seriusan ini sakit woy lah!
“Kita seret dia ke gudang!” Delia menyirit.
“Kenapa nggak di sini aja?” Anggi berdecak.
“Lo goblok apa gimana, ini tempat umum dari tadi kita dilihatin siswa, bisa gawat kalo guru tahu,” ucap Anggi.
Delia mengangguk. “Yuk. Kita harus beli pelajaran sama ni bocah.”
Anggi mengangguk sembari mencengkram pergelangan tangan Lea dan menyeretnya menuju gudang belakang sekolah yang tidak terpakai, sementara Anggi hanya mengikutinya di belalang sembari sesekali mengawasi keadaan. Takut ada salah satu guru yang melihat.
Setelah sampai di gudang belakang, Lea dihempaskan dengan kasar oleh Anggi. Anggi tersenyum menyeringai.
“Dasar lemah!” Anggi menatap Lea rendah.
Lea merotasikan matanya malas. “Disir limih,” batin Lea mengejek.
“Cih, lihat aja nanti, untung gue masih sabar. Coba kalo gue nggak sabar, udah gue bikin patah itu tulang lo pada. Sekarang gue diem bukan berarti takut, tapi gue cuma mau lihat kemampuan kalian sampe mana,” batin Lea bersungut.
Plak!
Lea memegangi pipinya yang berdenyut nyeri serta terasa panas. Sialan! Beraninya cuma nampar doang, bawa temen lagi plus sambil sembunyi-sembunyi lagi. Lengkap sudah kalo mereka terlihat pengecut.
“Gimana rasanya tamparan gue? Makanya cantik, kalo dibilangin itu nurut,” ucap Anggi menatap bengis Lea. Sedangkan yang ditatap hanya menatap datar pelaku. Cara murahan, pikir Lea.
“Giliran gue yang nampar dia,” ucap Delia tersenyum miring.
Plak!
Plak!
Plak!
Lea memejamkan matanya, bangsat! Perih juga ternyata. Lea mengusap pipinya yang semakin terlihat memerah bahkan sekarang mungkin sudah membiru. Bukan hanya pipi kanan, melainkan pipi kiri Lea juga, karena Delia menampar pipi Lea bergantian dengan sangat keras.
Anggi menjambak rambut Lea. “Itu akibatnya kalo lo nggak nurut sama apa yang gue udah peringatin! Cabut Del!” Anggi menghempaskan rambut Lea dengan kasar. Kemudian beranjak pergi dengan Delia, meninggalkan Lea seorang diri di dalam gudang.
Lea segera mencari cermin yang selalu ia bawa di tas, cermin kecil yang kadang Lea gunakan untuk menata rambutnya.
Lea mengangkat cermin itu hingga terlihatlah tampilannya yang sekarang berantakan. Bukan hanya berantakan melainkan sangat berantakan.
Sebenarnya bisa saja Lea membalas mereka, tetapi Lea masih anak baru, baru satu bulan ah, bahkan belum ada satu bulan Lea bersekolah di sini. Maka dari itu Lea tak ingin terjerat masalah dulu.
“Yaampun, kecantikan paripurna gue jadi ternodai, dasar Anggianjing sama Delianjing,” Lea menata rambutnya agak kasar.
Setelah rambut rapi Lea segera mencari bedak yang alhamdulillah Lea sedang bawa. Untuk menghilangkan jejak kemerahan di pipinya. Setelah selesai Lea segera berdiri dan merapikan seragamnya yang agak kusut, meletakan bedak dan cerminnya di tas kembali.
YOU ARE READING
AZALEA (ON GOING!) PROSES REVISI TOTAL!
Teen FictionRank #3 in Anaksekolah [24-5-2021] Rank #2 in Anaksekolah [24-5-2021] Rank #3 in sma [13-6-2021] Rank #2 in sekolah [21-6-2021] Rank #1 in kejam [13-6-2021] Rank #1 in kakak [13-6-2021] Rank #1 in Acak [9-6-2021] Rank #1 in Posesive [11-6-2021] R...
