we both meet in a situasion what we called mess

890K 5.7K 139
                                    

hujan di bulan oktober mulai begitu tergesa-gesa. misha dengan setengah berlari menuju apartemennya yang terletak dipinggiran kota mulai terlihat basah kuyup. dan sesuatu menarik perhatiannya dikala hujan itu. sesosok lelaki tegap berambut sehitam kemiri berdiri ditengah hujan dengan sebuket bunga lily di tangannya. misha yang dirasuki rasa penasarannya mulai mendekati pria tersebut. semakin misha dekati semakin terlihat profile lelaki itu yang ternyata bertubuh menjulang sekitar 190 cm dengan perawakannya yang keras dan rahangnya yang kokoh. dan semakin misha memperkecil jarak mereka semakin bisa dapat melihat wajah sang lelaki tersebut yang menatap sesuatu dengan sedih sehingga membuat misha merasa kebutuhan akan memeluk lelaki itu dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. namun saat misha menatap arah yang merupakan tujuan dari lelaki tersebut misha mengetahui apa yang menyebabkan ekspresi lelaki itu.

dari jendela kaca sebuah cafe bernama caramia terlihat seorang wanita cantik berbadan tinggi bak model-model profesional sedang bercanda gurau dengan sang manager cafe tersebut yang misha tahu jelas siapa orangnya. dan saat itu pula misha sadar bahwa itulah sebabnya lelaki disebelahnya hanya dapat berdiri diam ditengah hujan sambil memandang wanita itu dari kejauhan.

" kau tidak apa-apa ? hujan semakin lebat lebih baik kau cepat pulang"

namun lelaki itu tidak menghiraukan misha dan tetap memandang wanita itu seakan-akan wanita itu akan hilang jika ia melepaskan pandangannya.

dan saat itu juga misha menyadari bahwa lelaki itu sama seperti dirinya , mengharapkan seseorang yang dekat namun terasa jauh, yang ketika akan digengam maka akan berakhir rapuh dan hancur berkeping-keping. dan oleh karena itu misha tahu bahwa dirinya tidak bisa membiarkan lelaki itu sendirian.

tanpa banyak berpikir misha mulai menarik tangan lelaki itu dan menyeretnya menuju apartemennya.

" cepat sebelum kau terkena flu , aku akan membiarkanmu untuk berteduh di apartemenku."

 Dengan lirikan singkat misha melihat lelaki itu tersadar dari lamunannya dan menatap misha kaget serta linglung sambil terus mengikuti misha tanpa bisa berkata-kata.

ketika mereka tiba di apartemen sederhana namun nyaman milik misha. masih sambil menarik pergelangan tangan lelaki itu , misha mendudukannya di kursi meja makannya dan mengambilkan handuk kering untuk menyeka butiran-butiran hujan yang membasahi lelaki itu. dan saat misha hendak membantu pria itu , tiba-tiba sesuatu yang besar , dingin dan kokoh telah menahan tangan misha untuk membantu lelaki tersebut.

" apa yang telah kau lakukan? siapa kau ? dan apa rencanamu membawaku kerumahmu? " tanya lelaki itu galak yang seketika itu pula memperjelas ekspresi mukanya yang galak semakin keras , rahangnya yang kokoh , matanya yang berwarna abu-abu yang membuat misha tenggelam seketika didalam mata itu dan membuat misha terdiam seribu bahasa.

" bisakah kau menjawab pertanyaanku? apakah ini pickup line remaja jaman sekarang untuk mengundang seseorang masuk kedalam rumahnya dan berbuat hal yang bukan-bukan?"

misha yang masih tidak berkutik untuk berkata-kata , namun logikanya mulai berjalan sedikit demi sedikit.

Apa yang iya katakan tadi remaja? Aku remaja? Dan undangan ? apa maksudnya? Apakah pria ini tidak tahu terima kasih dan sopan santun bahwa alasannya membawa pria itu kesini adalah untuk membantunya agar tidak sakit. Tutur misha dalam hati.

"apakah kau masih tidak mau menjawab? baiklah kalau begitu , tetapi maaf aku tidak mau menerima undangan dari remaja dibawah umur seperti kau dan aku juga tidak suka denga seorang wanita yang langsung mengajak seorang asing tidak dikenal masuk kedalam rumahnya."

seketika itu juga misha merasa bawa dirinya diguyur sebaskom air dingin yang membuat dirinya kembali tersadar dari semua kebisuannya , dan pipinya mulai memerah dikarenakan amarahnya yang sudah memuncak.

lovelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang