11. FRAGILE

25 13 2
                                        

(Jangan lupa vote, komen ya. Selamat membaca✨)

"Bahagia itu sederhana, namun aku tak kunjung menemukannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bahagia itu sederhana, namun aku tak kunjung menemukannya."

-KEANA RHEA JAYNA

Kini sepulang sekolah, Keana menyempatkan diri untuk bertemu dengan mendiang ayahnya, diperistirahatan terakhir.

Ia berjongkok dan mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh di atas gundukan tanah mendiang ayahnya.

Menengadahkan tangannya, lalu berdoa kepada Sang Khalik untuk di tempatkan di tempat yang terindah disisi-Nya.

Lalu mengelus nisan mendiang ayahnya.

"Yah, aku kangen ayah tau. Kangen semua perlakuan ayah ke aku, kangen dipeluk sama ayah, dibacain dongeng kalo mau tidur." Tersenyum kecut.

"Ayah, Mama benci Kea. Kata Mama, Kea udah ngerebut kebahagiaan Mama sama Alina. Tapi Kea nggak pernah rebut kebahagiaan mereka berdua. Semenjak ayah pergi ninggalin Kea, Mama selalu berlaku kasar ke Kea, kadang Mama ngurung Kea di kamar seharian, terus pukul Kea," tenggorokannya terasa tersendat, bahkan bibirnya sangat kelu.

"Tapi Kea nggak marah kok sama Mama. Pasti Mama marah ke Kea karena Kea anak bandel susah diatur, terus kata Mama juga Kea anak nyusahin hehe,"

"Semua temen Kea pada ngejauhin Kea, bahkan mereka berbondong-bondong buat bully Kea, yah, mereka semua merendahkan Kea karena Kea anak miskin," menarik garis bibirnya hingga melengkung ke atas diiringi dengan isak tangisnya.

"Apa aku anak miskin tidak punya impian ya, yah? Kata mereka aku itu hanya anak miskin yang nggak bakal bisa ngejar semua impian aku, yah,"

Angin berembus kencang menusuk kulit disekitar pemakaman umum, bahkan sekarang langit tampak gelap menandakan sebentar lagi akan turun hujan lebat.

Petir menyambar saling bersahutan satu sama lain. Setetes air yang bahkan menjadi ribuan mulai berjatuhan dari langit membasahi permukaan bumi.

Keana menangis di tengah hujan lebat melanda. Lagi-lagi, dia menangis di tengah hujan. Hawa dingin mulai terasa, membuat tubuh Keana menggigil menahan dingin. Ia memeluk tubuhnya sendiri.

"Hujan selalu menjadi temanku, yang mendekap tubuh rapuh ini. Menghempaskan semua masalah yang hinggap dihidup Kea, yah. Hanya hujan yang selalu menemani Kea, namun sekarang ada seseorang yang mulai memasuki kehidupan aku yah. Dia Risa, aku baru kenal dengan dia beberapa jam yang lalu yah,"

"Aku harap dia memang ingin berteman dengan Kea, yah, bukan seperti mereka yang awalnya mendekati sekarang menjatuhkan aku sedalam-dalamnya ke dasar bumi."

---

"Darimana kamu, hah?! Baru pulang jam segini?!" Gertak Tamika, yang tak lain dan tak bukan ibunya sendiri. Bersedekap dada dengan mata yang menyalang.

End Of Story [ ON GOING! ]Where stories live. Discover now