DIARY 2 DUNIA [28]

6 1 0
                                    

Ibu yang tadi membuka kan pintu untuk ku pun kini masih duduk bersimpuh di atas lantai rumahnya. Tampak sesekali beliau menyeka air matanya yang semakin deras mengalir . Suara nya tertahan. Terlihat dari telapak tangannya yang menutupi mulut nya. Mungkin beliau malu menangis karena ada aku yang masih berdiri di depan nya.

Karena tak mau beliau lama lama bersimpuh di bawah, karena yang ada nanti malah jatuh sakit. Akun pun mengambil inisiatif untuk membantu beliau berdiri. Ibu tadi pun kembali membuka percakapan tak lama setelah ia berhasil aku buat berdiri kembali.

" ke dalam saja nak. Biar lebih enak ngomong nya " ajak ibu tadi sembari melangkah masuk ke dalam rumah.

" nggeh bu. " balasku seraya mengikuti langkah nya dari belakang.

Saat aku akan melangkah kan kaki untuk masuk ke rumah ibu tadi, tiba-tiba saja sosok Ronggo Geni sudah berdiri di samping ku. Dia nampak nya telah kembali dari sedikit tugas yang tadi aku berikan. Dia pun kini membisikkan sesuatu di telinga ku yang membuat ku tercekat kaget. Sebuah kabar buruk yang berat untuk ku sampaikan kepada ibu tadi.

" mari nak silahkan duduk " tawar ibu tadi saat sudah berada di ruang tamu rumah nya.

" terima kasih bu " balas ku sembari mengambil posisi yang enak buat vantat tercinta.

Sekilas aku memperhatikan seisi ruangan tamu rumah tersebut. Sebuah rumah megah dengan berisi kan furniture yang mewah. Nampak di sudut sudut tiang ruang tersebut, terduduk membisu vas vas bunga otentik dengan berbagai ornamen ukiran yang menghiasinya.

Saat sedang iseng memperhatikan sekeliling ruangan rumah ini, sorot mata ku fokus pada sebuah bingkai foto besar yang tergantung di dinding dekat vas tersebut berada. Nampak seorang pria dengan seragam dinas kepolisian berdiri di samping seorang wanita dengan busana jawa. Wanita dalam foto tersebut nampak terlihat anggun memakai kebaya yang membalut sekujur tubuhnya.

Di depan bapak dan ibu tadi, duduk dua anak perempuan di atas kursi yang terbuat dari kayu jati. Setelah ku perhatikan dengan seksama, sosok ibu serta gadis paling kecil yang berada dalam bingkai foto tersebut, nampak sangat familiar bagi ku.

Ibu dalam bingkai foto tadi, tampak seperti wanita yang sekarang ini sedang duduk di depan ku. Sementara gadis paling kecil dalam bingkai foto tersebut, tampak seperti gadis cilik yang tadi pagi tiba-tiba lewat di hadapan ku. Vanya... Gadis tersebut terlihat seperti Vanya.

" oia bu. Maaf sebelumnya belum memperkenalkan diri. Nama saya Agus "

" kalo boleh tau , Vanya itu siapa ya" tanya ku memecah keheningan.

"........."

Ibu tadi diam sesaat lantas kembali menunduk.. Dia seperti mempersiapkan sesuatu sebelum menjawab pertanyaan yang aku ajukan..

" Vanya itu putri Bungsu ibu nak " jawab ibu tadi sembari mendengus pelan.

" nama Ibu Farida " ucap ibu tadi membalas perkenalan dari ku .

" nak agus dari mana bisa mendapatkan secarik kertas ini " tanya bu Farida sembari menunjukkan kertas yang sekarang berada di tangannya.

" itu bu tadi....... "

" siapa mah ".. . Ucap seorang gadis sembari menurun i anak tangga dan berjalan ke arah kami.

Belum juga aku selesak ngomong, udah maen samber aja tuh cewek. Gimana kelar nya kalo gini.

" ini Kak, ada nak agus. Dia mau nganter Vanya pulang katanya. " balas bu Farida disertai tatapan kosong menghadap langit langit rumahnya.

Mendengar nama Vanya, gadis tadi pun semakin mempercepat langkah nya dan berjalan menuju tempat ku duduk..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIARY 2 DUNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang