Beruntung saat itu Jupiter hanya tertawa dan ikut menjelekan Bumi. Dia lega karena Jupiter tidak pernah membahas hal itu lagi. Sekarang semoga saja tidak ada yang memperhatikan Radi sedetail Jupiter. Cukup Jupiter saja yang membuatnya nyaris terkena serangan jantung, jangan orang lain lagi.

"Benarkah?" Helaan napas Jupiter membuat Remi meringis. Lalu perlahan mengangguk pelan. Melihat wajah Jupiter membuatnya ingin bercerita teman yang selalu membantunya ini. Tetapi dia menahannya, masalah memberi tahu Jupiter bukan tugasnya.

"Syukurlah kalau begitu. Sekarang ayo masuk, Radi sudah menunggumu sejak tadi." Remi mengangguk, dia langsung pergi dengan senyum kaku meningalkan Jupiter yang memasang wajah masam.

Jupiter kecewa. Dia tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya saat ini. Sebenarnya dia tahu jika Remi menemui seseorang, tetapi dia tidak tahu siapa yang ditemui Remi di dalam mobil karena terlalu kelap. Meskipun merek mobil yang dimasuki Remi tidak asing, dia tetap tidak bisa menebaknya. Dia juga sudah berencana untuk melihat  Remi lebih lama. Tetapi Radi akan kecewa jika dia tidak masuk sekarang juga, jadi setelah megambil keperluannya di  mobil, dia langsung kembali masuk dengan pikiran tak fokus.

Sering kali dia selalu menatap ke pintu, berharap Remi baik-baik saja dan segera kembali ke sisinya. Tetapi dia harus menunggu cukup lama sampai melihat Remi kembali dengan wajah memerah menahan amarah. Jupiter yakin Remi mendapat masalah. Tetapi dia ikut marah karena Remi tidak mau berbagi cerita dengannya. Padahal dia juga tidak akan menceritakan kisah Remi pada orang lain.

Jupiter menghela, tidak ada yang bisa dia lakukan lagi sekarang. Remi tidak mau bercerita dan dia tidak mungkin memaksa. Sebaiknya dia kembali ke tempat Radi, lebih baik membantu Radi menyelesaikan pekerjaannya dahulu. Toh, Remi juga sudah pasti akan ada di sana.

Namun, begitu dia sampai di tempat Radi yang tengah duduk ditengah-tengah banyak mainan, tidak ada Remi di sana. Meski sudah melihat sekitar pun Remi tetap tidak terlihat sejauh mata memandang. Jupiter mulai bertanya-tanya saat melihat seseorang keluar dari dapur dengan botol minuman di tangan.

"Kenapa, Bang?" Remi mengerutkan kening melihat Jupiter tersenyum lega padanya. Dia bertanya-tanya tentang keanehan Jupiter, tetapi tidak langsung menanyakan pada lelaki tersebut. Remi memilih mengabaikan, dan segera mendekati Radi yang mengulurkan tangan, meminta minuman yang dibawanya. "Sudah sampai mana merakitnya?" tanya Remi begitu duduk di samping Radi. "Dan di mana Om Arkan?" Remi ingat betul dia sudah meminta Arkan menemani Radi dan Jupiter, tapi seja dia masuk tidak ada Arkan di mana pun.

"Om Alkan pelgi," kata Radi yang kembali sibuk mencoba merakit sendiri kapten Zoronya.

"Ada yang meneleponnya, jadi dia langsung pergi."

Remi mengangguk mendengar jawaban Jupiter, sebelum tersenyum melihat Radi. Wajah serius anak kecil berusia lima tahun sangat mengemaskan, hingga Remi berusaha keras menahan diri agar tidak menciumnya. Radi sedang berusaha keras, jadi dia tidak perlu menganggu.  

"Aahhh."

Terkekeh, Remi tertawa pelan sembari mengacak rabut Radi saat anaknya berhasil menyatukan beberapa potongan. Namun, senyum Remi langsung memudar begitu mendengar suara yang sangat dikenalnya tengah berbicara dengan ayah dan ibunya yang baru saja pulang undangan. Remi bangkit berdiri saat Bumi dan kedua orang tuanya memasuki ruang menonton.

"Remi, Bumi mau ketemu kamu, nih," kata Ibunya lalu langsung terdiam saat berkontak mata dengan Jupiter. "Loh, Jupiter juga ada di sini. Tante gak tahu." Ina tersenyum.

"Saya sedang membantu Radi, Tante."

Ina mengangguk. "Iya. Remi sudah cerita kalau kamu akan datang, tetapi Tante tidak tahu kalau kamu datang sekarang. Tahu begitu tadi Tante bawakan makanan."

Enam Tahun KemudianWhere stories live. Discover now