2. Cinta & Kimia

26.7K 2.6K 828
                                    

2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Cinta & Kimia

"Gimana disekolah baru tadi?" tanya sang Papa.

"Nggak ada yang ngebully kok, baik semua." Azel menjawan sambil menggulung pasta dengan garpu.

Bullying, adalah salah satu alasan Azel pindah sekolah. Sebelumnya, ia bersekolah di sekolah khusus perempuan, terpisah dengan Gafal. Alasannya karena Azel ingin mencari suasana baru, bosan bersama Abangnya terus menerus. Dan benar, Azel mendapat suasana baru yaitu menjadi pusat perhatian sekaligus bahan bullyan.

Mungkin karena di sekolah lama Azel berisi semuanya siswa perempuan, jadi saling bersaing untuk menjadi pusat. Padahal Azel sendiri tidak pernah berusaha dipandang, tapi teman-teman lamanya banyak yang mengidap penyakit hati. Dan karna hal itu pula, Kanaya memutuskan ikut pindah bersama Azel juga.

"Gafaliel..." panggil Alma, "HP nya kamu taroh atau Mama sita?"

Gafal mendongak, lalu menunduk lagi menatap benda pipih yang bercahaya itu. "Bentar bentar, ini bales chat."

Karena masih bebal, Azel pun buka suara, "Abang ...."

"Bentar."

"Eh—" kejut Gafal kala ponselnya tetiba berpindah ke tangan Azel.

"Hargain Mama Papa," kata Azel sedikit terselip nada penekanan. Ia menyimpan ponsel Abangnya ke saku celananya.

Pasrah. Gafal lantas melanjutkan makan malamnya, namun matanya yang masih melirik-lirik ponsel miliknya yang berada di tangan Azel. "Gafal minta maaf."

"Nggak papa," jawab Alma, kemudian mengedarkan netra pada putrinya, "Azel, balikin HP Abangnya, sayang."

Sebagai anak yang penurut, Azel merisik sakunya, mengembalikan ponsel Abangnya—lebih tepatnya hanya ia letakkan di atas meja. "Lagian chat-an sama siapa sih sampe dibela-belain sambil makan?"

"Palingan punya pacar baru," kompor Adriel.

"APAAN SIH!" Gafal membantah dengan sangat ngegas.

...........

"Suapin lagi, yang," celetuk Adriel lengkap dengan bibir manyunnya.

Alma menubrukkan garpu ke bibir Adriel yang masih manyun seperti bocah. "Buka mulutnya."

Gafal yang melihat itu pun mulai bereaksi, bola matanya memutar malas. Ia muak sekali melihat kebucinan kedua orang tuanya, hampir setiap saat.

STRICTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang