Chapter 1

11.5K 607 40
                                    

~ Selamat Membaca  ~

"Sayangnya Bunda sudah bangun," Aya menatap buah hatinya yang perlahan membuka matanya. Noah Malik nama yang Aya berikan pada putranya yang sekarang berusia satu tahun empat bulan, dua tahun sudah dia pergi meninggalkan keluarganya. Tidak ada satu orang pun yang tahu  dimana Aya tinggal sekarang.

Noah sekarang sudah bisa berjalan, anak itu tumbuh dengan sehat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Noah sekarang sudah bisa berjalan, anak itu tumbuh dengan sehat.

"Mandi yuk." Aya terus menciumi pipi tembem anaknya. Menjadi single parent bukanlah impian Aya dulu. Tapi dia tidak pernah menyesal memiliki Noah. Wajah Noah perpaduan dirinya dengan Rayyan.

"Kalau tidak mau mandi Bunda tinggal ya." Noah masih betah berada di balik selimut, kebiasan setiap pagi dia tidak mau bangun.

"Da... da..." anak itu merengek minta di gendong sang bunda.

"Akhirnya kamu bangun juga. Anak siapa sih ganteng banget. " Aya lalu membawa anaknya ke kamar mandi. Tidak ada shower atau bathup. Hanya ada bak kecil dan gayung untuk mereka mandi.

Aya. Sudah dua tahun dia tinggal di kontrakan ini, walau kecil tapi nyaman bagi mereka berdua, ya untuk Aya dan Noah buah hati Aya dengan laki-laki yang sudah menkhianatinya namun masih belum bisa Aya lupakan hingga sekarang.

Tidak ada Maryam Aldama, dia hanya menyebut namanya Aya. Malam itu Amora membelikannya tiket untuk pergi ke Batam lalu dari Batam ke Singapura, kemudian baru ke negara Argentina dimana ada keluarga Marvel di sana. Amora menyuruh Aya pergi ke sana.

Tadinya Aya akan menuruti sang tante, tapi ketika dia hendak masuk kapal dia memutar arah lalu memilih pergi ke daerah lain dan masih ada di Indonesia. Aya benar-benar tidak ingin berhubungan lagi dengan keluarganya. Dan disini lah Aya saat ini berada di daerah yang jauh dari kota.

Waktu itu Aya bertemu temannya yang pernah bekerja di restoran Rayyan dia hendak pulang kampung. Lalu Aya memohon ikut dengannya. Pertama kali datang ke sini Aya mulai mencari pekerjaan, tidak mudah memang, tapi akhirnya ada yang mau memberinya pekerjaan. Dia bekerja sebagai penjaga toko milik salah satu keluarga di sini. Walau tidak terlalu besar gajihnya tapi cukup untuk dirinya dan bisa menabung untuk biaya persalinan waktu itu. Pemilik toko sangat baik saat melahirkan pun dia di beri keringan untuk tidak bekerja selama bayinya masih kecil.

Setelah Noah lahir Aya selalu membawa anak nya untuk bekerja, Noah juga anak yang mengerti keadaan ibunya, dia tidak pernah rewel saat Aya sedang bekerja. Karena wajah Noah yang campuran bule dan Arab membuat banyak orang menyukai bocah laki-laki itu. Tak sedikit orang yang mau mengasuh Noah saat Aya sedang bekerja.

Aya masih belum siap kembali pada keluarganya apalagi mengingat wajah kecewa sang ayah. Aya sangat merindukan keluarganya, tapi dia sadar dia sudah melakukan kesalahan yang begitu besar yang membuat keluarganya kecewa. Mungkin suatu hari nanti dia akan menemui orang tuanya.

Aya membuang semua hal yang berhubungan dengan keluarga Aldama atau keluarga Hutomo, sehingga tidak bisa di lacak oleh orang-orang suruhan keluarga besarnya, karena dia tahu pasti banyak orang yang mencarinya.

****

Di Jakarta

Dua tahun lalu setelah kepergian Aya, pagi itu saat masuk kamar putrinya Mentari hanya menemukan sebuah surat yang di tinggalkan Aya, Mentari terus menangis karena Aya sudah pergi. Dalam surat itu Aya menulis permohonan maafnya dan meminta keluarganya untuk tidak mencarinya. Arkan yang mengetahui putrinya pergi meninggalkan rumah hanya menyesal karena pasti dia yang membuat Aya pergi akibat sikap tidak peduli pada putri keduanya.

Mengetahui keponakannya tidak pergi ke tempat yang ia suruh Amora juga panik, ternyata Aya memang tidak ingin ada orang yang tahu kemana dia pergi, dan Aya sangat pintar menghilangkan jejak agar tidak di ketahui keberadaannya.

Indah yang mendengar cucunya pergi apalagi dia sedang hamil membuatnya sangat marah, terutama pada Arkan, karena putranya itu yang membuat Aya pergi. Sampai sekarang dia belum mau berbicara pada Arkan sampai Aya di temukan. Sebenarnya semua keluarga ikut mencari Aya. Tapi tidak ada yang bisa menemukan gadis itu.
(Ceritanya begitu ya).

"Kamu belum juga menemukan Aya?" tanya Indah pada Arkan.

"Belum mom," jawab Arkan. Saat ini mereka sedang berada di kamar Indah. Arkan sedang menjenguk ibunya yang sakit.

"Dua tahun Arkan putrimu pergi, kenapa kalian belum menemukannya juga?" Setiap teringat Aya, Indah selalu menangis wanita yang kini berusia enam puluh tujuh tahun itu sangat menyayanginya cucu-cucunya. Dia tidak pernah membeda-bedakan mereka, saat salah satu dari mereka pergi jelas Indah sangat sedih mengingat Aya pergi dalam keadaan berbadan dua.

"Pulanglah, Mommy mau istirahat," selalu begitu Indah akan bersikap cuek pada Arkan.

"Maafkan aku mom. Aya pergi memang karena aku. Tapi aku mohon Mommy jangan cuekin aku, aku juga sedih kehilangan Aya. Aku benar-benar tidak tahu putriku berada dimana sekarang." Arkan sudah mengerahkan semua orang untuk mencari Aya tapi hasilnya nihil.

"Kamu tahu dia sedang hamil, jauh dari keluarga tidak ada suami di sisisnya pasti Aya sangat kesusahan menjalani itu semua seorang diri." Indah tidak dapat membayangkan keadaan cucunya, pasti Aya menderita. Walaupun Aya yang salah tidak seharusnya dia jauh dari keluarga besarnya.

Arkan tidak tahu harus ngomong apa lagi. Semua yang dikatakan ibunya benar. Seharunya dulu dia berada di sisi anaknya bukan malah tidak peduli padanya.
Mentari. Jangan di tanya keadaannya, wanita paruh baya itu memang tidak menunjukkan kesedihannya di hadapan semua orang tapi setiap hari dia selalu menangisi kepergian putrinya.

"Aya pulanglah nak. Bunda kangen sama kamu. Sampai kapan Aya akan pergi. Aya tidak kangen sama bunda? Bunda juga ingin melihat cucu bunda, apa dia laki-laki atau perempuan." Mentari akan duduk di ranjang putri sambil memeluk foto Aya. Dia mengajaknya bicara seolah-olah Aya mendengarnya. Arkan sering mendengar istrinya menangis setiap selesai salat, sebelum tidur, dan saat berada di kamar putri mereka.

"Sayang." Arkan menghampiri istrinya. Kemudian mendekapnya erat.

"Maafkan aku, karena keegoisan ku putri kita pergi. Aku janji akan mencarinya sampai ketemu."

Bersambung

Part selanjutnya Rayyan.

1 juni 2021
THB

Duda Araban jilid 2 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang