Mozaik 10

187 16 2
                                        

Halo semuanya! Maaf lahir batin ya :) Maaf baru sempet update. Selamat membaca!
____________________________________________

Dia menutup mulutnya terkejut dengan isi surat itu. Dia sama sekali tidak menyangka. Luka lamamya tiba-tiba merekah kembali. Hatinya menjadi goyah. Dan dia bingung apa yang harus dia lakukan setelah ini.

Seolah alam tahu tentang apa yang sedang dirasakannya saat ini, tiba-tiba hujan turun dengam deras menyamarkan suara tangisan Kalani yang sedikit memilukan dan membiarkan suara tangisan itu melebur menjadi satu dengan suara hujan.

Kalani masuk ke dalam kamarnya dengan Najandra. Najandra sudah meringkuk diatas ranjang dengan selimut tebal membalut tubuhnya. Dia naik keatas ranjang. Mengelus surai rambut Najandra mengecup pelipisnya dari samping. Memeluknya dari belakang dan berbisik ditelingannya penuh pilu.

"I'm sorry"

***

Pagi ini lebih berbeda. Rumahnya lebih sepi. Baik Najandra maupun Kalani masih sama-sama diam.

"Sarapan dulu, Mas," tawarnya ketika mslihat Najandra baru saja keluar dari kamar dengan tubuh yang sudah segar. "Aku memasak makanan kesukaan, Mas."

Mereka sarapan dalam diam. Menikmati pagi hari sabtu dengan kesunyian. Najandra meletakkan sendoknya di atas piring.

"Silahkan kalau kamu mau menggugat cerai. Aku membiarkanmu menggugat supaya namamu tetap baik dimata orang-orang. Dia lebih sempurna dari pada aku. Mungkin memang pernikahan kita hanya bertahan 3 tahun. Kalaupun kita bercerai, tidak perlu ada yang perlu diributkan. Harta gono gini akan aku urus. Kita tidak punya anak jadi lebih mudah kan? Setelah itu kita bisa menjalani hidup kita masing-masing. Aku akan pergi ke Inggris melanjutkan S3 kamu tak perlu khawatir."

Kalani langsung bangkit dari tempat duduknya, memeluk Najandra erat. Dia yakin Najandra juga mendapatkan sebuah surat dari Aldan yang mungkin isinya tak jauh darinya. Dia masih sangat ingat isi surat yang dibacanya semalam

Untuk : Kalani
Kamu pasti tau seberapa besar cintaku padamu. Melewati bertahun-tahun bersama. Terbiasa hubungan jarak jauh karena aku harus bertugas di tengah laut 3 bulan sekali untuk mengurusi tambang bahkan kita kadang tak bisa menyapa satu sama lain bahkan melalui telepon.

Mungkin di hari pernikahan kita aku ngga bakal ada. Maaf sudah menghancurkan impian kita untuk menikah bersama. Aku harus jadi lelaki yang bertanggung jawab bukan? Maka dari itu, aku harus menikahi wanita yang hamil darah dagingku. Maaf bukannya aku mengkhianatimu. Aku hanya khilaf. Manusia pasti punya nafsu kan? Apalagi aku laki-laki.

Tapi percayalah itu hanya hubungan satu malamku ketika aku ditengah laut. Sama sekali tidak ada cinta. Aku akan segera menceraikannya setelah anak kami lahir yang penting anakku, punya akta kelahiran yang jelas. Lalu, aku akan menikahimu. Tapi pernikahan yang telah kita rancang akan tetap berjalan. Mas Najandra akan menggantikanku. Dia orangnya baik walaupun kamu belum pernah bertemu dengannya. Aku sudah banyak berkorban untuknya menjadi penerus di usaha tambang milik Papa sebenernya bukan impianku kamu pasti tau kan? Aku ngga bisa melakukan hal yang bebas seperti Mas Najandra yang bisa menggapai semua keinginannya. Aku yakin dia pasti mau. Lalu, tugasmu hanya menceraikannya ketika kamu sudah bertemu lagi denganku.

Aku tahu perbuatanku ini akan membuat marah semua orang. Bahkan orang tuaku sendiri. Aku tahu semua konsekuensinya dan aku sudah pikir matang-matang aku sudah berpikir semua langkahnya

Maafkan aku..
Tanamkan sungguh aku mencintaimu
Tunggu aku. Kita akan bahagia bersama-sama. Aku sudah membuat rumah impian kita.

Aldan

"I'm sorry. Please don't say that. Aku sudah menutuskan akan bertahan denganmu, Mas! Cinta masa lalu itu sudah menjadi kenangan. Aku ngga akan terbodohi oleh cinta di surat itu. Aldan sudah brengsek mengkhianati hubungan kami dulu. Walaupun dia berkilah menyatakan kalau itu terjadi tanpa cinta. Aku ngga akan pernah kembali lagi sama orang yang sudah berkhianat, Mas. Aku malah bersyukur karena ditakdirkan untuk menikah dengan, Mas. Aku sudah tidak mencintai Aldan. Sekarang aku hanya mencintaimu, Mas! Aku menerima apapun keadaanmu." Kalani kembali menangis. Najandra membalas pelukan itu mengelus punggungnya perlahan.

"Terima kasih sudah menerimaku apa adanya."

***

Setelah melewati sabtu pagi yang menjadi cukup panjang untuk dua insan manusia itu, akhirnya siang harinya mereka berniat untuk pergi ke panti asuhan tempat Najandra sering melakukan pemeriksaan kesehatan anak-anak panti tiap hari sabtu.

Najandra mengemudikan mobilnya ke daerah Kaliurang. Suasanannya sungguh berbeda dengan Jogja kota. Ketika turun dari mobil, Najandra langsung diserbu anak-anak yang sedang bermain di lapangan.

"Om dokter, kok minggu lalu ngga ke sini?" tanya seorang anak laki-laki. Najandra berjongkok menyetarakan tubuhnya setara dengan anak laki-laki itu. Dia mengacak acak rambutnya.

"Om lagi ada tugas ke luar negeri, sayang. Om bawa oleh-oleh kok. Coklat. Nanti om bagi kalau kalian udah periksa ya!"

"Ok." Mereka kembali bermain bola dilapangan itu.

Kalani menyalami Ibu panti yang sedang menggendong anak berusia 1 bulan itu. Anak itu sepertinya sedang rewel. Ada anak balita juga yang bersembunyi di belakang ibu panti.

"Assalamu'alaikum, Bu. Maaf baru berkunjung. Minggu lalu ngga bisa datang karena saya ada tugas di luar negeri."

"Ngga apa-apa. Ayo duduk."

"Maaf bu kalau saya lancang. Sepertinya, saya baru lihat 2 anak ini," tanya Kalani hati-hati.

"Oh ini anak tetangga. Ibunya meninggal ketika melahirkan yang kecil. Ayahnya nitip disini. Katanya lagi cari kerja." Bayi itu terus menangis digendongan ibu panti.

"Boleh saya gendong, bu?" Kalani menggendong bayi itu. Dia merasa ada yang tidak beres dengan bayi itu. Perutnya membesar. Dia sentuh perlahan perut bayi itu ternyata keras. Kalani memandang Najandra. Sepertinya Najandra memiliki pemikiran yang sama. "Bu, ini emang anaknya perutnya buncit begini atau engga?"

"Wah, kurang tau. Dia orangnya tertutup. Ini aja baru dititipin disini hari ini. Kayaknya dia emang lagi terdesak daycare kan weekend begini tutup."

"Mas, coba periksa deh." Kalani membaringkan bayi itu di sofa. Lalu, menghampiri anak balita 2.5 tahun itu. "Adek namanya siapa?"

"Lilya" Kalani mengecupnya sayang.

"Kenalin tante Kalani. Itu yang lagi meriksa adek Lilya om Najandra." Lilya hanya mengangguk dan mendekat kearah adeknya yang sedang diperiksa oleh Najandra.

"Kita perlu tanya ke ayahnya dulu dan harus dibawa ke rumah sakit buat rontgen. Aku menduga anak ini terkena hischsprung (1)."

"Nanti saya sampaikan ke orang tuanya, Nak." Ibu panti menggendong kembali bayi itu dan memberinya susu karena sudah mulai tenang. Najandra mempersiapkan tempat untuk membuka prakteknya di sini.

Sudah hampir 4 jam dia memeriksa kondisi kesehatan anak-anak panti. Syukurnya semua sehat hanya seorang bayi tadi saja yang kondisinya cukup serius. Najandra dan Kalani berniat menunggu orang tuanya  menjemput bayi itu. Mereka sampai selesai membacakan dongeng pun belum pengantar tidur pun belum datang juga.

"Nak Najandra, bayinya buang air besar tapi baunya busuk dan berlendir."

"Bu, kayaknya kita nggak usah nunggu orang tuanya datang. Kita harus membawa anak ini ke rumah sakit. Dek Lilya mau ikut?" Lilya hanya mengangguk. "Bu, nanti kalau bapaknya menjemput suruh langsung ke rumah sakit tempat saya kerja."

Belum sempat masuk ke dalam mobil, langkah kakinya terhenti. Netra mereka memandang ke arah orang yang berjalan mendekat ke arahnya. Lilya langsung berlari kearah orang itu.

"Ayah..."

"Arya?"

To be continued...
Jangan lupa like dan komentarnya ya!!!

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Sep 10, 2021 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

Kalani NajandraNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ