Menunggu #12

8.1K 440 1
                                    

Disa POV

Di kejauhan aku melihat seorang gadis cantik sedang menangis di pinggir jalan. Wajahnya dia tutupi dengan sebuah buku yang dia bawa. Aku menghampirinya dan bertanya. Gadis cantik bermata abu-abu itu mendongakan wajahnya yang memerah karena banyak menangis.

"Kamu nggak apa-apa mbak?" Dia menggeleng lemas. Sepertinya gadis itu bukan orang Indonesia asli, karena wajahnya putih bersih dan berambut coklat terang. "Perempuan nggak baik menangis, apalagi di pinggir jalan seperti ini. Kalo nggak keberatan aku akan mengantarmu. Kamu darimana atau mau kemana?" tanyaku.

"A..a..aku mau pulang" jawabnya sesegukan. "Tapi kamu nggak perlu mengantarku, karena sebentar lagi kakakku akan menjemput" aku mengusap punggung gadis yang kuperkirakan usianya tak jauh beda dariku ini.

Tidak lama sebuah mobil yang aku kenali, berhenti tepat dihadapan kami. Gadis tadi berbinar kemudian menghampiri mobil itu.

"Wilman?" tanyaku kaget. Dia pun sama. Gadis yang menangis tadi menjadi bingung melihat kami--aku dan Wilman- saling mengenal.

Ternyata gadis cantik itu adalah adik tirinya, Helena. Dia menangis karena pacarnya berselingkuh saat Helena mendatangi rumahnya. Sekarang Helena tertidur di bangku belakang. Wilman tidak mengizinkan aku pulang sendiri dan akhirnya berminat mengantarkanku pulang.

Kenapa mobil Wilman mengarah jalan yang salah, ini tentu saja bukan jalanan menuju rumah kostku.

"Kita antar sebentar Helena. Kasian dia sudah tidur nyenyak karena capek menangis dari tadi dan aku nggak tega untuk bangunin dia. Tolong bukakan pintu Dis" aku mengerti dan menuju ke pintu belakang membukakan pintu.

Satu hal lagi yang aku ketahui dari seorang Wilman yaitu dia sayang sekali pada adik tirinya itu. Tak segan-segan membopong tubuh Helena. Aku berjalan di depan Wilman dan membuka pintu rumahnya. Sungguh rumah ini mewah sekali. Semua furniture di rumah ini menggambarkan kalau si pemilik memang benar-benar orang kaya.

"Wilman, Helena kenapa?" aku menoleh dan mendapati tante Irene yang panik melihat anak gadisnya dibopong Wilman.

"Dia ketiduran ma. Nanti aku jelasin. Ayo Dis kamu ikut aku" seketika aku menunduk sesaat sebelum meninggalkan tante Irene sendiri.

Kamar milik Helena pun besar sekali saat aku membuka pintu. Ini lebih besar dari rumah kostku. Wangi ala-ala anak gadis tercium disini. Wilman membaringkan tubuh Helena dengan sangat hati-hati agar gadis itu tidak terbangun. Setelah membukakan flat shoes Helena dan menarik selimut hingga batas dada, kami pun keluar dari kamar Helena.

"Makasih ya udah jagain Helena tadi" ucap Wilman ketika kami masih di depan kamar Helena. Aku hanya tersenyum tipis.

◆◆

Suara Irene sedang berbincang-bincang dengan seseorang terdengar oleh Disa dan Wilman yang hendak menuju pintu untuk mengantar Disa pulang.

"Wilman" panggil Irene. Mereka menoleh dan terkejut dengan kehadiran Fikri yang berada di belakang Irene. Wilman tersenyum bangga kemudian berjalan menghampiri Fikri. Lain halnya dengan Disa, gadis itu terpaku pada satu titik yaitu Fikri.

Irene mengamit lengan Disa untuk duduk bersama di ruang tengah jadi mau tak mau Disa menuruti langkah Irene meskipun dia tidak nyaman saat ini.

"Man, ada berita bagus loh" sahut Irene yang kembali dari dapur bersama Disa. Di tangannya sudah ada empat buah cangkir teh yang akan disediakan untuk mereka. Rumah ini memang luas, namun Irene hanya memperkerjakan pembantunya ketika dia sedang pergi ke luar kota atau ke luar negeri saja.

"Berita apa ma?" tanya Wilman sambil menyeruput tehnya.

"Fikri mau tinggal disini. Mama seneng deh. Mama akan telpon papa dulu. Kalian tunggu disini ya"

Wilman mengembangkan senyumnya. Sedangkan gadis di sebelahnya sudah mengkerut di tempat.

"Tenang aja, saya nggak lama tinggal disini. Kalau saya merasa kesepian baru saya akan kesini. Selebihnya saya akan tinggal di apartemen" sahut Fikri tanpa ditanya lebih dulu.

"Datang lah sesuka hatimu Fik. Kasian mama yang selama ini merindukan kamu" Wilman menepuk punggung Fikri.

"Maaf Wilman, aku mesti pulang udah sore. Permisi" kata Disa sambil berdiri. Wilman menahan tangan Disa agar tak langsung beranjak dari ruang tamu

Seperti biasa, Irene kembali dengan wajah berbinar-binarnya. "Kamu mau kemana Disa?"

"Disa pamit pulang tante. Terima kasih atas jamuannya. Permisi. Assalamualaikum"

"Waalaikum salam. Wilman antar Disa pulang" kata Irene. Wilman langsung mengangguk.

Akhirnya Disa bisa bernafas lega. Dia tidak diantar pulang oleh Fikri karena Wilman yang mengantarnya.

Fikri, kenapa dia hadir setelah Disa hampir melupakannya.

Menunggu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang