7. Nightmare

5.1K 709 77
                                        

Happy reading...

Typo bertebaran...







....

Ten menatap nanar pintu bergambar kelinci di depannya. Sudah seminggu ini Doyoung tak pernah keluar dari kamarnya, membuat Ten dan para sahabatnya khawatir. Tak pernah ada yang tau penyebab Doyoung menjadi aneh seperti saat ini.

Diketuknya pintu itu dengan pelan, Ten mencoba mengajak Doyoung mengisi perut yang selama seminggu ini Doyoung tak isi.

"Doy, keluar dulu, yuk." Panggil Ten lembut.

Namun tidak ada jawaban dari dalam sana, membuat Ten tersenyum getir. Selalu seperti ini.

"Minggir Ten. Gue gak tahan lagi." Itu Taeyong yang hendak mendobrak kamar Doyoung.

Ten dengan sekuat tenaga mencoba menahan Taeyong.

"Lepasin, Ten."

Ten menggeleng, dia tak akan membiarkan Taeyong mendobrak pintu itu bisa gawat nanti, mana biaya benerin pintu itu mahal kan gak ada duit.

"Santai, Yong."

Yuta menyentuh pundak kiri Taeyong, mencoba membuat alpha beraroma hujan itu tenang.

"Gimana bisa gue santai saat kita gak tau keadaan Doyoung!" Taeyong berbalik menatap Yuta. "Disini nggak ada yang tau kan penyebab Doyoung jadi kek gini!"

Taeyong marah, ya jelas dimarah. Bagaimana bisa mereka menyuruhnya tenang sementara di dalam sana tidak ada yang tau dengan keadaan Doyoung. Bayang bayang tentang pikiran buruk terus menghantui Taeyong selama seminggu ini. Bagaimana jika di dalam sana Doyoung terbaring lemas menunggu pertolongan?

Jika benar itu yang terjadi maka Taeyong akan merasa dihantui seumur hidupnya. Mana dia punya banyak utang ke Doyoung, jika nanti Doyoung mati lalu menghantuinya untuk menagih hutangnya gimana?.

Haduh, kalut sudah pikiran Taeyong.

"Tapi, emang lebih baik kita dobrak aja itu pintu, takutnya Doyoung sedang tak baik baik saja." Usul Winwin.

Well, Winwin sendiri sudah cemas, jadi tidak ada cara lain selain mendobrak paksa pintu kamar Doyoung. Namun Ten tetap menggeleng, membuat Taeyong merasa geram.

"TEN, APA SIH YANG ADA DIPIKIRAN LO!" Taeyong sungguh tak tau jalan pikiran Ten.

Apa Ten tak khawatir dengan kondisi Doyoung?

"SEBENARNYA APA YANG ADA DI PIKIRANMU TEN!" Taeyong kembali berteriak marah.

Ten meremas tangannya, "aku hanya takut, siapa tau Doyoung sedang haet."

Taeyong menatap Ten dengan penuh kecurigaan, seperti ada yang Ten tutupi darinya. Dan jika itu benar maka Taeyong tak akan memaafkan Ten.

Taeyong mengusak kasar surai pirangnya, sungguh disini dia luar biasa cemas. Dia takut hal yang selama ini menjadi bayang bayang di otaknya akan terjadi. Taeyong terlalu menyayangi Doyoung lebih dari apapun itu,

Bahkan melebihi Ten.

Dengan penuh emosi Taeyong pergi meninggalkan apartemen Ten dengan terburu buru, takut jika dia akan mengamuk.

Sementara itu didalam kamar, Doyoung hanya dapet meremas bantal sembari menangis meratapi nasibnya. Doyoung sungguh tak menyangka jika si brengsek Jaehyun akan menandai nya, ini terlalu cepat.

Lihat sekarang, mungkin si brengsek itu sedang tertawa bersama Rose sambil memikirkan cara agar hidup Doyoung lebih sengsara.

Ya Tuhan, ijinkan Doyoung resign dari kehidupan ini saja, Doyoung tidak akan kuat menghadapi seorang Jung Jaehyun sendirian. Terlebih pasti ada sesuatu yang pria itu rencanakan. Dan Doyoung terlalu bodoh untuk menebak rencana licik pria itu, sebab siapapun tau jika Jung Jaehyun itu begitu tertutup.

Lalu apa kabar jika orang tua Doyoung tau bahwa anaknya memiliki mate bejat seperti Jaehyun? Bisa mati berdiri nanti Chanyeol, ayahnya. Belum lagi ibu dan adiknya yang akan berteriak histeris bak orang gila.

Ibunya Baekhyun, pasti akan tertawa penuh arti karena anak pertamanya laku pada alpha tampan yang sialnya juga berduit seperti Jaehyun.

Kemudian Renjun, adik cerewetnya akan mulai berceramah mengenai banyak hal yang Doyoung sendiri tidak akan tau.

Sungguh sial sekali nasib Doyoung.

Sekali lagi, tangisan kencang Doyoung memenuhi seisi apartemen.

.
.
.

"Ini sudah yang ke 73 kali kau bertanya pada semua orang Jaehyun."

Jaehyun tertegun, lalu mulai mengangkat pandangannya dari sepiring steak sapi lezat kesukaannya menuju wajah Johnny yang terlihat menyebalkan.

"Lalu?"

Johnny memutar malas bola matanya, demi bau caramel Doyoung, apa Jaehyun tidak sadar jika saat para mahasiswa mulai membicarakannya dan Doyoung!?

Bagus sih para mahasiswa tau jika Jaehyun dekat dengan Doyoung, tapi apa Jaehyun tidak memikirkan konsekuensinya bagi Doyoung?

"Kau terlalu banyak bertanya, J."

"Aku merindukan baunya, John."

Johnny membuang nafasnya. "Tapi kau tidak perlu bertanya pada setiap siswa yang melewati pintu gerbang kampus, J."

"Buwkwannwa itwu buangswus?" Ujar Jaehyun dengan mulut penuh makanan.

"Siapa tau dari mereka ada yang melihat Doyoung." Lanjut Jaehyun setelah menelan habis makanan yang ada di mulutnya.

Johnny menggeleng, sebenarnya Jaehyun ini bego atau tolol sih, jelas jelas jika ingin mencari Doyoung harusnya dia pergi ke fakultas kedokteran, bukan malah menanyai seluruh siswa sekampus.

"Kenapa tak mencoba bertanya pada Ten saja?"

Jaehyun terdiam, mencoba berpikir. Kalau dia tak salah ingat si Ten itu bukannya si monalisa aneh yang waktu itu? Jika benar maka Jaehyun dapat dengan mudah menemukan Doyoung.

"Wih, bagus juga ide lo."

"Hm."

"Kenapa tak dari awal lo bilang gitu, sih. Mungkin sekarang gua bisa bawa Doyoung ke depan yang mulia!"

Sebuah perempatan tercetak di dahi Johnny, rasanya dia ingin memukul Jaehyun menggunakan tongkat bisbol milik paman Kyusoo agar otak anak pertamanya ini dapat mengigat kembali bahwa JOHNNY PERNAH MEMBERINYA SARAN ITU BEBERAPA HARI LALU!

"Ten, wait me~" kikik Jaehyun penuh makna.

...

Holaa, ada yang kangen?

Kecepeten gak sih alurnya?

Saranin sesuatu Dong!

Salam manis

IAKUMA_CHAN



what's wrong with 'nerd' Kim?Where stories live. Discover now