Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin ya semua!❤️
*****
Papa Ganteng
Papa dapat telepon dari sekolah katanya kamu pingsan, benar? Kenapa, kamu sengaja telat makan lagi? Gak boleh gitu ya sayang. Sekarang salah gak kalau papa minta Ghea buat gak berulah sehari aja? Mama sama papa di sini sibuk dengan kerjaan, kami gak punya banyak waktu buat ngurusin urusan sepele kamu itu. Kalo kamu mau narik perhatian papa sama mama, gak begini caranya.
Mama
Bagi saya kamu gak lebih penting dari uang dan pekerjaan saya. Dua hal itu bisa kasih saya kebahagiaan sedangkan kamu tidak. Yang kamu bisa hanya merepotkan dan buang-buang harta saya. Karena menerima telepon tidak penting dari sekolah tadi membuat saya kehilangan klien. Kamu itu bisanya buat masalah aja. Saya benci kamu, anak tak tau diuntung, beban keluarga, gak tau diri. Dasar pembawa sial!
Ghea meremas ponselnya kuat-kuat. Sekarang masih pukul 2 malam dan ia harus sudah menerima kata-kata tidak mengenakkan dari orang tuanya. Belum sembuh sakitnya, belum hilang lelahnya. Tiba-tiba sakit kepala kembali menyerang Ghea seolah memaksa gadis itu untuk kembali terlelap.
*****
"Dihari terakhir ini gue harus keliatan cantik," gumam Ghea merapikan penampilannya di depan cermin.
Ghea mengambil ponselnya membaca pesan dari Deven. Gadis itu tersenyum kecut, ia masih tak percaya apakah Deven benar-benar peduli padanya. Sikapnya yang selalu berubah-ubah membuat Ghea tak yakin jika cowok itu tulus padanya.
"Kita putus ya, Dev. Maaf kalo selama ini aku selalu ngerepotin kamu." Ghea memandangi ponselnya seolah-olah itu Deven.
"Aku gak mau ketika aku pergi nanti, aku ninggalin kamu tanpa kejelasan. Aku sayang banget sama kamu. Semoga kamu selalu bahagia dengan pilihan kamu."
Ghea memejamkan matanya, sedikit tidak yakin dengan keputusannya. Apakah setelah ini akan ada orang yang bersedih atas kepergiannya? Apakah akan ada yang merasa kehilangan? Atau justru ada yang merasa lega karena Ghea tidak akan muncul lagi dihadapannya?
Beralih mengambil bingkai foto dirinya dengan Dicky yang ia taruh di meja belajar, Ghea memeluk erat foto itu. Memandangi dua wajah polos dirinya dengan Dicky saat ia masih berusia 7 tahun.
"Maaf ..."
Hanya kata itu yang mampu terucap dari bibirnya. Ghea tak bisa menahan tangisnya. Ia sudah banyak membebani cowok itu. Menurut Ghea, selama ia hidup ia tidak pernah membuat kakak laki-lakinya itu bangga padanya.
"Gue gak bisa jadi adik yang baik buat lo. Gue terlalu lemah, terlalu payah, dan gampang patah. Sehat terus ya, semangat kuliahnya, buat mama papa bangga. Makasih lo selalu jadi orang pertama yang support gue disaat gue jatuh. Setelah ini pokoknya lo harus bahagia. Jagain siapapun itu yang bakal jadi kakak ipar gue, jangan bikin dia sedih." Ghea menyeka air matanya.
Mengambil foto keluarga yang selalu ia selipkan di binder miliknya. Ghea mengusap foto yang terlihat usang itu. Terlihat ada orang tuanya yang sedang menggendong Dicky, lalu Ghea berdiri di samping papa dan tersenyum ke arah mereka. Wajahnya masih begitu polos. Dari kecil Ghea selalu mendapatkan perlakuan berbeda dari keluarganya. Dicky akan selalu mendapat perhatian pertama dari keluarganya, sedangkan Ghea tidak. Bahkan Ghea lebih dekat dengan asisten rumah tangganya saat itu. Ia menyadarinya begitu masuk ke jenjang sekolah menengah pertama. Ghea tidak marah, tidak pernah ada sedikit pun rasa iri dihatinya. Ghea terlalu sayang dengan keluarganya sampai ia tidak sadar kalau sudah banyak dirugikan di sini.
"Papa ... maaf ya Ghea selalu merepotkan dan belum bisa banggain papa. Asal papa tau, Ghea sayang banget sama papa. Papa itu cinta pertama Ghea. Ghea selalu pengen ngasih yang terbaik buat papa. Tapi sekali lagi maaf, Ghea gak bisa ngelakuin itu semua. Jangan marah ya, pa. Papa jaga kesehatan, jangan sibuk-sibuk kerjanya, jagain mama juga."
Ghea tersenyum melihat wajah mama di foto membuat air matanya kembali jatuh.
"Mama senyumnya cantik banget. Maaf ya ma, Ghea udah jadi anak yang gak berguna buat mama. Ghea selalu bikin mama kecewa. Untuk semua perkataan yang mama ucapkan ke Ghea, Ghea sama sekali ga marah. Ghea tau mama itu sayang banget sama Ghea, tapi mungkin caranya kurang tepat. Sehat dan bahagia selalu ya ma. Jadi istri dan ibu yang baik buat papa dan bang Dicky. Ghea gak bisa kasih apa-apa ke mama. Ghea gak mau terus jadi beban buat mama, maafin Ghea ya. Ghea sayang mama."
Ghea menyeka air matanya lalu bergerak menyimpan semua foto itu di dalam laci meja belajarnya. Ghea bangkit untuk mengambil ransel dan kunci mobilnya untuk segera berangkat. Sebelum benar-benar keluar dari kamar, ia melihat sekeliling. Ruangan ini sudah ia rapikan semalam. Saksi bisu semua cerita dan kenangan Ghea. Terbesit rasa sedih kala mengingat bahwa ini akan menjadi terakhir kalinya ia melihat ruangan ini.
"Kamar siapapun yang bakal jadi majikan baru lo nanti, lo harus bikin dia nyaman. Makasih udah mau jadi tempat curhat gue, udah jadi rumah yang nyaman buat gue, dan selalu ada buat gue. Ghea pamit ya," ujar Ghea menghela napasnya sebelumnya ia benar-benar pergi meninggalkan apartemen itu.
Ghea masuk ke dalam mobil. Setelah meletakkan ransel di kursi penumpang, gadis itu menghidupkan ponselnya. Terdapat foto duck face dirinya, Jisha dan Gibran yang ia jadikan wallpaper. Ghea memegangi dadanya sebentar, kenapa rasanya begitu berat. Mereka adalah sahabat yang paling bisa Ghea andalkan. Orang-orang yang selalu ada dipihaknya apapun kondisinya.
Ghea membuka pesan dari Jisha, ternyata gadis itu terus mencoba menelponnya dari tadi. Ghea tidak tau karena ia mengaktifkan mode hening pada benda pipih itu.
Jisha Cute🧸🍼
Lo udah dijalan kan? Jangan lama-lama ya gue mau nyontek geo ni, haha.
Geyul lo dimana?
GHEAAAA LO LAMA BANGET SUMPRET
Astaga lo dimana si
Ghea angkat telfon gue sekarang
Gak bener ni anak
Ghea tertawa sebentar, melupakan fakta bahwa ini akan menjadi terakhir kalinya ia berinteraksi dengan sahabatnya itu.
"Bawel banget sih," kekeh Ghea. "Pesen gue cuma satu, lo harus bahagia terus gimanapun caranya. Cari temen yang asik dan sefrekuensi sama lo. Maaf gue ninggalin lo gitu aja. Gue sayang banget sama lo, Sha. Gue gak mau bikin lo sedih karena kepergian gue."
Menghidupkan mesin mobilnya, Ghea membawa kendaraan roda empat itu keluar dari apartemen. Ghea memilih mengambil jalur bebas hambatan untuk melancarkan aksinya. Mengendarai mobilnya ugal-ugalan sampai menuju ke fly over paling tinggi. Ghea tersenyum dalam tangisnya.Ia seperti telah dikuasai oleh iblis. Yang ada dipikirannya saat ini adalah cara untuk menghilangkan kesakitan hatinya.
Salah satu caranya adalah dengan mengakhiri semuanya.
Ketika sampai di tempat yang dia inginkan, Ghea semakin ugal-ugalan. Beberapa kali kendaraan roda empat itu keluar jalur hingga mendapat teguran dari para pengguna jalan. Ghea melirik ke spion, dibelakangnya ada truk besar yang melaju dengan kencang. Tanpa pikir panjang Ghea segera mengerem mendadak mobilnya dan insiden itu pun tak terelakkan. Mobil Ghea ditabrak dengan keras sampai terguling dan menghantam pembatas jalan.
You did well Ghea Syafira..
➖➖➖➖➖
A/n: maaf ya baru bisa update sekarang semoga kalian gak lupa sama alurnya haha. Thank you banget buat yang udah setia nunggu dan dm kasih semangat ke aku, ilysm!🥰
• Jangan lupa vote and comment, see you!
YOU ARE READING
OSIS IN LOVE
Teen Fiction[Warning: cerita ini mengandung jahe🚧⚠️] Ketua OSIS SMA Genara menyukai seorang gadis cantik yang merangkap sebagai Bendahara OSIS di sekolahnya. Awalnya semua berjalan sesuai rencana, hingga kehadiran seseorang menjadi penghalang besar bagi hubung...
