Bagian tanpa judul 2

163 5 3
                                    

Flash Back

Jane berjalan ketaman kampus dengan wajah berseri dan semangat. Hari ini ia memutuskan untuk mengutarakan cintanya pada pria yang di cintainya. Ini adalah hari ke 100 ia sembuh dari luka cinta pertama yang mendapat penolakan. Kali ini ia sudah menemukan incaran barunya. Pria tampan. Ia adalah senior di kampusnya. Pria dengan lesung pipit berambut pirang yang kini mendapatkan cintanya. Saat menatap pria incarannya. Gadis itu diam sesaat merapikan penampilannya. Dengan topi di kepalanya dan juga tas yang di bawanya. Di dalam tas itu terdapat hadiah untuk pria itu. hari ini pria itu ulang tahun. Bersamaan saat ia memberikan kado ulang tahun pada pria itu ia akan mengungkapkan perasaannya. Pria ini adalah pria ke dua yang memikat hatinya. mereka memang saling mengenal dan kebetulan pria itu ramah padanya namun gadis itu salah pengertian. Kebaikan pria itu ia ibaratkan rasa yang sama seperti rasanya. Apa lagi kalau bukan cinta.

Gadis itu melangkah semangat namun tiba-tiba sesuatu dalam tubuhnya ingin mendesak keluar. Ia pun memilih berhenti sejenak dan.. wajah gadis itu menahan sesuatu yang bersiap keluar. Namun ia berusaha mati-matian menahannya. Hingga ‘sesuatu’ yang hendak keluar itu masuk kembali kedalam tubuhnya. Merasa semua sudah terkendali gadis itu melanjutkan langkahnya lagi.

_

Seperti rencana awal, gadis itu sekarang duduk di kursi panjang yang ada di taman kampus. Berdampingan dengan pria pujaannya membuat dadanya naik turun. Ia gugup tak karuan. Perlahan ia mengeluarkan sesuatu dalam tas miliknya. Pria yang duduk di sampingnya melihat kearah Jane, begitu gadis itu di panggil.

Dengan segala keberanian yang di milikinya Jane menyerahkan kotak di bungkus kertas kado warna putih dengan motif hati. Pria di depannya hanya tersenyum lalu bertanya “Ini apa? Untukku?” Jane mengangguk malu. Wajahnya sudah tak berbentuk lagi. memerah bagai kepiting rebus. “Terimakasih..” pria itu menerimanya dengan senang hati.

“Selamat ulang tahun..” ucap Kate pelan dengan nada malu-malu.

“Terimakasih banyak. Kau memang teman yang baik” di cubitnya kedua pipi gadis itu gemas. Sungguh perlakuan pria itu membuatnya hampir pingsan. Sumpah! Ia tidak bohong.

“Aku...” pria itu menatap Kate binggung “Aku..” sejak tadi Jane kata ‘aku’ berulang kali ia ucapkan, tentu saja lawan bicara kebinggungan.

“Ada yang ingin kau sampaikan?” selidiknya. Jane mengangguk semangat.  “Apa? Katakanlah!” pintanya lembut.

“Aku mencin—“

BROOOOOOOOT

Gadis itu tak menyangka ‘sesuatu’ dalam tubuhnya menerobos pertahanannya. Pria yang duduk di sampingnya seketika bangun dengan jari telunjuk dan ibu jarinya bertenger di hidung mancungnya. Menutup hidungnya rapat-rapat agar polusi udara yang Jane semburkan tak mengotori kinerja paru-parunya.

“Kau kentut? Astaga! Itu besar sekali! Uucchh bau...” sembari mengibaskan tangan satunya di depan wajahnya.

Pengakuan cintanya kabur entah kemananya di gantikan rasa malu yang luar biasa. Gadis itu langsung berdiri dan lari sekencang yang ia bisa. MALU, TUHAN CABUT NYAWAKU SEKARANG........ itulah teriakan batinnya.

Flash Back Off

Kerajaan Inggris

Wajah pria itu menatap lekat foto yang ada di tangannya. Ia masih tak percaya hidupnya akan lebih melelahkan lagi setelah ia menatap gadis yang akan di nikahinya.

“Apa Nenek tidak salah? Kau memintaku menikahi gadis sepertinya? Ini konyol! Tidak masuk akal. Bagaimana nantinya hidupku? Dia bukan bangsawan! Dia juga bukan keturunan kerajaan. Aku ini penerus thatha kedua setelah ayah. Bagaimana mungkin aku menikah dengan gadis seperti ini?” marah pria itu dengan mata menyala.

“Bukan nenek yang mau. Tapi itulah isi wasiat mendiang kakekmu sebelum ia meninggal. Ia ingin kau menikahi gadis itu. ini memang sulit untukmu. Namun nenek yakin kau bisa melakukannya” mohon sang nenek yang tak lain adalah ratu inggrish.

“Apa alasannya? Kenapa aku harus melakukan hal konyol ini?”

“Karna kakekmu berhutang nyawa pada kakek gadis itu”

“Kakek yang berhutang nyawa kenapa aku yang harus melunasinya dengan menikahi cucunya?! Ini tidak adil untukku” dengan nada tak bersahabat ia mengatakan itu.

“Jaga ucapanmu!” marah sang nenek

“Hidupku sudah terlalu sulit menjadi pangeran di kerajaan ini. jangan di tambah lagi dengan kehadiran gadis asing di hidupku. Lagi pula nenek juga pasti tau, aku sudah memiliki lizy. Tidak mungkin aku menikahi gadis lain”

“Restuku tidak akan turun bila kau ingin menikahinya! Jika kau menolak maka saat nenek mati jangan sentuh nenek. Kau tidak menghormati keinginan terakhir kakekmu. Lalu untuk apa nenek anggap kau itu cucuku?”

Sontak saja Edward diam “Nenek mohon.. turuti keinginan nenek. Angap ini permohonan nenek yang terakhir. Nenek janji ini yang terakhir kau menuruti keinginan nenekmu ini”

Coming Soon...

Love DestinyWhere stories live. Discover now