"APA!" duke oliver nampak sangat syok dengan ucapanku tadi, apakah dia tidak menyetujui usulku kali ini?
"Michael! Michael Zionra maksudmu hera?!" dengan sedikit takut aku mengangguk pelan. Mataku terus melihat setiap perubahan ekspresi dari duke oliver.
"a-apakah ada yang salah ayah?" tanyaku hati-hati, aku tak ingin menyulut amarah duke oliver yang mungkin berujung dengan adegan kekerasan mungkin? Hehehe aku juga tidak tahu apakah duke oliver adalah tipe ayah yang keras atau tidak.
"tidak, ayah hanya kaget saja." ujar duke oliver dengan wajah santainya. Entah mengapa aku jadi sedikit kesal, dia tiba-tiba berteriak dan hampir membuatku jantungan. Emang bapak laknat.
"jika ayah kaget kenapa harus berteriak?" kesalku dengan memayunkan bibir.
"yakan ayah reflek hera." sabar, sabar kalo mau jadi anak baik harus sabar menghadapi sikap ayah yang bikin tangan gatal pengen mukul.
"Jadi itu adalah semua rencana yang telah hera rencanakan ayah. Hera hanya tak ingin keluarga kita hancur karena orang-orang tak tahu diri itu." ujarku dengan tatapan serius.
Duke oliver hanya mengangguk setuju lalu memberikanku sebuah kotak kayu yang sangat indah dari balik jas yang di pakainya.
"ini apa ayah?" tanyaku heran.
"itu adalah token milik ayah." untuk apa ayah memberikan tokennya padaku?
"itu dapat hera gunakan apa bila sedang berada dalam keadaan terdesak. Ayah tak ingin sampai ada yang berani melukai anak satu-satunya ayah ketika ayah sedang tidak ada." ucapan duke oliver ada benarnya juga. Apabila aku terdesak token ini dapat membantuku.
"tapi, apakah tidak apa-apa token ini berada di tangan hera ayah?" tanyaku padanya.
"tentu saja tidak apa-apa. Hera harus berjanji selalu menjaga token itu dengan baik dan jangan menghilangkannya. Karena ayah yakin dan selalu percaya pada hera dengan setulus hati." aku terdiam. Sungguh aku sangat terharu mendengar kalimatnya yang membuatku teringat kehidupanku dulu.
Di mana saat aku tidak di perdulikan dan semua orang tidak percaya padaku sedikitpun. Namun, kini ada seseorang yang bisa mengisi kekosongan dan kesepian yang aku hadapi dan kini aku tidak sendiri lagi.
Aku benar-benar tak bisa menahan air mataku yang akan tumpah, aku terharu untuk kedua kalinya ada yang mau percaya padaku. Aku tak akan mengecewakanmu ayah.
"hmm, hera akan menjaga token ini dengan baik." ucapku dengan nada riang. Duke oliver tersenyum lembut, membuat ketampanannya semakin menguar dashyat. Oh sekarang aku mengerti mengapa hera sangat cantik, ini pasti gen unggul dari duke oliver yang memang luar biasa.
Tok tok tok
"Maaf duke, nona. Hamba ingin memberitahu bahwa putri count arles ingin menemui nona hera." ujar seorang pelayan yang langsung menyadarkanku dari pesona duke oliver yang membuatku terpana sesaat.
"hmm, katakan padanya aku akan segera datang." kataku dengan sedikit keras agar pelayan itu mendengarnya mengingat ia berbicara dari balik pintu.
"baik nona."
Suara langkah kaki pelayan itu sudah menjauh, barulah aku menatap duke oliver yang masih duduk dengan pose santainya sembari menyesap teh dari cangkirnya.
"ayah, hera undur diri dahulu." pamitku dengan senyum manis yang masih terpatri di bibirku.
"baiklah" ujarnya pelan.
Aku segera berbalik dan segera pergi dari ruangan itu. Pikiranku melayang mencoba mengingat siapa putri count arles mengapa aku tidak mengingat karakter satu ini. Selama cerita 'Black Flower' berjalan aku sama sekali tidak mengingat kemunculan salah satu karakter ini? Apakah ada salah satu adegan yang aku lewatkan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Make Me A Villain
Historical FictionAmari tidak pernah menyangka dirinya akan bertransmigrasi ke dalam sebuah novel yang ia baca. Namun, bukan menjadi seorang Antagonis seperti yang sering ia baca di novel-novel fiksi yang ia baca, amari malah bertransmigrasi menjadi Protagonis novel...