27. Lupa dan Kecewa

155 24 0
                                    

Happy Reading

*****

Dua minggu pun berlalu, Sma Rajawali telah selesai melaksanakan Ulangan Tengah Semester. Dan itu membuat para murid tersenyum lega. Rara bersyukur sekali, hubungannya kini dengan Athala membaik.

Namun, entah mengapa Melati sepertinya selalu menghindar dari Rara. Bahkan, mereka berdua menjadi jarang bertukar sapa. Mungkin, ini cuma pikiran Rara saja.

Gadis itu membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas. Rara kini sedang sibuk mempersiapkan acara bazar yang akan di laksanakan tiga hari lagi. Memang, semua anggota osis di haruskan ikut andil dalam mempersiapkan semuanya.

Rencananya, Rara akan membeli barang-barang bersama dengan Melati namun di tolak. Akhirnya, Rara memutuskan pergi bersama Manda--gadis imut yang menjabat sebagai bendahara osis.

Berbeda dengan Melati, gadis itu tengah berada di kamar mandi. Nafasnya terengah-engah, wajahnya kini menjadi pucat. Keringatnya bercucuran, kaki jenjangnya berjalan keluar dari kamar mandi dengan langkah gontai.

Sebelum tubuhnya ambruk dengan sikap Athala menangkapnya. Kebetulan sekali, Athala habis dari kamar mandi cowok. Athala menggendong tubuh Melati ala bridal style menuju ke UKS. Ia membaringkan tubuh Melati di atas brangkar putih. Melihat wajah pucat Melati, Athala langsung mengundang petugas UKS.

"Tolong obatin temen gue."ujar Athala kepada siswi kelas 10.

"Baik, kak."siswi itu mengarahkan minyak kayu putih ke hidung Melati dan membuatnya terbangun. Lalu, ia memberi Melati inhaler untuk  di semprotkan melalui mulut. Setelah itu, gadis itu berjalan keluar dari ruang UKS.

"Udah mendingan?"tanya Athala memastikan.

Melati sedikit kaget dengan kehadiran Athala. Jadi, ia yang menolongnya?

"Lo yang bawa gue kesini?"tanya Melati.

"Emang kenapa?"

"Ya ng-ngga papa sih."Melati berusaha menutupi kegugupannya.

"Gimana keadaan lo?"

Dalam hatinya, Melati bersorak kesenangan. Ia harus pandai mengambil kesempatan kali ini.

"Masih sedikit pusing."ujar Melati sambil memegangi kepalanya.

Bel pulang akhirnya berbunyi, Athala membantu Melati duduk  di atas brangkar.

"Bisa nggak?"tanya Athala.

Melati mengangguk lemah, ia yakin seratus persen jika Athala itu mengkhawartirkannya.
"Bisa."

"Lo pulang sendiri?"tanya Athala lagi.

"Iya, kadang di jemput kakak gue, tapi kakak gue lagi kerja."jawab Melati.

"Gue anter lo pulang."

"Ngga papa tha, gue bisa kok pulang sendiri."

"Lo yakin dengan keadaan lo yang begini bisa pulang sendiri?"

Seakan pasrah, akhirnya gadis itu mengangguk. Athala menyuruh adik kelas yang kebetulan lewat meminta tolong untuk mengambilkannya tasnya dan tas Melati. Setelah menunggu sepuluh menitan akhirnya tasnya pun tiba. Athala membantu Melati berjalan menuju parkiran dengan langkah yang sedikit tertatih. Memang sih, kalau drama Melati juaranya.

Athala melajukan motornya menuju rumah Melati. Sesampainya di rumah Melati, Athala menyuruh gadis itu turun dari motornya. Walaupun pusingnya sudah menghilang, Melati masih berakting kesakitan membuat Athala membantunya berjalan.

Athala mendudukan Melati di kursi kayu di dalam rumah Melati. Rumah Melati jauh dari kata Mewah, alas rumahnya masih bata merah. Barang-barang yang berada di rumahnya  terkesan kuno.

Aurora [END/BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang