Wajah gadis itu tampak lelah, tapi pesonanya sukses membuat Darius tertegun sesaat kala menatapnya. Dia buru-buru menggeleng. Apa yang kupikirkan? Gerutunya dalam hati. Untung sekali gadis itu tidak sadar.
Darius menurunkan pedang. "Manusia?"
Gadis itu menatapnya, agak cemberut. Walau tidak mengurangi kecantikannya. Tidak penting juga.
"Iyalah! Kamu pikir aku apa? Monster?"
"Oh."
"Oh? Itu doang?"
"Memang apa yang harus kukatakan?"
Sesaat, gadis itu kehabisan kata-kata. Jelas sekali respon Darius bukan sesuatu yang diharapkannya. Tapi Darius tidak peduli. Dia berbalik, menancapkan Torrwrmellt di pasir, lalu duduk.
Hening lagi.
"Eh, boleh aku ikut duduk?" kata si gadis pada akhirnya.
Darius memberi gestur mempersilakan. Gadis itu duduk tidak jauh di sampingnya, yang entah kenapa mengirim sensasi tidak nyaman pada Darius. Dia tidak pernah duduk dekat-dekat dengan perempuan. Apalagi di alam bebas. Apalagi hanya berdua.
"Kenalin, aku Handa." gadis itu memperkenalkan diri, tersenyum manis. "Kamu siapa? Eh, maaf, harusnya—"
"Panggil saja Darius."
"Oh, oke." timpal Handa, canggung. "Darius. Nama yang aneh. Kamu enggak ada hubungannya sama artis itu, kan? Darius Sinathrya?"
"Itu diambil dari Darius I, Kaisar Agung Imperium Achamaenid. Sudah puas?"
Handa pun terdiam, tampak malu dengan dirinya sendiri. Darius sendiri tidak yakin dengan jawabannya. Tapi itu satu-satunya kemungkinan logis yang bisa dipikirkannya. Ayahnya tidak pernah memberitahunya soal nama itu.
"Maaf, Darius. Aku bener-bener minta maaf, enggak seharusnya aku tiba-tiba nanya ini-itu. Aku cuma ketakutan. Aku—"
"Banyak bicara untuk menghilangkan ketakutanmu." Darius teringat pada Suci dan Diana, teman sekelasnya yang paling berisik.
Handa mengangguk malu. "Eh, omong-omong, kamu beneran enggak kaget atau apa, gitu, pas lihat aku? Maksudnya, karena orang lain di tempat ini."
"Tidak."
"Kenapa?"
"Ada dua orang yang tadinya bersamaku. Bukan hal aneh kalau ternyata ada orang lain selain kami bertiga."
"Tadinya? Kamu terpisah juga?"
Lirikan dingin Darius cukup untuk membuat Handa panik.
"A—aku juga terpisah dari temanku. Aku enggak tahu kenapa, pas kita masuk ke Terminal Baranangsiang, aku tiba-tiba muncul di sini, tapi Syifa enggak ada."
"Bogor?"
"Iya. Lho, emangnya kamu bukan dari Bogor? Dari mana?"
"Sukabumi."
"Sukabumi? Lho kok aneh, ya? Kenapa dari Sukabumi juga ada? Apa jangan-jangan dari Depok atau Bekasi jug—"
Darius menghela napas. Dia tidak memerhatikan perkataan Handa selanjutnya, tapi kemunculan gadis itu di sini sebenarnya agak membuatnya penasaran. Ada setidaknya dua orang dari Bogor yang juga bisa menjadi Parallax Rhyfelwyr. Salah satunya diteleportasi ke tempat ini, bersama Darius yang asalnya dari Sukabumi. Seberapa kecil kemungkinan itu bisa terjadi?
"—ma itu. Darius?"
Darius mendelik. "Apa?"
"Kamu denger, gak? Soal nama itu, lho, kok aneh banget? Nama bentuk diriku saat ini Gwynt Huntress. Itu bahasa apaan, sih? Jangan-jangan bukan bahasa manusia?"
ESTÁS LEYENDO
Parallax Rhyfelwyr: The Violet of Doom
Ciencia FicciónSetelah terjadi penyerangan oleh kabut ungu humanoid di pesta ulang tahun Vio, hidup Darius, Angga dan Nindya tidak lagi sama. Mimpi yang selama ini mengusik mereka tiba-tiba menjadi kenyataan. Semesta Bumi diinvasi entitas dari semesta lain. Untuk...
Bab 14: Darius
Comenzar desde el principio
