"Arghhhhh......."

Arlan merasa begitu bodoh. Salah? Tentu saja ia merasa bersalah. Kedua tangan Arlan mendekap Syila erat membawanya ke dalam pelukannya. Namun tak berselang lama Syila menjauh dan mengusap kasar air matanya.

"Keluar."

"Gue mau istirahat."

"Syila biarin gue ngomong dulu. Gue tahu gue udah menyimpulkan dengan salah." Arlan berusaha mengambil tangan Syila, ingin mengajaknya bicara baik-baik. Namun sepertinya terlambat...

Syila menggeleng dan dengan sisa tenaganya ia mendorong Arlan paksa keluar dari kamarnya. Dari dalam kamar, Syila dapat merasakan Arlan meninju pintu kamarnya yang telah ia kunci. Tubuh Syila meringsut turun dengan air matanya yang kembali mengalir.

Dan Arlan bodoh itu tanpa tahu malu ikut meneteskan air matanya. Terlambat? Jelas, ia sudah menggunakan hal sepele untuk cukup begitu sesak menyakiti hati Syila. Tidak ini bukan akhir, ini adalah awal dari perjuangannya.

"Syila, Arlan yang bodoh ini minta maaf. Jangan lupa cepet sembuh, biarpun bodoh dia tetep nggak suka liat lo sakit." Teriak Arlan. Ia tak mendapat sahutan, hanya kesunyian.

...

Keesokan paginya dengan kondisi yang kurang bugar Syila harus bangun lebih awal dari biasanya. Waktu baru menunjukkan pukul 6.15 tapi ia sudah mengenakan baju untuk acara pelelangan hari ini. Ia keluar kamar dan menatap sebentar pintu kamar Arlan. Matanya bahkan terasa bengkak akibat kemarin. Syila benar-benar mencurahkan isi hatinya.

"Bi Syila berangkat sekolah dulu ya." Tukasnya mendekati bi Indah yang tengah memasak di dapur.

Bi Indah menatap Syila bingung. "Loh kok pagi banget? Emang udah enakan?"

Syila mengembangkan senyumnya. "Syila udah mendingan kok bi, ada acara di sekolah jadi Syila berangkat duluan."

"Yaudah nak Syila hati-hati di jalan ya."

"Iya bi."

Lima belas menit berlalu...

Begitu sampai di sekolah Syila langsung berjalan menuju aula. Terlihat beberapa orang sudah datang termasuk kak Indi.

"Syila muka lo keliatan pucet, lagi nggak enak badan?" Tanya seorang teman satu clubnya.

Syila menggelengkan kepalanya. "Gue nggak papa kok, santai aja." Padahal baik fisik atau batinnya sedang tak baik-baik saja.

Setelahnya langsung saja Syila membantu persiapan begitu melihat yang lain penuh dengan kesibukan. Tiap beberapa menit Syila harus mengelap keringat dinginnya yang mengucur.

Tersisa tiga puluh menit lagi sebelum acara pelelangan dimulai. Syila berjalan meghampiri Kak Indi di pojok aula. "Kak, Syila permisi ke toilet bentar ya." Ijin Syila yang langsung diiyakan.

Begitu masuk ke dalam toilet Syila buru-buru melapisi bibirnya dengan sedikit liptint. Sekarang wajahnya yang tadi terlihat begitu suram menjadi lebih baik. Meskipun tadi Syila sudah minum obat, badannya masih terasa sedikit meriang.

Setelah merapikan penampilannya, Syila bergegas kembali ke aula. Di seberangnya ia tak sengaja melihat Arlan dan begitu juga sebaliknya. Tanpa berfikir lama, Syila berlari ke aula. Ia tidak ingin bertemu Arlan untuk saat ini, meski tadi ia melihat Arlan menatapnya begitu lembut.

Di aula terlihat sudah banyak tamu yang menduduki kursi. Syila bergabung dengan tim yang mempersiapkan lukisan-lukisan yang akan dipertunjukkan satu persatu ke atas panggung. Pelelangan berjalan lancar dan lukisan-lukisan tersebut dihargai dengan baik.

"Lukisan ini jatuh ke tangan Bapak Erlangga Dinaro Pratama." Ucap selamat sang pembawa acara.

Nama itu..

Syila sontak berhenti membantu menyiapkan lukisan yang selanjutnya dilelang di atas panggung. Matanya menatap laki-laki berjas itu dengan gemetar. Wajahnya tak lagi semuda dulu, kerutan mulai menghiasi.

Sakit? sangat begitu melihat senyuman orang itu yang hilang bertahun-tahun. Dan semakin terasa pilu melihat kondisinya baik-baik saja, seolah tak ada raga dan jiwa yang ia sakiti dahulu. Syila berlari ke luar aula menyisakan tanda tanya dari anggota-angota club lainnya.

Ia berlari sambil mengusap air matanya. Untung saat ini jam pelajaran berlangsung, sehingga tak banyak murid yang menyaksikan momen memalukan ini. Syila masuk ke dalam toilet tanpa menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengkhawatirkan setiap langkahnya. Orang itu ingin mengejar Syila, namun ia tidak bisa masuk ke dalam toilet khusus wanita, ia berdiri dengan sabar menunggu di luar. Lima menit berlalu dan suara sesuatu yang jatuh terdengar.

Di dalam kamar mandi Syila ambruk turun ke lantai dan sebelum matanya benar-benar tertutup ia melihat seseorang menggapainya.

"Arlan."

Halo, apa kabar kalian?
Updatee..
Semoga kalian enjoy bacanya
Dan kalo suka jangan lupa di vote 💛
Akhir-akhir ini bener-bener suram setelah mendengar kabar terbaru tentang KRI Nanggala 402
Jujur, nangis...
"Turut berduka cita untuk keluarga yang ditinggalkan dan untuk 53 ksatria kita yang gugur semoga mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan" 🙏
Selamat berpatroli di lautan selamanya kebanggaan Indonesia ❤❤
See u all in the next update
Hope everything will get better
These past months have been really tough
🖐🖐

Romansa Remaja Satu Atap (END)Where stories live. Discover now