2 - kenalan?

3 0 0
                                    

~ setiap permulaan tak selalu mengenalkan keberuntungan, bisa jadi itu adalah sebuah penyesalan ~


Daneen tersentak ketika merasa tangannya ditarik oleh Kenan yang sudah menggeretnya mendekati gerbang sekolah.

"Lelet banget sih, lo."

"Coba sekali aja lo sadar diri kalau dateng tepat waktu itu penting,"

"Ikut apel bendera itu penting!"

"Kalo tau diri capek dikasih hukuman, jangan coba-coba bunuh diri di depan gue, lah." Omel kenan tiada henti. Ia melepas cekalan tangannya pada tangan kanan Daneen lalu menatap tajam sang empunya. "Lo denger apa yang gue bilang?"

Daneen balas menatapnya sayu. Ia menampilkan wajah menyedihkannya, namun tak membuat Kenan tergoyahkan oleh tatapan Daneen yang sudah biasa ia lihat.

"Apa lo gak kasian sama gue yang hampir ketabrak?"

Ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya dengan pelan. Ia memegang dada kirinya dengan kedua telapak tangannya seolah merasakan denyut jantungnya yang masih berdetak.

Kenan mengernyitkan dahinya melihat kelakuan manusia yang selalu membuatnya darah rendah sekaligus darah tinggi diwaktu yang bersamaan.

"Ken, kira-kira nyawa gue sisa berapa, ya?" tanya Daneen dengan memasang tampang polosnya. Tanpa berdosa ia menanyakan hal yang tidak masuk akal kepada Kenan. Mungkin jika diibaratkan dunia fantasi, wajah Kenan akan memerah dengan dua tanduk besar dikepalanya serta asap yang mengepul karena emosi yang menjadi-jadi.

Kenan tampak menahan napasnya lalu menghembuskannya dengan kasar. Ia mengelus dadanya pelan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya pasrah. "Sabar, Ken, sabar," Kenan mencoba menyemangati dirinya sendiri menghadapi sifat ajaib manusia yang masih sibuk merasakan denyut jantungnya dari tangannya.

"Gak usah banyak bacot dulu deh, Nin. Mending kumpul dulu sama anak-anak telat yang lain, tunggu upacara selesai baru dapet hukuman lo." jelas Kenan dengan nada memerintah.

Daneen melirik Kenan sekilas lalu duduk berjongkok di depan gerbang. "Gak ah, gue gak kenal mereka semua, entar gue mau ngobrol sama siapa."

Kenan menoyor kepalanya pelan. "Sekali bandel tetep bandel ya, orang sedang upacara dengan khitmat mana boleh ngomong."

Daneen menyipitkan matanya melihat Kenan, seolah mencari kebenaran yang ada pada kalimat yang baru diucapkan Kenan. "Lah itu apaan yang keluar dari mulut lo setiap kita upacara."

"Bego gak usah dipelihara deh, gue sama lo itu beda."

Baru saja akan membalas ucapan Kenan, mulutnya sudah lebih dulu dibekap oleh Kenan. "Udah gak usah bacot lagi, atau gue suruh lo pulang."

Daneen mencubit tangan Kenan sehingga tangannya terlepas dari mulutnya. "Tangan lo bau,"

Daneen mengembangkan senyumnya setelah selesai mengelap mulutnya dengan tangannya. "Mending lo suruh gue pulang aja deh, Ken, gue ikhlas lahir batin."

Kenan menatapnya tajam. "Gue yang gak gak rela dunia akhirat ngasih lo kebebasan."

Kenan menoleh ketika sebuah tangan menepuk bahunya pelan. Daneen yang masih setia duduk jongkok dihadapannya melihat seseorang yang telah menepuk bahu Kenan.

"Upacaranya udah selesai." Ucap salah seorang anggota osis yang Daneen tau namanya Leo. Anggota osis yang menurut Daneen paling santai karena watak dan wajahnya yang sesuai dengan dirinyaa.

Kenan menganggukkan kepala tanda mengerti. Ia mengalihkan pandangannya merasa celananya ditarik-tarik oleh seseorang.

Ia melihat kedua tangan Daneen terangkat meminta untuk membantunya berdiri. Kenan meraih kedua tangannya lalu menariknya hingga dapat berdiri dengan sempurna.

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Apr 25, 2021 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

KURAP & KUDIS (ON GOING)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ