Sinar Matahari mulai mengganggu mata Ara. Gadis itu menarik selimut hingga menutupi
wajahnya. Ara mengerjapkan mata dan menetralkan pandangannya. "Bang ... Abang ..." Ara memanggil.Tak ada sahutan, karna Aro sudah berada di kantor. Ara membuka matanya, ia kembali di Kejutkan oleh poster yang menyeramkan tertempel di dinding.
"Bangun tidur langsung senam jantung," gerutu Ara. Ia melirik jam yang tertempel di dinding menunjukkan pukul delapan lebih empat puluh lima menit. Ara memilih untuk bangkit dan pindah ke kamarnya karna merasa terancam berada di sini.
Perlahan Ara mulai melangkah keluar dari kamar Aro, dan masuk kedalam kamarnya sendiri yang bersebelahan dengan kamar Aro.
Kamar yang dominan dengan warna ungu muda ini membuat Ara nyaman, dan menghipnotis siapapun yang masuk ke dalam. Berbeda dengan kamar Aro yang lebih dominan berwarna hitam, membuat siapapun takut saat ada di dalam, apalagi di tambah poster-poster itu.
Unknown number
CallingAra mengurungkan niatnya untuk mengambil baju, ia belok haluan untuk mengambil ponselnya yang masih ada diatas kasur karna nada dering panggilan masuk berbunyi. Ara menatap nama yang terpajang di layar ponselnya, dan terdiam selama beberapa detik sampai notifikasi panggilan masuk itu mati. Karna memang Ara tak ingin menjawab panggilan itu.
"Ara!" suara teriakan itu membuat Ara mendelik. "Mama," pekik Ara lalu lari menghampiri Amanda.
Ara membuka pintu kamar orang tuanya tak terlihat ada Amanda di sana. Ara kembali menutup pintu dan menatap kebawah untuk melihat dimana sang mama berada. "Ma!" panggil Ara.
"Non! Disini. Di dapur," teriak mbok Inah yang terlihat panik bersama dua asisten rumah tangga yang lain.
Ara lari menuruni tangga ketika melihat Amanda kesakitan sambil memegangi perutnya. "Mama kenapa mbok? udah mau lahiran?"
"Tolong--- telpon papa, Ra ..." lirih Amanda.
"Ha-hape Ara diatas, ma," sahut Ara, "Duh, gimana ya? M-bak mbak Susi, telpon ke kantor papa."
"Oke, mbak," jawab mbak Susi lalu menuju telpon rumah yang ada di ruang tamu.
"Mbak Tri, suruh pak Bagas siapin mobil. Cepet!" perintah Ara.Mbak Tri langsung lari ke luar, sedangkan mbak Era lari keatas menyiapkan keperluan Amanda.
"Kita ke rumah sakit ya, ma." Ara memapah Amanda bersama mbok Inah.
"Pelan-pelan, mbak," kata mbok Inah.
"Huuufff ... sak-kit, Ra." rintih Amanda.
"Iya, ma. Ayo cepet." Ara dan Amanda berhasil masuk kedalam mobil. Pak Bagas yang menyetir pun sudah siap jalan.
"Mbak, tolong hubungi papa sama abang ya. Minta mereka datang ke S'Medica." Pesan Ara pada mbak Era yang memasukan tas keperluan Amanda.
"Iya non, hati-hati ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A+ [Kita Kembar]
Romanceˢᵃⁿʲᵃʸᵃ ˢᵗᵒʳʸ ᵖᵃʳᵗ ² "𝙼𝚎𝚖𝚞𝚕𝚊𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊, 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚍𝚒 𝚓𝚊𝚕𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊." _𝑨+[𝒌𝒊𝒕𝒂𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓], ᵈᵐᵃⁿᵈᵃᵃᵃᵃ 250521 "Abang janji mau jagain Ara terus?" - Kyara Steffani Sanjaya. "Gue janji, Ra." - Alvaro...