Saat Aurel ingin makan orang

6.2K 1.6K 117
                                    

Yuhuuu...

Met malem epribadeh, gimana kabar kalian menjelang akhir bulan April? Biarpun terlambat, eike mau ngomong, selamat hari Kartini, semoga semua perempuan Indonesia akan makin gemilang dalam berkarya.

So, buat nemenin kalian yang masih belum bisa tidur, eike apdet mak dan anak super ini ya.

Cekidot.

*****

Aurel melangkah sepanjang jalan kampung itu menuju ke rumah sambil menggendong ranselnya yang berat. Dalam hati dia kesal sendiri karena setelah mampir di bengkel, ternyata motornya belum selesai direparasi. Menyebalkan. Kalau begini, akan semakin banyak ongkos keluar, belum lagi dia jadi harus berangkat lebih cepat dan pulang lebih lambat karena naik kendaraan umum, sedangkan menunggu kendaraan umum di masa pandemi ini ... luar biasa! Lama euy! Ojol pun harus bersaing dengan banyak pengguna, dan dia bisa tekor kalau terus menerus menggunakan ojol.

"Itu perempuan yang bikin lo dipecat, Sob. Sok kecakepan banget petantang-petenteng gitu. Satpam doangan."

Aurel mengerutkan kening, merasa sedang dibicarakan.

"Ho'oh. Perempuan sok suci padahal gatel dan punya anak haram."

Oke, dia hafal suara belakangan, dan jelas kalau dia yang sedang dibicarakan. Tidak masalah kalau cuma dirinya yang disindir, tapi Ouia? Anak haram? Kelakuan orang ini yang haram.

Sigap dia berbalik dan langsung bertemu pandang dengan Usman dan tetangga yang sejak dulu tertarik kepadanya tetapi tidak pernah diacuhkan, Aceng. Dengan langkah pasti dia mendekat kepada dua pria yang memberikan pandangan melecehkan lalu berdiri di depan mereka.

"Ngomongin gue?"

Usman berdecih. "Ge-er amat lo, Jalang."

Aurel menatapnya tajam. "Jalang? Lo yang jalang, udah punya bini masih pamer barang ke perempuan lain. Enggak usah bikin gosip goblok macam gue bikin lo dipecat, bangke. Gue masukin lo kerja, lo sendiri yang bikin lo dipecat. Dasar enggak tahu terima kasih, emang bakat lo jadi pengangguran, kagak usah nyalahin orang!"

Usman langsung bangkit karena emosinya tersulut. "Lo ... jangan bertingkah, ya, Rel. Lo itu perempuan enggak bener, punya anak tapi enggak punya laki. Ngaca lo!"

"Lo yang harus ngaca, Kolor Ijo! Gue punya anak enggak ada laki, emang pernah nyusahin lo kayak lo nyusahin gue? Dicariin kerja bukannya dijaga malah bikin masalah. Biarpun otak lo kecil, seenggaknya jangan sampe kalah kecil sama selangkangan lo, dong."

"Lo!"

"Jangan suka ngomong selangkangan," potong Aceng. "Nanti kalo kita bales, lo bawa-bawanya pelecehan."

Aurel menatapnya dengan sorot menusuk. "Lo ... lele enggak berkumis, denger ye. Sob lo ini dipecat karena selangkangannya, bukan karena gue, enggak usah ikut-ikutan. Lo blang gue petantang-petenteng? Pantes kali, gue cakep, bisa cari duit sendiri, dan kerjaan satpam itu gue dapat dengan usaha, bukan nepotisme kayak sob lo yang tolol ini, dan lo yang cuma bisa ngabisin modal babeh lo, ngerti?"

Aceng ternganga. "Wah ... Nih perempuan minta ditabok," katanya.

Aurel tersenyum. "Maju lo berdua, lo kira gue takut?"

Keduanya langsung mengkeret. Saking emosinya mereka berdua bahkan lupa kalau Aurel dikenal sebagai jagoan, dan pernah menghajar tiga begal sekaligus hingga masuk rumah sakit.

"Kita enggak main tangan sama cewek!" seru Aceng. Sekadar menyelamatkan muka.

"Ngapain juga jatuhin tangan sama jablay yang merasa dirinya suci," sambung Usman.

Seleksi Ayah (Cerita Ouia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang