"Happy birthday to you, happy birthday to you!"
Arin menggoyangkan pelan gelas ditangannya, menatap malas kerumunan dihadapannya. Sungguh jika bukan karena paksaan Dery, ia tidak akan berada disini. Kalian sudah bisa menebak bukan ia sedang ada dimana? Benar, pesta ulang tahun Kayana.
"Ayin!"
Gadis itu mencari sumber suara yang sangat ia kenali,"Yo what's up?"
"Gue cariin kemane-mane taunya disini lo!" Dery merangkul bahu Arin yang lantas membuat jantungnya berdebar.
"Nyariin gue? Tumben," ujarnya sedikit gugup padahal ia sudah sering skinship dengan pria ini.
Pria itu melepas rangkulannya,"Gue cuman mau bilang makasih."
"Buat?"
"Buat seminggu ini, lo baik banget sumpah. Kalo nggak ada lo, pesta ini mungkin bakalan hancur."
Arin tersenyum tulus,"Sama-sama."
Ia bahagia asal Dery bahagia. Walau kenyataannya, bukan Arin yang membuat Dery bahagia tapi Kayana. Tak apa, begini saja sudah cukup buatnya.
"Udah mau tiup lilin, Kayana pasti nyariin lo. Gih balik kesana."
Lelaki itu mengangguk dan bertanya,"Gue udah ganteng kan?"
"Pede banget lo, kudanil!"
"Beneran babi! Gue demam panggung ini!"
"Becanda, lo selalu ganteng Der."
Senyuman yang dihiasi lesung pipi terbit di wajah Dery,"Bisaan banget lo! Udah ya gue mau kesana dulu."
Arin mengangguk sesaat sebelum pria itu pergi. Namun tiba-tiba Dery berbalik,"Lo juga cantik malam ini."
Blusshh
Demi nenek tapasya! Apa-apaan itu.
***
"Dia keliatan bahagia banget disini," gumam Arin memandangi layar handphone yang menampilkan foto Dery sedang mencium kening Kayana.
Terlihat sangat serasi hingga gadis itu iri...
"Kalo dipikir-pikir kayaknya emang udah waktunya gue berhenti."
"Dia udah nemuin bahagianya, kesannya bakalan buruk kalo gue terus-terusan minta Tuhan buat satuin gue sama dia."
Huft.
"Tapi... perasaan gue gimana?" isaknya mulai terdengar. Arin si gadis yang selalu tersenyum sumringah itu kini menunjukkan sisi lemahnya. Malang sekali ya kisah percintaan gadis ini? Sudah lima tahun memendam perasaan dan akhirnya? Takdir baik sama sekali tak pernah menengok kearahnya.
"Ayah... Bunda... Arin harus gimana?"
Tak ada yang bisa memberinya solusi dirumah yang sunyi dan sepi ini. Bibirnya terus meracau memanggil kedua orangtuanya yang sudah lama tiada. Harap-harap Tuhan mengizinkan ia bertemu dengan mereka walau hanya dalam mimpi.
Kepalanya terasa sangat berat sekarang, ahh jika sudah seperti ini kemungkinan besar besok gadis ini akan jatuh sakit.
***
"Der!" sapa Dimas saat melihat karibnya keluar dari bilik kamar mandi.
"Heh! Lo ngapain disini? Ngintipin gue?!"
"Yee seenak jidat kalo ngomong, gue masih waras kali."
"Terus?" tanya Dery lagi.
"Lo liat Arin nggak? Daritadi gue cari-cari tu curut kagak keliatan."
Dimas menampilkan wajah khawatir, sedangkan sang empu mengerutkan kening seraya berpikir.
"Lah kagak. Gue juga baru sadar kalo seharian ini tuh anak nggak nongol."
See? Arin tak berarti apa-apa bagi Dery.
"Parah lo. Cabut kuy, samperin ke rumahnya."
Dery menggaruk tengkuknya pelan,"Eee... Sorry bukannya gue nggak mau, tapi gue ada janji mau ngemall bareng doi."
Dimas agak terkejut, selama 5 tahun mereka bersahabat baru kali ini Dery mementingkan perempuan lain dibanding Arin. Biasanya, temannya ini akan menjadi cerewet dan sangat perhatian jika sudah menyangkut Arin.
Namun kali ini...
"Gue titip salam aja buat dia. Gue duluan." Dery pergi, entah kemana tujuannya.
Dimas menggeleng pelan,"Lo berubah Der."
Dimas lantas pergi dari sana menuju parkiran motor. Fokusnya hanya satu yaitu Arin. Saat berkendara pun ia berusaha menampik sugesti negatif yang terus berdatangan.
"Lo nggak kenapa-napa kan Rin?"
Lima belas menit kemudian akhirnya Dimas sampai di rumah sederhana berwarna hijau bolu pandan.
Pria itu menekan bel namun tak ada jawaban. Pintu rumah yang terkunci membuat pikirannya makin kalut.
"Arin buka Rin! Ini gue Dimas!"
"Arin!"
"Ah sialan!" umpatnya.
Ia mencoba tenang dan memutar akal. Arin sepertinya pernah berkata kalau perempuan itu selalu menyimpan kunci cadangan di...
Ahh iya! Bawah pot bunga!
"Bisa-bisanya gue lupa."
Kunci sudah ia dapatkan, dengan segera Dimas membuka grendel pintu.
Cklek...
"Yaampun Arin!"
***
TBC.
Gimana part ini?
Jangan lupa vote dan komen kalau kalian suka...
See you!
Drop uname kalian yaa, ayo kita mutualann!❤️