Chapter 42 - Dear Mom

108K 12.7K 3.5K
                                    

Cassandra menunggu di depan ruang UGD dengan perasaan luar biasa cemas. Di dalam sana, dokter dan ahli medis lainnya menangani Mayang yang masih kritis. Air mata Cassandra sudah terkuras habis, dia tidak bisa menangis lagi. Sekarang yang bisa dia lakukan hanya berdoa semoga Mayang baik-baik saja.

"Ibumu akan baik-baik saja. Pasti."

Memejam, lalu Cassandra membalas singkat, "Semoga."

"Yang menangani ibumu adalah dokter terbaik di rumah sakit ini, ibumu pasti akan selamat," tambah Ace.

"Terima kasih." Cassandra mengangguk.

Selang beberapa lama, pintu UGD terbuka, seorang dokter menghampiri mereka berdua. Cassandra buru-buru bertanya mengenai keadaan ibunya.

"Pasien sudah sadar," kata dokter tersebut, membuat Cassandra bisa bernapas lega. "Benturan di kepalanya cukup parah, tapi sejauh ini benturan tersebut tidak menimbulkan masalah serius. Hanya saja …."

Kedua alis Cassandra tergangkat karena dokter itu menggantungkan kalimatnya, "Hanya saja?"

"Kanker otak. Sudah stadium akhir."

Tubuh Cassandra bagai dihantam batu besar ketika mengetahui fakta tersebut. Kakinya lemas tidak sanggup lagi menopang badannya, Ace segera memegangi bahunya agar perempuan itu tidak terjatuh. Satu tangan Cassandra membekap mulutnya sendiri. Tidak percaya.

Kenapa?

Kenapa ibunya menyembunyikan hal sepenting itu darinya?

Stadium akhir …, lirih Cassandra dalam hati. Matanya memanas tapi sudah tidak bisa mengeluarkan cairan sedikit pun.

"Pasien ingin segera bertemu dengan Anda, Nona," ujar dokter itu.

Cassandra menegakkan badan. Menghirup napas dalam-dalam. Menguatkan hatinya---meski sumpah demi apa pun itu sulit dia lakukan. Lalu dia memberi isyarat kepada Ace untuk tetap menunggu di luar, membiarkan Cassandra menemui ibunya sendirian.

"Ma …," panggil Cassandra pelan seraya mendekat pada Mayang yang terbaring di atas brankar dengan kepala yang sudah diperban.

"Kamu nggak pa-pa, kan?" Mayang meraih tangan Cassandra, menggenggamnya erat, matanya berkaca-kaca.

"Mama minta maaf. Maafin Mama, semuanya salah Mama," kata Mayang dengan penuh penyesalan.

Cassandra menggigit bibirnya yang bergetar. Padahal, Cassandra baru saja menghadapi hal yang sangat menakutkan---melawan si bajingan Nicholas yang hampir membuatnya kehilangan nyawa jika saja Ace tidak segera datang. Dan sekarang, dia kembali dipaksa untuk menghadapi situasi yang jauh lebih menakutkan---penyakit Mayang.

"Andai Mama nggak punya hubungan sama Nic---"

"Cukup, Ma, jangan sebut nama si bangs*t itu," potong Cassandra antara geram dan sedih. "Udah, lupain itu semua. Anggep polisi gila itu nggak pernah ada. Dan, Mama nggak salah, sama sekali enggak." Cassandra geleng-geleng.

Cassandra menarik napas panjang, mencoba untuk tidak bersedih di hadapan ibunya. Ya Tuhan, kuatkanlah hamba. Mencoba untuk terlihat baik-baik saja supaya Mayang tidak terlalu khawatir terhadapnya.

Namun, tidak bisa. Cassandra tetap menunjukkan kesedihannya. "Mama, kenapa nggak pernah bilang ke aku? Mengenai, penyakit Mama. Kenapa nggak pernah cerita?"

Air mata Mayang yang semula berkumpul di pelupuk matanya kini jatuh semua. Mayang terisak. "Maafin Mama." Ia sesenggukan seraya menutup mulutnya dengan satu telapak tangan. "Maafin Mama, Cassie. Maafin Mama …, Mama emang nggak berguna."

Cassandra geleng-geleng, "Enggak, Ma." Dia akhirnya ikut memecahkan tangisnya. "Mama nggak salah …, justru Cassie yang harusnya minta maaf karena selama ini beranggapan buruk ke Mama. Maaf-- maafin Cassie …." Cassandra tergugu lalu menciumi telapak tangan Mayang dengan air mata yang terus berderai.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang