Chapter 3

32.8K 320 8
                                    

Clara berlari kencang ke kamarnya saat ia ketahuan oleh Mark bersembunyi di bawah meja. Ia merasa seperti gadis bodoh dan liar. Apalagi yang ia intip bukanlah hal yang biasa, melainkan luar biasa.

Sebuah percintaan panas ibunya dengan calon daddynya, dan itu sudah menjadi suatu insiden menarik namun memalukan.

Dadanya naik turun karena menarik nafas panjang dan cepat.

"Kau gila Clara, kau gila.." rutuknya sambil memukul kepalanya dengan tangan.

Bagaimana cara ia keluar nantinya. Apa yang harus ia lakukan jika nanti di luar ia bertemu dengan Mark.

Ya ampun, ia sungguh bodoh.

"Bagaimana ini. Ya Ampun Clara. Kenapa bisa ketahuan. Kenapa pakai bersin segala sih." Clara menjambak rambutnya kasar.

Ia menghela nafas panjang. Mencoba menormalkan kembali detak jantungnya yang sudah tak karuan. Bagaimana besok ia menyambut paginya? Tak mungkin ia akan berdiam diri di kamar saja.

Clara mengusap wajahnya kasar. Sungguh, dalam kurun waktu belum 24 jam bertemu Mark, hidupnya sudah dibuat berantakan seperti ini. Sungguh gila.

*****

Suasana pagi ini tak sama seperti kemarin. Di mana kemarin kecanggungan itu tak terlihat namun untuk pagi ini, semua berubah. Sebenarnya perubahan itu hanya bagi Clara saja, karena jika untuk Mark sendiri, ia terlihat santai walaupun kegiatan panasnya semalam ditonton oleh calon anak tirinya ini.

Wah bukan?
Mungkin lebih tepatnya gila!

Bahkan saat Mark berpakaian lengkap pun, Clara bisa membayangkan bagaimana bentukan benda yang terbungkus di dalam pakaian tersebut.

Seperti itulah gilanya hayalan seorang Clara. Walaupun dirinya masih seorang gadis, namun hal itu tak menunda otak Clara untuk berpikir dewasa.

Pagi ini Clara harus pergi ke kampusnya karena ia harus menemui dosen untuk menyerahkan tugas kuliahnya.

Walaupun Clara masih tahun dua di kuliahnya, ia sudah dihadang dengan tugas yang menumpuk. Semua itu karena Clara ingin mendapatkan beasiswa kuliah di negara Adi Daya Amerika.

Dan untuk mendapatkannya tidaklah mudah. Ada usaha ekstra keras yang harus Clara lakukan.

Walaupun sebenarnya maminya sudah menawarkan ingin membantu, tapi Clara tak ingin menerima tawaran maminya.

Usaha sendiri jauh lebih baik.

Itulah motto hidup Clara.

"Kamu jadi ke kampus Ra?" tanya Lauren pada sang anak.

Clara mengangguk, "jadi mi.." ucapnya.

"Hari ini mami mau fitting baju sama Mark, kamu juga ada bajunya nanti. Jadi ikut mami cocokinnya."

Mendengar itu, Clara mendadak diam. Ia tak tertarik dengan hal seperti itu. Apalagi dirinya juga harus ikut melakukan fitting tersebut. Itu akan menjadi hari yang membosankan.

Ditambah lagi insiden semalam semakin membuatnya tak berani untuk berdekatan dengan Mark.

Clara melirik Mark sekilas. Pria itu sedang sibuk dengan ponselnya. Namun tak menutup kemungkinan Mark tak memikirkan masalah semalam.






"Habis dari kampus Clara mau kumpul sama teman-teman mi.." tolak Clara.

"Nggak ada penolakan Clara. Kamu harus ikut. Nanti Mark yang jemput kamu.."

Deg!

Clara langsung menatap Mark. Pria itu masih santai menikmati makanannya seolah tak terjadi sesuatu.

Sugar Daddy I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang