Chapter 49 - Dissociative Amnesia

106K 13.1K 2.9K
                                    

selamat berbuka puasa bagi yang menjalankan 🙏

sebelum baca jangan lupa tumbuk bintangnya ya. sama minta komennya, boleh? mohon tandai typo juga

Klan mafia yang dipimpin oleh Alessandro berada di ambang kehancuran ketika Alessandro terbaring tak berdaya di atas ranjang besarnya. Sepulang dari pertemuan bersama para pemimpin klan mafia lain, Alessandro jatuh sakit, ia didiagnosis menderita HIV/AIDS.

Di saat itu, para anggota terbagi menjadi dua fraksi; fraksi oposisi atau pemberontak yang berisikan golongan muda yang menuntut untuk segera dilakukan pergantian pemimpin, serta fraksi solider yang berisikan golongan tua yang sangat setia kepada pemimpin mereka.

Ace, satu-satunya keturunan Alessandro, didesak untuk segera mengambil keputusan---ia harus memilih antara mengantikan Alessandro atau menunggu keputusan ayahnya itu.

Hingga tibalah saat di mana ia menemui Alessandro di kamarnya.

"Ayah, keadaan menjadi semakin kacau dan tidak terkendali. Mereka terbagi menjadi dua fraksi yang kini terlibat perang dingin. Tinggal menunggu terkena sedikit saja percikan api, maka sudah bisa dipastikan kedua fraksi tersebut akan saling bertempur hingga mati," jelas Ace yang duduk di tepi ranjang seraya melihat kondisi Alessandro yang memprihatinkan.

"Bunuh, Jav," titah Alessandro dengan suara lemah. "Bunuh siapa pun yang tidak setia kepadaku. Bunuh semua anggota fraksi yang berkhianat itu. Bunuh mereka semua. Bunuh!"

"Sesuai perintahmu, Ayah," balas Ace mengangguk sekali. Kemudian ia mengeluarkan pisau bedahnya dari saku jas, mengarahkannya ke leher Alessandro, menyayatnya hingga darah Alessandro menciprat ke mana-mana.

"Akhh!" Kedua mata Alessandro membelalak lebar menatap Ace. "Jav? Kenapa kau---" Alessandro tercekat tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia memegangi lehernya yang berdarah-darah. Nyawanya sudah berada di ujung tanduk.

"Kau sudah melakukan banyak dosa, Ayah. Jika kau terus hidup, kau akan terus menumpuk dosa. Inilah alasanku datang ke sini. Aku datang sebagai sosok dewa yang akan menyelamatkanmu, membebaskanmu, menghentikan semua kejahatanmu. Jadi, matilah! Mati dan susul jalangmu itu ke neraka!"

Jleb.

Ace menusukkan pisaunya ke leher Alessandro dalam-dalam, membuat Alessandro tidak bernapas lagi dengan mata melotot dan mulut terbuka lebar.

Bangkit, Ace memberikan tatapan merendahkan kepada jasad ayahnya. Di leher Alessandro masih tertancap pisau bedah, darahnya masih terus keluar meskipun sang empu sudah tidak bernyawa.

"Berterima kasihlah kepadaku, Ayah. Beri tahukan kepada semua penghuni neraka bahwa aku lah orang yang telah mengirimmu ke sana."

Ace tertawa kemudian, "Hahahaha, hahahahaha."

Ia membungkuk untuk meneriaki jasad ayahnya, "Lihat dirimu yang menyedihkan ini. Lihat! Sampah. Kau adalah sampah! Bagaimana, Alessandro?! Pada akhirnya aku yang menang! Pada akhirnya kau hanyalah bedebah sialan yang tidak bisa berbuat apa-apa! Hanya aku! Hanya aku yang bisa menyelamatkan klan yang sudah berada di tepi jurang kehancuran!"

Ace kembali tegak. Ekspresinya yang semula senang lengkap dengan senyuman lebar di bibirnya, kini berubah datar, selanjutnya berubah terkejut. Keningnya mengerut memandangi jasad ayahnya dengan tanda tanya besar di wajahnya. "Ayahku ... terbunuh?"

Ia menoleh ke belakang, melihat pada seseorang yang sedari tadi berdiri di belakangnya.

"Romeo, siapa yang telah membunuh ayahku?"

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang