02. Shit

1.3K 173 1
                                        

Jangan lupa vote and comment ya author tunggu notifikasi dari kalian.

#Happy Reading#

Brakkk...

Aku membuka pintu rumah yang sudah lama tidak aku datangi ini dengan keras, dapat aku lihat sebuah peti mati yang di kerumuni oleh banyak orang dengan pakaian serba hitam. Isak tangis terdengar bahkan ada yang terus memanggil nama gio kakakku dengan histeris.

Siapa lagi jika bukan ibuku dan juga anak pungut si*lan itu yang memangsang wajah sok sedih dengan air mata buayanya itu, cih aku benar-benar ingin membunuhnya dengan tanganku sendiri.

Semua orang yang berada dalam rumah menoleh kearahku yang masih setia berdiri di pintu masuk, aku mengamati setiap wajah yang berada di dekat peti mati kak gio.

Ah aku rasa mereka tentu terkejut dengan kedatangan anggota keluarga yang sudah mereka buang kini hadir di acara duka ini, terlebih manusia berhati binatang itu terlihat sekali raut ketidaksukaannya padaku.

"amari?" ujar seorang pria bersurai cokelat gelap sembari berjalan mendekatiku, yah aku tahu siapa dia tapi aku tetap diam tidak menjawab.

Rafael eloven ardiata, anak ke-3 ardiata sekaligus kakak ke-3 ku, rafael terus berjalan mendekatiku lalu tiba-tiba aku langsung di peluk dengan erat olehnya. Aku hanya bisa melongo tidak percaya bukankah mereka semua membenciku lalu kenapa kak rafael memeluk tubuhku?

"kenapa kau kembali? Seharusnya kau jangan kembali."ujarnya membuat sudut bibirku berkedut ingin memakinya, aku mengira ia akan mengatakan bahwa menyesal telah mengabaikan dan membuangku tapi ternyata sebaliknya.

"anj-"

"seharusnya kau jangan kembali adik, kakak takut kau akan bernasib sama dengan kak gio karena monster kecil itu." ujarnya dengan nada pelan di telingaku, apa aku salah dengar baru saja kak rafael memperingatkanku? Dan siapa monster kecil yang kak rafael maksud?

"siapa yang kakak maksud?" tanyaku berbisik.

"anak pungut itu, ternyata dia adalah anak dari musuh keluarga kita dan dia ingin membunuh keluarga kita amari." aku tercengang mendengar penjelasan kak rafael, ternyata mereka sudah mengetahui kebusukan anak pungut itu tapi kenapa dia masih di sini dan tidak di usir?

"lalu kenapa dia masih di sini?" tanyaku lagi.

"karena dia mengancam akan membunuhmu, apalagi perusahaan ayah sudah menjadi milik lily dan membuat kami tak berdaya melawannya. Maka dari itu kakak tak ingin kamu datang kemari." aku tersenyum menanggapi perkataan kak rafael ternyata dia sangat perhatian padaku dan berniat membuatku tidak masuk kedalam perangkap setan berwujud manusia itu.

Tapi maaf kakak sepertinya tekadku sudah bulat aku akan membawa anak pungut itu mati bersamaku agar kalian aman, mengingat bahwa anak pungut itu memiliki banyak koneksi dari berbagai pihak akan lebih baik aku membawanya mati bersamaku dengan itu mereka tidak akan menaruh curiga kepada kalian.

Aku berjalan melewati kak rafael dan mendekat kearah anak pungut itu yang masih dalam mode actingnya, huh kenapa tidak jadi pemain sinetron saja dia kan lumayan dapat duit dari pada mendapat uang haram hasil curian ya kan?

"kak amari?" cih pengen deh benyek-benyek ni orang, hidup kok ngedrama banget.

"hai anak pungut gimana sudah selesai actingnya, apa masih belum selesai hem?" ujarku sambil tersenyum manis kearah lily yang langsung memasang wajah teraniayanya.

Make Me A VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang