chap 30 - yuri (유리)

Start from the beginning
                                        

"Naomi-ya! Apakah tadi itu orang tuamu? Mereka sangat perhatian."

Gadis berambut panjang itu tersenyum. Sepasang lesung pipinya muncul tiap kali di tersenyum. "Tentu, mereka berangkat bersama. Ibuku sebenarnya bekerja dekat sini jadi sekalian saja diantar Appa."

"Kapan kau akan mengajakku ke rumahmu? Aku dengar kau punya banyak koleksi barbie yang bagus."

Naomi tertawa. "Kapan saja. Ayo, datang." Setelah percakapan itu, keduanya baru menyadari bahwa ada Yuri yang melewati mereka dan berjalan pelan. Akhirnya, Naomi dan satu gadis dari kelas lain itu mengekori Yuri. "Yuri, namamu Yuri kan? Kita satu kelas. Mengapa selalu duduk sendirian? Apakah kau tidak mau berteman denganku?"

Yuri berhenti kemudian menolehkan wajahnya. Sepasang matanya mendelik.

"Kenalkan, aku Naomi."

"Tidak usah," tukasnya kemudian langsung melenggang begitu saja. Yuri tentu saja tahu Naomi—siapa yang tidak? Tapi karena pengetahuan itu dia jadi makin membenci Naomi. Naomi punya kehidupan yang nyaris berbanding terbalik dengannya; pintar, disuka banyak orang, kedua orang tua yang rukun, cantik, tidak banyak masalah dan dia punya aura hangat. Dia mau berteman denganku? Serius?

.

.

November 19

Taehyun berdeham. "Jadi, waktu Musim Semi?"

"Ya, untuk sekarang kita fokus kepada persiapan saja. Jadi kita masih punya empat sampai lima bulan?" Yuri menoleh kecil ke arah Soobin kemudian Hueningkai. "Jadi kita bisa bagi-bagi tugas. Aku mau ada Tim Lapangan, Tim Pelaksana dan Tim Inti." Yuri bahkan bisa membuat daftar kemudian melakukan riset sampai tuntas bagaimana agar mereka dapat membuat kebakaran itu nampak senatural mungkin. "Yang terpenting Tim Pemadam."

"Tapi kan kita cuman berempat," celetuk Soobin. "Apakah bisa? Apakah harus mencari anggota baru?"

"Dan rahasia ini terbongkar?"

Soobin berdecak. "Maaf, aku hanya .." Soobin memang pandai dalam pelajaran tapi untuk beberapa hal ini, dia jadi lebih sering khawatir. Apalagi Soobin ingat dia belum sempat minum obatnya. Yah, sejak dia agak jauh dari Bu Hanna, Soobin berusaha membiasakan diri untuk tidak tergantung dengan obat-obat yang membantunya tidur tersebut.

Yuri mendesise. Sepasang matanya mengedar ke segala arah kemudian bibirnya tertarik naik. "Apakah akan ada yang tahu selain kita? Apakah sebelum ini .. kalian pernah membahasnya dengan pihak lain? Katakan sekarang atau rencana kita bisa gagal." Ketiganya sontak berpandangan. Tentu saja mereka yakin hanya mereka saja yang tahu apalagi informasi seperti ini belum mereka bocorkan (dan tidak berniat dibocorkan) sampai akhirnya Taehyun terkesiap.

"Apa?"

"Ada apa?"

"Yeonjun Sunbae? Bagaimana dengannya?" Taehyun mengerjap cepat. "Apakah .. mungkin.. maksudku, sebelum kita berusaha untuk pergi ke rumahku untuk mendengarkan suara Beomgyu di hari itu, kita sempat menemuinya dan kalian membujuknya."

Soobin dan Kai itu terhenyak di tempat. "Bagaimana ini?"

"Siapa .."

"Choi Yeonjun. Dia senior kami. Sebenarnya di hari itu, kami punya dugaan bahwa dia yang menyebabkan kebakaran. Kau tahu, Yeonjun adalah pembuat masalah dan dia selalu membawa pemantik. Ada masalah dengan tempremannya dan dia senang pula menindas Beomgyu. Aku khawatir sebenarnya dengannya, tapi dia mengerikan."

Soobin melipat bibirnya. Di sisi lain, Yuri mendengarkan dengan serius.

"Begitu? Jadi dia juga terlibat di hari itu?"

Ketiganya nampak kalut. Apalagi Taehyun masih tidak menyukai Yeonjun sampai detik ini. Kasar dan tidak berperasaan. Taehyun sudah memasang cap jelek di sosok Yeonjun. Sekuat apapun Taehyun berusaha mengeyahkan imej jelek itu, sebanyak itu dia gagal. Aku tidak akan pernah menyukai sosoknya. "Yah, secara tidak langsung."

"Dengar, ini rencana besar. Tiap hal kecilnya akan berpengaruh kepada eksekusi akhirnya. Jika kalian memang ingin ke Magic Island, kalian harus siap dengan segalanya. Aku tidak mau ada seorang pengecut di sini. Jadi kalau memang di antara kalian masih ada yang meragukan rencana ini, lebih baik katakan sekarang."

"Bagaimana kau mengendalikan Magic Island?"

Yuri terhenyak. Pertanyaan macam apa itu? "Siapa yang bilang aku mengendalikannya? Aku nyaris mati di sana. Aku bukan apa-apa. Aku hanya beruntung bisa menceritakan tempat terkutuk itu," tukasnya. "Mengapa berpikir demikian?"

"Kupikir kau yang membangun tempat itu," timpal Kai. "Jadi, itu bukan tempat yang kau bangun?"

"Kau pikir aku ini apa? Semacam iblis? Tentu saja tidak. Aku tidak pernah membangun Magic Island. Aku hanya Penjelajah di sana. Aku hanya .. punya kemampuan untuk melihat ke sana kemudian mengalami teror di sana."

Yuri tidak tahu apa yang benar-benar ia takuti tapi sampai detik ini, dia selalu merinding di hadapkan dengan sebuket bunga. Yuri juga tidak paham, tapi bukankah bunga selalu diasosikan dengan hal buruk? Dia pernah membaca bahwa kau lebih banyak menerima bunga di hari pemakamanmu ketimbang hari spesialmu yang membuktikan fakta bahwa ada lebih banyak penyesalan daripada seharusnya. Yuri tahu, bunga selalu berarti pernikahan dan itu mengingatkannya akan pernikahan ayahnya dengan Bu Hanna yang jelas-jelas kenangan buruk. Yuri juga ingat bahwa bunga yang selalu ada saat dia dirawat setelah siuman dari koma, membuatnya makin anti dengan satu hal tersebut. Bunga tepatnya cherry blossom yang membuatnya ingat bahwa pernikahan ayah dan ibunya sudah di ambang mengerikan yang kedepannya berujung kepada perceraian.

Sekarang, mereka akan membakar sekolah tepat di Musim Semi yakni waktu saat kuncup bunga mulai muncul dan bermekaran. Betul-betul sebuah takdir yang ajaib.

[]

MAGIC  (마법) | txtWhere stories live. Discover now