Hari ini pemakaman yedam dan Junkyu diselenggarakan bersamaan. Namun dengan suasana yang amat sangat berbeda.
Yedam dihadiri oleh sekian banyak temannya yang dari dalam maupun luar sekolah serta kerabat, dan rekan kerja ayahnya. Padahal sudah seharian penuh. Namun ruang duka tempat yedam masih sesak oleh orang orang.
Sedangkan ruang junkyu yang berada di seberang sangat sepi, hanya diisi sia, Jia, jeongwoo, dan kedua sahabatnya hyunsuk serta Jihoon. Dimana kedua orang tua junkyu?
Ibunya sudah meninggal setahun setelah kabar koma anak semata wayangnya itu, mungkin karena mentalnya yang terus menerus terkuras menunggu junkyu sadar dari tidur lamanya dan menyisakan ayahnya yang sedang diluar negri yang mungkin sekarang sudah berada di dalam pesawat.
Ayah junkyu yang hanya memikirkan uang, dengan tega memberi keputusan supaya para dokter menghentikan perawatan terhadap pemuda yang memiliki wajah lucu tersebut saat masih dalam keadaan koma.
Katanya saat itu, "itu semua hanya membuang-buang uangku saja. Untuk apa aku mengumpulkan uang hanya untuk dihabiskan oleh seseorang yang akan mati?"
Tentu saja hyunsuk tak terima, akhirnya ia menanggung semua biaya rumah sakit junkyu tanpa terkecuali. Karena hyunsuk masih terus merasa bersalah telah menyuruh junkyu berkendara pada malam itu sehingga membuat junkyu koma.
"Bang hyunsuk bang Jihoon, kalian harus makan." Ucap Sia sedih melihat keduanya yang terlihat pucat dan tak semangat.
Pandangan matanya terlihat kosong menatap foto ceria junkyu yang dikelilingi bunga.
Mereka tak menjawab. Membuat keadaan semakin hening seperti semua raga yang di dalam ruang duka junkyu hilang hanyut dibawa derasnya air.
Tiba tiba datang seorang wanita paruh baya, ia berdiri di ambang pintu sambil melambaikan tangannya memanggil seseorang dari dalam sana.
Ternyata orang yang ia panggil adalah, Sia.
"Non Sia?" Tanya nya.
"Iya saya, Bi.. Desi?" Tebak Sia wanita yang sepertinya usianya lebih dari setengah abad.
"Iya. Ini ada sesuatu untuk non sia." Ucapnya sembari memberikan sebuah kotak berwarna biru dongker dengan hiasan pita hitam mengkilap di atasnya. "Dari den Yedam."
"Yedam?"
"Iya non, sebelum den Yedam bertengkar dengan papa nya, den Yedam pesan ini ke bibi. Katanya suruh kasih ke non sia. Non sia tau nggak kalau den Yedam sering cerita ke bibi tentang non sia? Katanya non itu cantik, baik, suka bantu juga." Jelasnya panjang lebar kepada perempuan yang seumur anaknya itu.
"Yedam juga pernah cerita ke saya tentang bibi. Katanya bibi juga baik, sayang sama yedam." Balas sia kepada Bi Desi.
"Saya yang seharusnya berterimakasih non, karena non.." kalimatnya menggantung.
Bi Desi mulai terisak karena mengingat pahitnya jalan yang harus Yedam lewati tanpa mengeluh kepada siapapun, hanya Sia. Teman pertama yang Yedam ceritakan masalah hidupnya.
Di dalam kamar sia membuka kotak pemberian Bi Desi tadi. Kotak dengan ukuran 20x12 cm itu Sia buka perlahan.
Didalamnya terdapat sd card berjumlah dua buah, pemutar musik, sebuah diary berhiaskan bunga Daisy, serta buku album mini.
Sia membuka satu persatu halaman buku album yang menarik perhatiannya. Warna covernya hampir pudar, sehingga semakin menambah ke aesthetic an tersendiri menurutnya.
Isinya, foto foto Yedam bersama keluarganya. Foto dirinya saat masih kecil, Yedam sangat lucu waktu itu. Berbeda dengan sekarang yang lebih menunjukkan sisi cool dan gantengnya.
"Ini mama nya yedam?" Monolog perempuan berbaju putih tersebut.
Memandang sebuah foto Yedam kecil bersama seorang wanita yang gestur wajahnya hampir sama.
"Cantik ya. Tante, Yedam anaknya baik bangeettt, sia nggak nyangka bisa jadi temennya Yedam. Semoga kalian ketemu lagi ya diatas sana." Lanjutnya sembari mengelus foto berlaminating tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
invisible | Treasure
Fanfiction"Bukan cuma lo yang nggak kelihatan, gue juga" "Tapi kalo lo nggak kelihatan mah wajar, lah gue?" start : 02/04/2021 end : 03/06/2021