22 - the truth

227 77 8
                                    

Akhirnya junkyu tau. Alasan mengapa ia harus mendekam disini. Alasan mengapa ia harus bertemu dan menjaga sia. Ia tau semuanya.

"Maafin gue, sia. Maafin gue jia. Maafin gue, dam. Guee.. gue emang sebodoh itu. Gara gara gue kalian kayak gini." Kini junkyu menangis diantara kedua temannya yang juga sedang mengeluarkan air matanya.

Bedanya kedua sahabatnya itu tidak melihat keberadaan nya.

'Bang junkyu'

Junkyu menoleh kearah suara tersebut. Betapa terkejutnya junkyu saat melihat siapa yang memanggilnya.

Yedam.

'Dam. Lo--'

'Iya bang' yedam tersenyum cerah kearah Junkyu.

Senyum yang sering ia lemparkan kepada siapapun saat di sekolah.

'Nggak. Dam nggak mungkin. Sia, sia pasti sedih liat Lo udah nggak ada disini. Dam gue yakin Lo bisa balik ke tubuh lo.' Ujar junkyu meyakinkan yedam.

Namun yedam menggeleng.

'Ini keputusan gue bang, semuanya keputusan gue. Gua kangen mama.'

Tangis junkyu semakin pecah. Ia semakin merasa bersalah.

'Maaf--'

'Bukan salah Lo, bang. Semuanya keputusan gue. Bahkan ini juga bukan salah Sia. Ini bener bener keputusan gue sejak dua tahun yang lalu. Waktu gue diam di tengah jalan nunggu sesuatu nabrak gue dan bawa pergi gue dari dunia ini.'

'iya, waktu bang junkyu nabrak gue. Itu gue nggak nyebrang, gue emang berdiri ditengah jalan. Tadinya gue seneng karena ngira gue bakalan mati. Tapi ternyata gue hidup lagi. Dan kali ini pun sama, gue ulangi lagi dua tahun kemaren. Setidaknya impian gue tercapai kan?'

Jelas yedam panjang lebar. Junkyu masih terisak sambil memeluk tubuh yedam. Tiba tiba Jihoon dan Hyunsuk yang tadinya juga menangis membuka obrolan yang seharusnya hanya didengar oleh mereka.

"Ayo suk kita jenguk junkyu." Ucap Jihoon. Hyunsuk mengangguk dan mereka berjalan menuju ke suatu tempat.

Junkyu melepas pelukannya dari tubuh transparan yedam yang sama seperti diirnya. Ia menghapus air matanya dan menatap yedam. Kini keduanya memiliki pikiran yang sama.

'jenguk?'

Mereka pun memutuskan untuk mengikuti Jihoon dan Hyunsuk dari belakang.

Alangkah terkejutnya yedam dan Junkyu saat tiba di kamar salah satu pasien VIP. Disana terlihat seorang pemuda yang sedang terbaring lemah dengan bantuan beberapa selang dan alat lain di tubuhnya.


Dia, Junkyu.







'Bang, itu Lo! Liat bang! Lo belum mati!'  ujar yedam kegirangan.

Junkyu masih mematung menatap pemuda di hadapannya. Pemuda itu sangat lemas dan pucat.

'I-ini gue?' tanya Junkyu beberapa kali karena tidak percaya.

'iya bang! Bang, sia harus tau hal ini. Gue mau kabarin sia!'

Yedam yang hendak pergi ditahan oleh Junkyu.

'Lo gila?! Lo mau liat sia sedih waktu wujud Lo kayak gini?!'

Bentak junkyu, namun tak dihiraukan yedam. Yedam segera menghilangkan dari sana dan menuju ke tempat tadi ia di operasi.










Sementara itu, ditempat ini
Sia menangis sejadi-jadinya. Ia terduduk di lantai rumah sakit,  beberapa kali memukul kepala dan dadanya. Rasa kesal sia sudah tak terbendung.

"Seharusnya.. seharusnya gue nggak nyuruh dia bicarain itu ke papanya. Seharusnya gue suruh yedam jangan ngelawan papanya. Lo bodoh sia! Bodoh!" Teriak sia. Jia dan jeongwoo yang juga bersedih berusaha menenangkan sia.

Sampai tiba tiba sia merasa ada sesuatu didepannya. Sia harus mendongak untuk melihat sesuatu yang menghalanginya.

'Sia' panggil yedam pelan serta diiringi senyuman.

"Yedam.."

"Dam please.. tolong bilang ke gue kalo ini bukan Lo!"

'Ini emang bener gue kok, Bang Yedam.'

Tangis sia semakin pecah. Tak ada harapan lagi untuk yedam bangkit di dunia ini.

"Salah gue dam.. salah gue.. pasti Lo berantem sama papa Lo kan?! Seharusnya gue nggak kasih semangat Lo buat sampein impian Lo. Seharusnya gue larang lo--"

'Sia.' kini yedam menekuk kakinya seperti posisi jongkok. Ia mengelus rambut sia perlahan.

'Ini keputusan gue. Walaupun Lo nggak suruh gue buat ungkapin impian gue, gue tetep sampein ke papa. Gue tetep berantem sama papa, gue tetep lari ke jalan raya supaya ada mobil yang nabrak gue. Hal itu udah gue rencanain sebelum gue ngajak Lo di pantai. Makanya gue nyatain perasaan gue ke Lo waktu itu buat apa? Karena itu udah keputusan gue buat tinggalin dunia. Gue juga udah tau kok kalo papa bakal marah. Jadi ini bukan salah Lo. Bukan salah siapapun. Ini murni keputusan gue, sia.'

Jelas yedam panjang lebar. Kini sia cukup tenang walau masih sulit mengatur nafasnya sendiri.

'Gue kesini mau kabarin hal penting. Bang junkyu. Dia masih hidup.'

invisible | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang