19 - hospital(3)

250 74 15
                                    

Pukul tiga dini hari jeongwoo terbangun dari tidurnya. Ia tiba tiba teringat sia. Jeongwoo merasa tidak enak terus menjauhi sahabat nya itu. Kemarin sia menelepon nya, namun ia tak mengangkat sama sekali. Bahkan saat sia datang ke kosannya pun ia tak berkutik dan berpura-pura sedang keluar rumah.

"Apa gue terlalu jahat ya? Ck. Gue cuma malu lihat sia."

"Apa gue telpon aja? Minta maaf gitu. Gue nggak enak kalo terus terusan jaga jarak gini."

Setelah itu jeongwoo meraih ponsel yang berada diatas nakas. Ia mengetik nama orang yang ditujunya.

kAnjeng ratu🤡

Nama kontak yang ia berikan ke sia.

"Sia. Halo? Hmmm gue mau ngomong."

"Maaf ini Jia, kakaknya sia. Sia lagi ganti baju." Jawab panggilan tersebut.

"Ohh kak Jia. Yaudah nggak apa-apa kak. Eh btw sia ada di rumah kan ya? Gue kesana ya kak." Jeongwoo bergegas mengambil kunci motor di disebelah figura diatas laci dekat kasurnya.

Saat ingin melangkahkan kaki keluar rumah. Jeongwoo terkejut.

"Nggak, kita lagi di rumah sakit woo."
Jawab Jia.

"Hah? Kenapa? Sia nggak apa-apa kan?!" Intonasi jeongwoo semakin meninggi.

"Dia gpp woo. Yedam kecelakaan. Lo cepet kesini ya di rumah sakit Dr. Sutopo ruang operasi 3. Cepet ya woo."

Panggilan berakhir begitu saja, jeongwoo bergegas menyetater motornya dan buru buru ke rumah sakit yang dimaksud.

****

"Siapa?" Tanya sia saat keluar dari kamar mandi.

"Jeongwoo."

"Oh." Jawab sia singkat.

"Sia. Kalo Lo udah kuat cerita. Lo mau nggak cerita?" Bujuk Jia yang di balas anggukan oleh sia.

Operasi masih berlangsung, padahal sudah tiga jam lebih berlalu. Sia sudah siap menceritakan semua kejadian kemarin kepada semuanya, termasuk junkyu.

"Kemarin yedam cerita tentang kehidupannya. Papanya nggak dukung keputusan dia yang mau jadi musisi. Papanya mau yedam ambil alih perusahaan. Dan dengan bodohnya gue malah kasih semangat yedam buat berani ungkapin mimpinya. Pasti gara gara itu yedam kelahi sama papanya sampe dia nyebrang jalan nggak hati hati."

Sia menunduk kan kepala, rasanya air matanya ingin jatuh yang kesekian kalinya.

'bukan salah Lo, sia'

"Salah gue Jun."

Hyunsuk yang tadinya santai santai saja terkejut karena sia terlihat seperti berbicara sendiri. Ia pun berbisik kearah Jihoon.

"Hoon, dia ngomong sama siapa?" Tanyanya pelan.

"Gue juga gatau." Jawab Jihoon singkat.

"Maaf, bang Hyunsuk sama bang Jihoon pasti kaget ya." Celetuk Sia.

"Sia punya anugerah buat liat makhluk selain kita." Jelas sia kepada keduanya.

Hyunsuk dan Jihoon masih diam memandang satu sama lain. Sampai akhirnya Jihoon berani bertanya.

"Setan maksud Lo?" Pertanyaan Jihoon hanya dijawab anggukan oleh sia. Sekarang keduanya terperanjat dan berteriak cukup keras.

Sia sudah tau hal itu akan terjadi, dia hanya memandang mereka berdua yang masih heboh.

"Wahhh anjirr suk gue merinding."

"Lo aja merinding apa lagi gue anying."

"Ssstt.. berisik" ujar Jia judes.

Saat dua sahabat tersebut masih heboh, datang jeongwoo menghampiri mereka. Dadanya naik turun sangat cepat dengan keringat bercucuran.

"Gimana? Gimana yedam?"

"Masih di operasi." Jawab Jihoon.

Jeongwoo yang juga terlihat tidak baik baik saja mendudukkan dirinya di kursi kosong dekat Jia. Namun belum sempat ia duduk, sia mencegahnya.

"Jangan duduk disitu."

"Kenapa?"

"Ada junkyu."

Jeongwoo yang pantatnya masih nyungging pun kebingungan. Jelas jelas kursi itu kosong tapi apa kata sia? Junkyu? Siapa junkyu?

'pantat Lo anjir'

Pekik junkyu marah karena jeongwoo masih tak bergerak dari posisinya.

Tiba tiba hyunsuk menarik sia, membuat sia yang tadi posisinya duduk menjadi berdiri dengan lengan yang dicengkeram kuat.

"Apa tadi Lo bilang? Junkyu?" Tanya hyunsuk yang penuh amarah. Sia yang terkejut, mulutnya terasa bungkam. Ia masih mencerna apa yang membuat hyunsuk sebegitu marahnya.

"Jawab!"

"Hyunsuk!"

Plakk

Sebuah tamparan melayang mengenai hyunsuk hingga terjerembab ke kanan karena ditampar Jia. Kini pemuda dengan jaket kulit hitam itu tengah meringis sambil memegang pipi kanannya.

"Sia Lo nggak apa-apa?" Tanya Jia khawatir.

"Hyunsuk maksud Lo apa?! Kalo Lo benci sama gue bilang! Jangan lampiasin itu ke adek gue!" Kini keadaan semakin runyam. Melihat itu Jihoon langsung melerai keduanya.

"Jia, sorry kayaknya hyunsuk emosinya masih nggak stabil. Gue beneran minta maaf. Hyunsuk ikut gue."

Sekarang mereka berdua pergi meninggalkan sia yang masih berdiri memfokuskan pandangan ke punggung dua lelaki yang berjalan menjauhi depan ruang operasi yedam.

invisible | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang