18 - hospital(2)

230 72 14
                                    

"Dimana anjing!"

Kini amarah Jia tak dapat ia bendung. Ia serasa dipermainkan oleh Jihoon. Katanya ke supermarket, tapi yang ia temui malah sahabat tolol nya, si Hyunsuk.

"Ck. udah gue bilang ke rumah sakit, ngeyel bae." Tutur hyunsuk sambil meminum kopi panasnya.

"Diem atau gue gampar?!"

"Galak amat. Kok bisa Jihoon suka sama Lo."

"Diem!"

Kini Hyunsuk benar benar kicep. Jia saat sedang serius garang nya berkali-kali lipat. Jadi dia mending berhenti main main sama Jia.

"Asu!" Umpat Jia yang membuat hyunsuk menyemburkan kopi panas yang belum masuk ke kerongkongan nya.

"Anterin gue."

"Naik apa anjir?!" Pekik Hyunsuk bingung.

"Lo kan kaya, mintol supir Lo buat kesini emang gabisa?"

"Wah wahh parah sih Lo. Heh gue terdampar dan ditinggalkan sendirian disini gara gara siapa? Gara gara adek lo yang ngerengek minta ke Rumkit. Gue ngebut dari cafe sampe kehujanan kayak gini. Dan Lo bilang apa? Seenak jidat Lo nyuruh gue? Lo siapa hah?!"

"Gue Jia, mahasiswi jurusan bahasa Inggris, kenapa? Masalah?"

Padahal Hyunsuk ini termasuk orang yang menyeramkan namun nyalinya ciut kalau harus berlawanan sama Jia. Jia nyeremin cuyy, lebih nyeremin dari maung kalo kata hyunsuk mah.

-bener anjir kata Jihoon, nyeremin amat nih cewek. Hoon Hoon banyak yang ngantri sama Lo, malah pilih cewe modelan maung kesetanan- hyunsuk

"Okee gue turutin. Tapi gue punya satu permintaan."

"Yodah cepetan."






"Terima Jihoon. Dia sayang setengah eh enggak tiga seperempat mati sama Lo. Mau semarah, segarang, sebatu, se ngeselin apapun Lo. Dia nggak pernah nyerah. So, tolong coba Lo buka hati Lo sedikit demi dia." Pinta hyunsuk panjang lebar.

Jia hanya menatap nya kosong. Lalu ia mengangguk pelan.

"Gue usahain."

****


Sia, Jihoon dan Junkyu sekarang sudah di depan ruang operasi yedam. Sia yang tadinya menangis tanpa henti menjadi lebih diam dan menatap kosong banku di depannya.

"Sia." Panggil Jihoon lirih.

Sia masih tak merespon, sampai akhirnya Jihoon menggoyangkan sedikit lengan perempuan yang sudah ia anggap seperti adiknya. Seketika ia sadar dan menoleh kearah Jihoon.

"Iya bang?"

"Sia ganti baju dulu ya, nanti sakit."

Sia hanya menggeleng pelan. Kini tatapannya kembali mengarah bangku didepannya yang telah diisi oleh Junkyu.

"Jun. Tadi kenapa?" Tanya sia kearah bangku yang diduduki junkyu.

Karena Jihoon tak memiliki 'anugrah' seperti sia, ia terkejut yang kedua kalinya.

'Sia, jangan ngomong sama gue. Kasian Jihoon pasti takut liat Lo kayak gini.'

"Gue nggak peduli. Tadi kenapa?"

-astaga Jia ini adek Lo kenapa anjerr-
Jihoon

'Gapapa, gausah khawatir'

Tiba tiba dari arah kiri terlihat seorang perempuan dan laki-laki sedang berlari kearah mereka.

"Sia!"

Sia berdiri menjemput kedatangan kakaknya. Jia langsung merengkuh tubuh sia yang sudah basah dan terlihat lesu.

"Sia, kamu kemana aja? Kakak khawatir! Jangan asal pergi aja." Ujar Jia panik.

Suasana yang tadinya hening, pecah kembali saat sia mulai menangis lagi. Menangis meluapkan semua kekesalan pada dirinya.

"Kakk.. salah sia.. yedam.. pasti karena sia.." sia masih sesenggukan. Dirinya ingin menjelaskan namun rasanya hatinya tak sanggup.

"Sshhh.. udah ya, ceritanya dilanjut nanti aja. Kamu udah basah kuyup kayak gini mending ganti baju dulu. Ayo kakak temenin."

"Hoon, Lo disini bentar ya sama hyunsuk, kalo ada apa apa kabarin gue."

Kini dua saudara sedarah itu meninggalkan depan ruang operasi.







'kenapa?'












'operasi?'










'apa hubungan nya?'

invisible | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang